Liputan6.com, Jakarta - Mantan Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum resmi bebas setelah ditahan di Lembaga Pemasyaratakan (Lapas) Kelas I Sukamiskin, dengan program cuti menjelang bebas, Selasa, 11 April 2023. Meski sudah bebas, ia diwajibkan melapor selama tiga bulan ke depan pada Balai Pemasyarakatan (Bapas).
Anas Urbaningrum bebas dari Lapas Kelas 1 Sukamiskin mendapatkan sambutan dari sahabat dan loyalisnya.
Advertisement
Sekadar informasi, Anas mendekam di Lapas Sukamiskin selama 9 tahun dan tiga bulan. Selama itu pula, ia merasa tidak kehilangan teman-teman yang selalu berjuang dengannya.
Anas juga menyinggung mengenai adanya skenario yang disusun agar dipenjara dalam kasus korupsi Hambalang.
Sambutan atas bebasnya Anas Urbaningrum ini juga diserukan oleh sejumlah warganet di media sosial. Mereka menginginkan mantan petinggi Partai Demokrat ini untuk bisa mengungkap apa yang terjadi sebenarnya.
Kendati demikian, banyak warganet lain yang merasa penyambutan atas bebasnya Anas Urbaningrum berlebihan. Apalagi, terlepas dari skenario yang menjerat Anas Urbaningrum, ia telah diputus pengadilan telah melakukan korupsi.
Para pengguna Twitter banyak yang menganggap penyambutan Anas Urbaningrum aneh. Karena Anas yang berstatus sebagai koruptor justru diberi panggung.
Seperti pengguna Twitter dengan akun @bac***, ia menyebut, penyambutan atas kebebasan Anas Urbaningrum terlalu dibesar-besarkan dan banyak drama.
Mantan Napi Korupsi Kok Diagungkan?
"Memangnya mantan napi korupsi mau bikin kejutan apa? Napi korupsi kok diagungkan dan dikasih panggung," kicaunya.
Pemilik akun Twitter @kaf*** sepakat. Menurutnya, penyambutan bak pahlawan seorang narapidana lebih buruk dari mengelu-elukan seorang pemerkosa keji yang bebas dari penjara.
Pemilik akun Twitter @aba*** menyebut, Anas bukanlah tahanan politik tetapi terpidana kasus korupsi, yang terbukti bersalah di pengadilan, proses bandingnya kalah, kasasi kalah, dan Peninjauan Kembali-nya juga kalah. Oleh karenanya, ia tak ppanas dielu-elukan.
Pengguna Twitter @hc*** mencibir, "Ngapain harus mendramatisir keluarnya napi korupsi?"
Advertisement
Sebut Indonesia Serba Lucu Karena Sambut Napi Korupsi
Menanggapi banyaknya orang yang menyambut kebebasan Anas Urbaningrum, pengguna Twitter lainnya @rt*** menyebut, "Indonesia ini semua serba lucu, yang serius cuma penderitaan rakyatnya."
Warganet dengan akun @tkg*** mengatakan, penyambutan Anas Urbaningrum di depan Lapas Kelas 1 Sukamiskin bak penyambutan saat tokoh Afrika Selatan Nelson Mandela bebas dari penjara.
Namun warganet ini nyinyir, bahwa Anas tak bisa disamakan dengan Mandela pasalnya, Mandela tidak masuk penjara gara-gara korupsi. "Oiya btw, Mandela masuk penjara bukan gara-gara korupsi," kicaunya.
Warganet lainnya menyindir Anas Urbaningrum, "Harusnya taubat nasuha, bukannya malah jadi sok jagoan."
Anas Urbaningrum Singgung Soal Hambalang Saat Bebas
Sebelumnya, dalam pidatonya saat bebas, Anas juga menyinggung soal adanya skenario yang disusun agar dipenjara dalam kasus korupsi Hambalang.
“Saya juga mohon maaf kalau ada yang menyusun skenario besar bahwa dengan saya dimasukkan dalam waktu yang lama di tempat ini menganggap bahwa Anas sudah selesai. Skenario boleh besar, boleh besar, boleh hebat, tetapi sehebat apapun, sekuat apapun, serinci apapun skenario manusia tidak akan mampu mengalahkan skenario Tuhan,” kata dia.
Anas kembali meminta maaf jika setelah bebas dari penjara ada yang merasa memusuhinya.
“Dengan begini saya ingin mengatakan bahwa saya ingin kita berpikir ke depan. Ke depan itu juga dengan permohonan maaf, mohon maaf kalau ada yang berpikir saya keluar bebas ini kemudian mendatangkan atau melahirkan permusuhan atau pertentangan, saya katakan mohon maaf, tidak. Saya tidak ada kamus pertentangan permusuhan tetapi kamus saya adalah perjuangan keadilan. Andai dalam perjuangan keadilan itu ada yang merasa termusuhi mohon maaf bukan karena saya hobi bermusuhan tetapi itu konsekuensi perjuangan keadilan,” ujarnya.
“Jadi hati saya sikap saya sikap persaudaraan sikap persahabatan itu ingin saya garis bawahi. Dan mohon maaf saya ingin menyampaikan hal-hal lain tetapi saya menduga Pak Kalapas dan Pak Kadipas sudah capek mendengarkan jadi nanti kita lanjutkan nanti di tempat berikutnya. Karena itu saudara saudara sekalian dalam tradisi para aktivis, pertandingan kompetisi itu hal yang biasa. Kami diajarkan itu sejak kecil, sejak bayi, sudah aktivis sejak bayi. Tetapi buat saya pertandingan itu dalam konteks demokrasi adalah pertandingan yang jujur, fair, terbuka dan objektif,” katanya.
“Pertandingan yang terbuka, jujur, dan onjektif tidak boleh menggunakan pihak lain. Tidak boleh pertandingan menggunakan teknik lama, nyabok milih tangan. Kalau tidak ada pertandingan yang jujur, sesungguhnya untuk para aktivis tidak tertarik untuk ikut pertandingan. Sekali lagi terima kasih kepada semua yang hadir di sini, mudah-mudahan hari ini menjadi titik langkah saya dan kita semua untuk tetap mencintai negeri ini. Kita semua para aktivis tidak mungkin diceraikan, dipisahkan kecintaan kita kepada negeri ini,” kata Anas.
Advertisement