Liputan6.com, Jakarta - PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) telah menambah produksi nikel jenis Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) untuk bahan baku baterai kendaraan listrik (electric vehicle/EV).
Presiden Direktur Trimegah Bangun Persada, Roy A. Arfandy menuturkan, pada Akhir Maret 2023 tambahan produksi dari MHP sudah mulai berjalan.
Advertisement
"Jadi total kami punya tiga line produksi untuk bahan baku baterai mobil listrik, total kapasitas kami sampai dengan akhir maret 55 ribu ton per tahun itu dalam memproduksi MHP," kata Roy saat ditemui di BEI, Rabu (12/4/2023).
Selain itu, Trimegah Bangun Persada juga memproduksi nikel sulfat turunan dari MHP yang akan digunakan untuk pembuatan baterai precursor.
"Kami juga sudah memproduksi nikel sulfat turunan dari MHP yang akan digunakan untuk pembuatan baterai precursor itu juga selesai di awal April kemarin pabrik nikel sulfat kami sudah berjalan, kapasitas 55 ribu ton juga per tahun," kata dia.
Di sisi lain, Trimegah Bangun Persada juga berhasil membangun smelter kedua bernama PT Halmahera Jaya Feronikel dengan target 8 line produksi.
"Alhamdulillah sampai akhir Maret kemarin untuk 6 line yang sudah produksi secara komersial, harapan kami sesuai dengan target kami akhir juni 8 line ini produksi semuanya. Target produksi sesuai itu tahun ini kita berharap HJFN produksi secara full, MHP yang kami punya produksi bahan baku baterai mobil listrik secara full produksinya," imbuhnya.
Bahan Baku Mobil Listrik
Dia bilang, MHP sebagai bahan baku baterai mobil listrik dapat memproduksi 55 ribu per tahun. Untuk feronikel akan mencapai 100 ribu ton pada tahun ini, tetapi tahun lalu hanya 25 ribu ton.
Sementara itu, perseroan dan entitas anak memiliki dan mengoperasikan dua proyek pertambangan nikel laterit aktif. Pertama seluas 4.247 hektar di Kawasi yang dioperasikan oleh NCKL dan 1.277 hektar di Loji yang dioperasikan oleh entitas anak, PT Gane Permai Sentosa. Keduanya terletak di Pulau Obi, Provinsi Maluku Utara. Dengan demikian, total luas kawasan pertambangan Perseroan sekitar 5.524 hektar.
Selain itu, sampai dengan saat ini, entitas anak perseroan memiliki dua prospek pertambangan nikel yaitu PT Obi Anugerah Mineral seluas 1.775 hektar dan PT Jikodolong Megah Pertiwi dengan luas 1.885 hektar. Keduanya juga berlokasi di Pulau Obi.
Tak hanya itu, Roy mengaku, produknya mayoritas masih di ekspor ke luar negeri diantaranya Korea, India, China dan Jepang. Sebab, banyak permintaan berasal dari luar negeri. "Macam-macam, Korea, India, China, Jepang ada tergantung pembelinya," pungkasnya.
Advertisement
Trimegah Bangun Persada Jadi Pendatang Baru di BEI Hari Ini 12 April 2023
Sebelumnya, PT Trimegah Bangun Persada Tbk, bergerak di bidang usaha pertambangan bijih nikel akan melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Rabu (12/4/2023). Trimegah Bangun Persada mencatatkan saham perdana sebagai perusahaan tercatat ke-31 di BEI pada 2023.
Mengutip keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia, Trimegah Bangun Persada mencatatkan saham perdana dengan kode saham NCKL.
Perseroan mencatatkan saham di papan utama dengan jumlah saham yang ditawarkan ke publik (termasuk Employee Stock Allocation) 7.997.600.000 atau 7,99 miliar saham. Lalu, emiten dengan kode saham NCKL akan mencatatkan saham sejumlah 63.098.600.000 atau 63,09 miliar saham.
Adapun, harga penawaran saham Rp 1.250 per saham dengan nilai nominal Rp 100 per saham. Dengan demikian, Trimegah Bangun Persada meraup dana segar Rp 9,99 triliun
Dalam rangka IPO, Trimegah Bangun Persada menunjuk PT BNP Paribas Sekuritas Indonesia, PT Citigroup Sekuritas Indonesia, PT Credit Suisse Sekuritas Indonesia, PT Mandiri Sekuritas sebagai penjamin pelaksana emisi efek. Sedangkan, PT DBS Vickers Sekuritas Indonesia, PT OCBC Sekuritas Indonesia, dan PT UOB Kay Hian Sekuritas ditunjuk sebagai penjamin emisi efek.
Dana IPO
Sementara itu, dana yang diperoleh dari penawaran umum perdana saham ini setelah dikurangi seluruh biaya-biaya emisi saham, akan dialokasikan sekitar 8,4 persen akan digunakan oleh perseroan untuk pembayaran seluruh utang kepada PT Harita Jayaraya. Sekitar 9,4 persen akan digunakan oleh perseroan untuk pembayaran seluruh utang kepada PT Dwimuria Investama Andalan.
Selain itu, sekitar 23,6 persen akan digunakan oleh perseroan untuk pembayaran seluruh utang kepada Oversea-Chinese Banking Corporation Limited (OCBC) dan PT Bank OCBC NISP Tbk (OCBC NISP). Lalu, sekitar 1,4 persen akan digunakan oleh perseroan untuk pembayaran seluruh utang outstanding Fasilitas Term Loan 1 dan Fasilitas Term Loan 3 kepada OCBC NISP.
Kemudian, sekitar 3,3 persen akan digunakan oleh perseroan untuk belanja modal (capital expenditure). Sekitar 50,4 persen untuk keperluan entitas anak dan entitas asosiasi yang akan disalurkan melalui setoran modal dan pinjaman. Sisanya sekitar 3,5 persen akan digunakan oleh perseroan untuk modal kerja (working capital).
Advertisement
Trimegah Bangun Persada Patok Harga IPO Rp 1.250 per Saham
Sebelumnya, PT Trimegah Bangun Persada Tbk, bergerak di bidang usaha pertambangan bijih nikel akan menggelar penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO) dengan melepas sebanyak-banyaknya 7.997.600.000 atau 7,99 miliar saham.
Mengutip prospektus, Selasa (4/4/2023), nominal masing-masing saham tersebut sebesar Rp100 setiap saham, yang mewakili sebanyak-banyaknya sebesar 12,67 persen dari modal ditempatkan dan disetor perseroan setelah IPO.
Adapun, harga penawaran dipatok Rp1.250 per saham. Dengan demikian, Trimegah Bangun Persada bakal meraup dana Rp 9,99 triliun.
Selain itu, calon emiten dengan kode NCKL akan mengalokasikan saham sebanyak-banyaknya sebesar 0,44 persen dari jumlah saham yang ditawarkan dalam penawaran umum perdana saham untuk program alokasi saham kepada karyawan perseroan (Employee Stock Allocation/ESA) sebanyak-banyaknya sebesar 35 juta saham, dengan harga pelaksanaan ESA yang sama dengan harga penawaran.
Trimegah Bangun Persada menunjuk PT BNP Paribas Sekuritas Indonesia, PT Citigroup Sekuritas Indonesia, PT Credit Suisse Sekuritas Indonesia, PT Mandiri Sekuritas sebagai penjamin pelaksana emisi efek. Sedangkan, PT DBS Vickers Sekuritas Indonesia, PT OCBC Sekuritas Indonesia, dan PT UOB Kay Hian Sekuritas ditunjuk sebagai penjamin emisi efek.
Usai IPO, struktur pemegang saham perusahaan menjadi PT Harita Jayaraya sebesar 86,45 persen, PT Citra Duta Jaya Makmur sebesar 0,87 persen, masyarakat sebesar 12,62 persen, dan ESA 0,06 persen.