6 Fakta Terkait Fenomena Gerhana Matahari Hibrida yang Akan Terjadi Jelang Lebaran 20 April 2023

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) memastikan bahwa pada Kamis 20 April 2023 jelang Lebaran, Indonesia bakal disambangi fenomena alam Gerhana Matahari Hibrida.

oleh Devira Prastiwi diperbarui 12 Apr 2023, 17:02 WIB
Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) memastikan bahwa pada Kamis 20 April 2023 jelang Lebaran, Indonesia bakal disambangi fenomena alam Gerhana Matahari Hibrida. (AP Photo/Esteban Felix)

Liputan6.com, Jakarta - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) memastikan bahwa pada Kamis 20 April 2023 jelang Lebaran, Indonesia bakal disambangi fenomena alam Gerhana Matahari Hibrida.

Lantas, apa itu Gerhana Matahari Hibrida? Gerhana Matahari Hibrida terjadi ketika dalam satu waktu fenomena gerhana, ada daerah yang mengalami Gerhana Matahari Total dan ada juga yang mengalami Gerhana Matahari Cincin.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menjelaskan, Gerhana Matahari Hibrida terjadi ketika Matahari, Bulan, dan Bumi tepat segaris, sehingga di suatu tempat tertentu terjadi peristiwa piringan Bulan yang teramati dari Bumi lebih kecil daripada piringan Matahari dan tempat tertentu lainnya terjadi peristiwa piringan Bulan yang teramati dari Bumi sama dengan piringan Matahari.

Gerhana Matahari Hibrida juga relatif terjadi cukup langka. Untuk Gerhana Matahari Sebagian dapat disaksikan di beberapa wilayah di Indonesia dan Gerhana Matahari Total dapat diamati di Biak dan Pulau Kisar. Namun, untuk Gerhana Matahari Cincin tidak dapat diamati di wilayah Indonesia.

Peta lintasan Gerhana Matahari Hibrida 20 April 2023, wilayah yang terlewati jalur total pada yang ditandai dengan dua buah garis sejajar yang berdekatan, adalah Samudera Hindia, sebagian kecil wilayah Australia, sebagian wilayah Indonesia, dan Samudera Pasifik.

Sedangkan, wilayah yang terlewati jalur cincin GMH 20 April 2023, berada di ujung-ujung dari dua buah garis sejajar yang berdekatan, adalah Samudera Hindia dan Samudera Pasifik.

Berikut sederet fakta terkait fenomena alam Gerhana Matahari Hibrida yang akan terjadi pada Kamis 20 April 2023 jelang Lebaran di Indonesia dan dunia dihimpun Liputan6.com:

 


1. Penjelasan BRIN Terkait Fenomena Gerhana Matahari Hibrida

Ilustrasi Mimpi Gerhana Matahari Credit: pexels.com/Larry

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) memastikan bahwa pada tanggal 20 April 2023, jelang Lebaran, Indonesia bakal disambangi fenomena alam Gerhana Matahari Hibrida.

Mengutip laman resmi BRIN, Rabu (12/4/2023), Gerhana Matahari Hibrida terjadi ketika dalam satu waktu fenomena gerhana, ada daerah yang mengalami Gerhana Matahari Total dan ada juga yang mengalami Gerhana Matahari Cincin.

Menurut BRIN, Gerhana matahari 2023 yang merupakan Gerhana Matahari Hibrida pada 20 April mendatang, akan berlangsung selama 3 jam 5 menit, mulai dari durasi kontak awal hingga akhir jika diamati dari Biak, dengan durasi fase tertutup total 58 detik.

Jika diamati dari Jakarta, durasi dari kontak awal hingga akhir adalah 2 jam 37 menit. Namun jika diamati dari Jakarta, persentase tertutupnya matahari hanya sebesar 39 persen.

Dalam Gelar Wicara Gerhana Matahari Hibrida 2023 beberapa waktu lalu, yang diselenggarakan oleh Planetarium Jakarta di Taman Ismail Marzuki, Premana W. Premadi, pengajar di Astronomi Institut Teknologi Bandung (ITB), memberikan saran jika ingin mengamati gerhana matahari.

Yang pasti, kata Premadi, jangan sekali-kali melihat secara kasat mata atau langsung, ke arah matahari maupun fenomena yang menyertainya seperti Gerhana Matahari.

"Apalagi jika menggunakan peranti optis seperti binokuler atau teleskop, harus disertai dengan filter khusus matahari (solar filter)," kata mantan Kepala Observatorium Bosscha ITB tersebut.

"Pengamatan tanpa filter matahari dapat membuat gangguan kesehatan mata secara serius, bahkan pada taraf tertentu dapat menyebabkan kebutaan," imbuhnya.

 


2. BRIN Sebut Gerhana Matahari Hibrida Jadi Momen yang Baik untuk Riset Antariksa

Ilustrasi Mimpi Gerhana Matahari Credit: unsplash.com/Jonathan

Sementara, Kepala Pusat Riset Antariksa BRIN Emanuel Sungging, juga mengatakan, fenomena yang cukup langka ini menjadi momen yang baik untuk dilakukan riset antariksa.

Sungging juga menyebut, riset disiplin ilmu lain dapat memanfaatkan momen yang langka ini untuk penelitian terkait disiplin ilmu masing-masing.

Peneliti ahli madya BRIN itu mencontohkan, peneliti dari disiplin ilmu hayati dapat ikut meneliti apakah ada pengaruh proses terjadinya gerhana matahari terhadap perilaku makhluk hidup baik itu tumbuhan atau hewan.

"Peneliti disiplin ilmu lain dapat melakukan penelitian pengaruh gerhana matahari terhadap perilaku makhluk hidup baik itu hewan atau tumbuhan," kata Sungging.

Selain itu, di bidang ilmu sosial, peneliti juga dapat melakukan penelitian etnoastronomis, terkait bagaimana budaya yang timbul di masyarakat terkait adanya gerhana matahari hibrida.

"Adanya momen ini membawa kesempatan untuk melakukan kolaborasi lintas disiplin," pungkasnya.

Beberapa waktu lalu, Andi Pangerang dari Pusat Riset Antariksa Badan Riset dan Inovasi Nasional juga pernah menulis di laman Edukasi Sains Antariksa, bahwa di Gerhana Matahari 20 April 2023, Yogyakarta akan jadi ibukota provinsi yang paling awal mengalami gerhana matahari sebagian.

Sedangkan Medan, akan jadi ibukota provinsi yang paling awal mengakhiri Gerhana Matahari Sebagian. Sementara Jayapura, akan menjadi ibukota provinsi yang paling akhir memulai, sekaligus mengakhir Gerhana Matahari Sebagian.

Namun, Gerhana Matahari Sebagian di 20 April 2023, tidak dialami di lima kabupaten/kota di Provinsi Aceh yaitu Kota Sabang, Kota Banda Aceh, Kabupaten Aceh Jaya, Kabupaten Aceh Besar, dan Kabupaten Pidie.

 


3. Penjelasan BMKG soal Gerhana Matahari Hibrid 2023

Gerhana Matahari Cincin/ Bairi from Pixabay

Melansir dari BMKG, gerhana matahari hibrid relatif terjadi cukup langka. Untuk gerhana matahari sebagian dapat disaksikan di beberapa wilayah di Indonesia dan gerhana matahari total dapat diamati di Biak dan Pulau Kisar.

Namun, untuk gerhana matahari cincin tidak dapat diamati di wilayah Indonesia.

Gerhana matahari adalah peristiwa terhalangnya cahaya matahari oleh bulan sehingga tidak semuanya sampai ke bumi. Peristiwa yang merupakan salah satu akibat dinamisnya pergerakan posisi matahari, bumi, dan bulan ini hanya terjadi pada saat fase bulan baru dan dapat diprediksi sebelumnya.

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) sebagai institusi pemerintah memberikan informasi dan pelayanan tanda waktu, termasuk di dalamnya adalah informasi gerhana bulan dan matahari.

Dalam keterangan persnya yang dikutip Rabu (12/4/2023), berikut informasi yang disampaikan BMKG terkait GMH 20 April 2023.

Gerhana matahari hibrid terjadi ketika matahari, bulan, dan bumi tepat segaris sehingga di suatu tempat tertentu terjadi peristiwa piringan Bulan yang teramati dari Bumi lebih kecil daripada piringan matahari dan tempat tertentu lainnya terjadi peristiwa piringan bulan yang teramati dari bumi sama dengan piringan matahari.

Akibatnya, saat puncak gerhana di suatu tempat tertentu, matahari akan tampak seperti cincin, yaitu gelap di bagian tengahnya dan terang di bagian pinggirnya, sedangkan di tempat tertentu lainnya, matahari seakan-akan tertutupi bulan.

GMH terdiri dari dua tipe gerhana, gerhana matahari cincin dan gerhana matahari total. Pada peristiwa GMH terdapat tiga macam bayangan bulan yang terbentuk saat GMH, yaitu antumbra, penumbra, dan umbra.

Di wilayah yang terlewati antumbra, gerhana yang teramati berupa gerhana matahari cincin. Sementara di wilayah yang terkena penumbra, gerhana yang teramatinya berupa gerhana matahari sebagian.

Kemudian di daerah tertentu lainnya yang terlewati umbra, gerhana yang teramati berupa gerhana matahari total (GMT).

 


4. Peta Wilayah Gerhana Matahari Hibrid

foto: pixabay

Peta lintasan GMH 20 April 2023, wilayah yang terlewati jalur total pada yang ditandai dengan dua buah garis sejajar yang berdekatan, adalah Samudera Hindia, sebagian kecil wilayah Australia, sebagian wilayah Indonesia, dan Samudera Pasifik.

Sedangkan, wilayah yang terlewati jalur cincin GMH 20 April 2023, berada di ujung-ujung dari dua buah garis sejajar yang berdekatan, adalah Samudera Hindia dan Samudera Pasifik.

GMH 20 April 2023 ini dapat diamati di Antartika, Samudera Hindia, daratan Selatan Antartika, sebagian besar wilayah Australia dan sebagian besar wilayah Indonesia (kecuali sebagian utara dari Provinsi Aceh).

Kemudian, sebagian wilayah Selandia Baru, Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, sebagian wilayah Thailand selatan, Filipina, Papua Nugini, Kepulauan Solomon, Fiji, dan Vanuatu. Selanjutnya, sebagian wilayah Polinesia, sebagian wilayah Kamboja selatan, dan sebagian wilayah Vietnam selatan.

Berikutnya, sebagian kecil Cina selatan, Hongkong, Taiwan, sebagian wilayah Jepang selatan, sebagian wilayah Hawai, dan Samudera Pasifik berupa gerhana matahari sebagian.

GMH 20 April 2023 yang melewati wilayah Indonesia berupa gerhana matahari total dan gerhana matahari sebagian, wilayah Indonesia tidak mengalami gerhana matahari cincin. Sebagian wilayah utara Provinsi Aceh tidak akan mengalami gerhana.

Perlu diketahui, jika ingin melihat langsung gerhana matahari tersebut perlu menggunakan perlindungan mata yang tepat karena radiasi dari matahari bisa merusak mata. Sehingga dianjurkan untuk menggunakan kacamata khusus ataupun menyaksikannya secara langsung di live streaming BMKG.

 


5. Jadwal Lengkap Gerhana Matahari Hibrida

Pemandangan gerhana hibrida saat gerhana parsial di Gabon, (Nolween/Wikimedia)

Berikut jadwal dan waktu puncak Gerhana Matahari sebagian di Indonesia:

1. Aceh: Puncak Gerhana Pukul 10:43 WIB

2. Sumatera utara: Puncak Gerhana Pukul 10:24 WIB

3. Sumatera Barat: Puncak Gerhana Pukul 11:40 WIB

4. Riau: Puncak Gerhana Pukul 10:47 WIB

5. Bengkulu: Puncak Gerhana Pukul 10:41 WIB

6. Jambi: Puncak Gerhana Pukul 10:43 WIB

7. Kepulauan Riau: Puncak Gerhana Pukul 10:53 WIB

8. Sumatera Selatan: Puncak Gerhana Pukul 10:42 WIB

9. Lampung: Puncak Gerhana Pukul 10:41 WIB

10. Bangka Belitung: Puncak Gerhana Pukul 10:50 WIB

11. Banten: Puncak Gerhana Pukul 10:43

12. DKI Jakarta: Puncak Gerhana Pukul 10:45 WIB

13. Jawa Barat: Puncak Gerhana Pukul 10:43 WIB

14. Jawa Tengah: Puncak Gerhana Pukul 10:46 WIB

15. DI Yogyakarta: Puncak Gerhana Pukul 10:48 WIB

16. Jawa Timur: Puncak Gerhana Pukul 10:49 WIB

17. Kalimantan Barat: Puncak Gerhana Pukul 11:00 WIB

18. Kalimantan Tengah: Puncak Gerhana Pukul 11:00 WIB

19. Kalimantan Selatan: Puncak Gerhana Pukul 12:05 WITA

20. Kalimantan Timur: Puncak Gerhana Pukul 12:12 WITA

21. Kalimantan Utara: Puncak Gerhana Pukul 12:25 WITA

22. Bali: Puncak Gerhana Pukul 11:55 WITA

23. Nusa Tenggara Barat: Puncak Gerhana Pukul 11:58 WITA

24. Nusa Tenggara Timur: Puncak Gerhana Pukul 12:02 WITA

25. Sulawesi Barat: Puncak Gerhana Pukul 12:14 WITA

26. Sulawesi Selatan: Puncak Gerhana Pukul 12:11 WITA

27. Sulawesi Tengah: Puncak Gerhana Pukul 12:22 WITA

28. Sulawesi Tenggara: Puncak Gerhana Pukul 12:18 WITA

29. Gorontalo: Puncak Gerhana Pukul 12:29 WITA

30. Sulawesi Utara: Puncak Gerhana Pukul 12:33 WITA

31. Maluku Utara: Puncak Gerhana Pukul 13:29 WIT

32. Maluku: Puncak Gerhana Pukul 13:24 WIT

33. Papua Barat: Puncak Gerhana Pukul 13:35 WIT

34. Papua: Puncak Gerhana Pukul 13:51 WIT.

 


6. Bahaya Melihat Gerhana Matahari Hibrida Secara Langsung

Gerhana matahari parsial diambil menggunakan filter infra merah di langit berawan Nairobi, Kenya, Minggu (21/6/2020). Dunia menikmati Gerhana Matahari Cincin dan Gerhana Matahari Sebagian pada Minggu 21 Juni 2020. (YASUYOSHI CHIBA / AFP)

BRIN melaporkan bahwa Gerhana Matahari Hibrida akan terlihat di Indonesia, jelang lebaran pada 20 April 2023.

Dikutip dari laman resmi BRIN, Rabu (12/4/2023), Gerhana Matahari Hibrida terjadi ketika dalam satu waktu fenomena gerhana, ada daerah yang mengalami Gerhana Matahari Total dan ada juga yang mengalami Gerhana Matahari Cincin.

Jika diamati dari Jakarta, durasi dari kontak awal hingga akhir adalah 2 jam 37 menit. Namun jika diamati dari Jakarta, persentase tertutupnya matahari hanya sebesar 39 persen.

Dalam Gelar Wicara Gerhana Matahari Hibrida 2023 beberapa waktu lalu, yang diselenggarakan oleh Planetarium Jakarta di Taman Ismail Marzuki, Premana W. Premadi, pengajar di Astronomi Institut Teknologi Bandung (ITB), memberikan saran jika ingin mengamati gerhana matahari.

Yang pasti, kata Premadi, jangan sekali-kali melihat secara kasat mata atau langsung, ke arah matahari maupun fenomena yang menyertainya seperti Gerhana Matahari.

"Apalagi jika menggunakan peranti optis seperti binokuler atau teleskop, harus disertai dengan filter khusus matahari (solar filter)," kata mantan Kepala Observatorium Bosscha ITB tersebut.

"Pengamatan tanpa filter matahari dapat membuat gangguan kesehatan mata secara serius, bahkan pada taraf tertentu dapat menyebabkan kebutaan," imbuhnya.

Infografis Gerhana Matahari Total, Tidak Buta karena Gerhana (Liputan6.com/Abdillah)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya