Liputan6.com, Jakarta Digiasia Bios berencana melantai di bursa National Associaton of Securities Dealers Automated Quotations (Nasdaq). Rencana tersebut diharapkan terwujud pada kuartal II 2023 ini.
Advertisement
Dalam rencana Initial Public Offering (IPO), Digiasia Bios akan merger dengan special purpose acquisition company (SPAC) yakni Stonebridge.
"Proses untuk IPO terus kami persiapkan, so far smapai hari ini seharusnya di kuartal II masih sesuai on schedule," ungkap Chief Marketing Officer Digiasia Bios Rully Hariwinata dikutip Kamis (13/4/2023).
Ia menjelaskan melalui rencana melantai di bursa Nasdaq maka diharapkan akan makin memperkuat ekspansi bisnis Digiasia Bios hingga keluar Indonesia.
Namun, Rully masih belum bisa mengungkapkan estimasi nilai penggalangan dana atau fundraising dari aksi korporasi yang akan dilakukannya.
Adapun beberapa alasan Digiasia memilih melantai di Nasdaq, pertama, peluang untuk mendapatkan pendanaan lebih besar ada di AS.
Faktor kedua, investor disana lebih memahami skema Bussiness to Bussines dan dapat mendukung ekspansi bisnis yang lebih besar.
"Misalnya kita mau IPO disini atau apa, duitnya (pendanaan) tidak banyak disini, jadi kami merencanakan disana karena duitnya lebih banyak disana, dan investor lebih memahami konsep B to B," jelas Chief Digital Ecosystem Integration Digiasia Bios, Joseph Lumban Gaol.
Digiasia Bios jadi Perusahaan Embedded Finance as a Service Pertama di Indonesia
Laporan Statista 2022 dari Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kominfo) menyebutkan bahwa sektor ekonomi digital dunia saat ini sedang mengalami kondisi Tech Winter lantaran adanya konflik geopolitik, scarring effect pasca pandemi Covid-19, hingga terjadinya stagflasi di sejumlah negara.
Namun Indonesia dinilai mampu menghadapi tantangan ini secara progresif karena memanfaatkan keadaan ini sebagai momentum untuk akselerasi digitalisasi sektor jasa keuangan.
Mengacu pada momentum ini, Digiasia Bios mengumumkan strategi bisnis terbarunya sebagai Embedded Finance as a Service (EFaaS) pertama di Indonesia.
Digiasia Bios yang didirikan pada 2017 lalu oleh Alexander Rusli dan Prashant Gokarn, memiliki ambisi untuk mempercepat inklusi keuangan melalui lisensi dan kumpulan teknologi yang dimiliki.
Sebagai EFaaS, Digiasia Bios akan berperan sebagai medium integrasi antara 4 blok ekosistem digital - platform B2B SaaS, platform B2C SaaS, institusi keuangan atau fintech yang berlisensi, dan jaringan retail offline.
Advertisement
Pemberdayaan Layanan Keuangan
Teknologi penghubung ini dimaksudkan juga untuk memberdayakan layanan keuangan di Indonesia dengan mendemokratisasikan layanan perbankan yang sudah ada.
“Sebagai EFaaS, kami membantu perbankan & institusi keuangan dalam memodulasi fitur mereka untuk disematkan dalam ekosistem platform SaaS (B2B & B2C) yang mereka miliki," kata CEO dan juga Co-Founder dari Digiasia Bios Alexander Rusli dalam keterangan tertulis, Kamis (23/3/2023).
"Hal ini ditujukan agar pengguna SaaS dapat mengakses transaksi keuangan mereka secara mulus dengan mode pembayaran multi varian dari berbagai sumber tanpa harus meninggalkan aplikasi asli mereka, namun dapat menggunakan ekosistem jaringan gerai ritel untuk melayani transaksi offline mereka," lanjut dia.
Dengan adanya 4 aset berlisensi sah yang dimiliki - KasPro, KreditPro, RemitPro dan DigiBos, Alex mengaku posisi sebagai EFaaS memampukan Digiasia Bios mendekonstruksi dan merekonstruksi kapabilitas perbankan dalam membantu perjalanan transaksi keuangan digital mereka di ekosistem multi vertikal perekonomian Indonesia.