Mungkinkah Indonesia Jadi Negara Pertama yang Endemi COVID-19? Ini Kata WHO

Menteri Kesehatan Republik Indonesia (Menkes RI) Budi Gunadi Sadikin mengatakan bahwa Indonesia sedang dalam proses menuju endemi COVID-19.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 13 Apr 2023, 15:00 WIB
Menkes Budi Gunadi Sadikin soal endemi COVID-19 saat Terima Hibah 24 Ribu Obat COVID-19 Paxlovid dari AS dan Australia Jakarta (13/4/2023).

Liputan6.com, Jakarta Menteri Kesehatan Republik Indonesia (Menkes RI) Budi Gunadi Sadikin mengatakan bahwa Indonesia sedang dalam proses menuju endemi COVID-19.

“Indonesia sekarang sedang dalam masa transisi dari pandemi ke endemi."

"Saya ditanya banyak orang apa perbedaan endemi dan pandemi? Saya cari jawabannya pada para profesional, dan saya yakin jawaban yang benar adalah, di endemi tanggung jawab kesehatan ada di tangan individu. Dan di pandemi, tanggung jawab ada di tangan pemerintah,” kata Budi saat pembukaan penerimaan hibah obat COVID-19 Paxlovid di Jakarta Selatan, Kamis (13/4/2023).

Lantas, apakah Indonesia dapat menjadi negara pertama yang mendeklarasikan endemi sebelum negara lainnya?

Hal ini pun ditanggapi perwakilan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk Indonesia Dr N. Paranietharan. Menurutnya, hal tersebut tidak dapat ditentukan sekarang.

Not yet (tidak sekarang), seperti dijelaskan Pak Budi dengan sangat baik, dia menunggu rekomendasi dari komite saat pertemuan dan kita akan lihat bagaimana anggota negara lain,” ujar Pranietharan dalam acara yang sama.

Ia menambahkan, para ahli akan membuat rekomendasi dan perwakilan setiap negara akan membuat deklarasi. Pertemuan besar akan dilakukan di Jenewa, Swiss dan setiap negara akan bertemu di agenda WHO itu.

“Sayangnya kita harus menunggu, harapannya pada Mei mendatang kita bisa mendapat beberapa ide untuk memutuskan.  Saya tidak mengatakan bahwa deklarasi endemi akan dilakukan pada Mei."


Harapan Deklarasi Endemi Sebelum Akhir Tahun

Perwakilan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk Indonesia Dr N. Paranietharan soal endemi COVID-19.

Pranietharan berharap, deklarasi endemi COVID-19 akan terjadi sebelum akhir tahun 2023.

“Kami harap itu akan terjadi sebelum akhir tahun karena sekarang melihat kondisi di Indonesia kita memiliki banyak aksi seperti yang dijelaskan Pak Budi. Indonesia punya perawatan, laboratorium, dan segalanya.”

Tak hanya di Indonesia, kesiapan ini juga dimiliki oleh hampir setiap negara di dunia. Hal ini juga menjadi hal yang akan dipastikan oleh WHO. Negara-negara perlu memiliki alat, pelayanan, vaksin, dan berbagai hal lainnya agar mampu mendeklarasikan akhir dari pandemi.

“Namun, virus SarsCoV-2 akan tetap bersama kita, virus itu tidak akan hilang begitu saja, itulah mengapa orang menyebutnya edemi. Dan kita yakin bisa melakukan itu dengan berbagai cara, kita menghadapi banyak virus tapi kita bisa mengatasinya,” kata Pranietharan.

“Jadi kita harus menunggu hingga waktunya tiba, kita akan menghelat perayaan terbesar di saat itu,” tambahnya.


Strategi Selama Masa Transisi

Menkes Budi Gunadi Sadikin Terima Hibah 24 Ribu Obat COVID-19 Paxlovid dari AS dan Australia dan menyampaikan strategi kesehatan yang dilakukan di masa transisi menuju endemi, Jakarta (13/4/2023).

Menurut Budi, di masa endemi penyakit COVID-19 akan ditatalaksana seperti penyakit biasa lainnya. Setiap individu diharapkan bisa menjaga kesehatan masing-masing karena tahu mereka bisa mengatasi penyakit ini dengan baik.

Lalu, selama masa transisi, pemerintah mempersiapkan beberapa langkah strategis:

Pertama, tetap melanjutkan edukasi tentang penyakit ini, bagaimana cara menghindarinya, apa saja protokol kesehatannya, dan apa saja yang boleh dan tak boleh dilakukan.

“Seperti kita tahu beberapa orang sangat taat dan beberapa lainnya tidak terlalu. Jadi itu adalah strategi pertama, kita perlu mengedukasi dan memastikan bahwa masyarakat kita mengerti apa yang harus mereka lakukan untuk menghindari penyakit ini,” ujar Budi.


Penyediaan Vaksin hingga Rumah Sakit

Petugas kesehatan saat menyuntikkan vaksin dosis keempat atau Booster kedua kepada warga di Puskesmas Kecamatan Pulogadung, Jakarta Timur, Selasa (24/1/2023). Dinas Kesehatan DKI mulai hari ini secara serentak menggelar vaksinasi dosis keempat atau Booster kedua bagi masyarakat umum berusia 18 tahun ke atas sebagai upaya meningkatkan kekebalan tubuh terhadap virus Covid-19. (merdeka.com/Iqbal S Nugroho)

Hal kedua yang disiapkan adalah vaksin agar selalu tersedia di Indonesia. Sebelum krisis, Indonesia hanya punya satu vaksin yang dikembangkan. Kini, Indonesia punya empat manufaktur yang semuanya akan berproduksi dengan teknologi vaksin di dalam negeri.

“Nah itu langkah strategis kedua yang kita siapkan.”

Langkah strategis ketiga yang disiapkan adalah memastikan kemampuan diagnostik sudah ada di Tanah Air. Selama krisis, Indonesia hanya memiliki delapan pusat pengurutan genom. Sekarang RI memiliki 50 pusat di seluruh pulau.

“Sehingga kemampuan surveilans kita meningkat dan kita yakin saat melangkah ke endemik, kita sudah memiliki posisi strategis mempersiapkan Indonesia dalam surveilans.”

Strategi keempat yang juga sedang disiapkan adalah ketersediaan obat dalam negeri. Sehingga ketika seseorang terkena penyakit tidak perlu panik, mereka bisa pergi ke apotek yang dekat dengan tempat tinggal dan mendapatkan akses obat ini.

“Dan yang terakhir, ya kita persiapkan dengan baik adalah rumah sakit. Rumah sakit dapat menangani pasien dengan bantuan profesional dokter dan juga dengan alat kesehatan. Indonesia siap, Indonesia bergerak dari pandemi ke endemi.”

“Dan kami secara strategis melakukan persiapan yang tepat di sisi pendidikan, di sisi produksi vaksin, di sisi produksi diagnostik, di sisi kedokteran dan di rumah sakit,” tutup Budi.

 

Infografis Efek Samping Vaksin Covid-19 untuk Bayi 6 Bulan hingga Anak Usia 11 Tahun. (Liputan6.com/Trieyasni)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya