Liputan6.com, Jakarta - Mantan Direktur Penyakit Menular Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Asia Tenggara, Prof Tjandra Yoga Aditama menanggapi perihal kasus COVID Indonesia yang naik lagi.
Dua hari berturut-turut penambahan kasus COVID-19 di Indonesia nyaris menyentuh angka 1.000. Data harian COVID pada Selasa (11/4) menunjukkan ada 944 kasus baru dan 14 kematian.
Advertisement
Lalu pada Rabu (12/4) sebanyak 987 orang dilaporkan positif COVID-19 dan 11 nyawa melayang akibat tertular Virus Corona.
COVID-19 Masih Ada dan Pandemi Belum Dicabut
Penambahan kasus COVID di Indonesia yang terjadi cukup signifikan ini tentu saja menimbulkan kekhawatiran pada sebagian orang. Namun, Tjandra Yoga, mengatakan, tidak perlu panik tapi tidak juga lengah begitu saja.
"Pertama, kita tidak perlu mejadi panik karena memang pada dasarnya COVID-19 masih ada, dan bahkan pandemi belum dicabut. Kalau pun nantinya pandemi akan dicabut, virus penyebab penyakit ini masih ada, COVID-19 masih akan ada, pasien juga masih akan ada dan bahkan yang meninggal karena COVID-19 pun masih akan ada sama seperti kematian akibat penyakit menular lainnya," katanya dalam keterangan resmi yang diterima Health Liputan6.com melalui aplikasi pesan singkat.
Hanya saja, lanjut Tjandra Yoga, kalau sudah tidak pandemi maka angka kasus dan kematian akan terkontrol jauh lebih baik.
Lebih lanjut Tjandra mengatakan bahwa meski tidak perlu panik lantaran kenaikan kasus COVID yang menyentuh 1.000 jiwa dan kematian capai dua digit, tentu hal ini tidak dapat dianggap tidak masalah sama sekali.
Kasus COVID di Indonesia Naik Lagi, 3 Upaya Perlu Dilakukan
Menurut pria yang juga menjabat sebagai Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI, pemerintah tentu perlu atau mungkin sudah melakukan tiga upaya utama, di antaranya:
- Analisis kenapa kasus meningkat
- Mencegah agar jangan jadi kenaikkan tidak terkendali, dan
- Mulai antisipasi kemungkinan kesiapan sarana kesehatan
Sehingga Tjandra Yoga menyarankan ada beberapa hal yang perlu dilakukan, antara lain:
- Peningkatan pemerisaan whole genome sequencing sehingga kita tahu persis pola varian yang ada di Indonesia
- Perlu dilakukan juga penyelidikan epidemiologi (PE) mendalam pada kasus-kasus yang ada, apalagi yang meningkat hampir 1.000 ini
- Vaksinasi booster yang kini tidak terlalu banyak dibicarakan lagi tetap harus terus ditingkatkan, baik bagi kelompok rentan dan juga masyarakat luas.
Advertisement
Varian Arcturus Diduga Jadi Penyebab Naiknya Kasus COVID di Beberapa Negara
Dilanjutkan Tjandra Yoga, kita tahu bahwa di beberapa negara memang saat ini tengah terjadi kenaikan kasus COVID-19 yang diduga antara lain akibat varian baru XBB.1.16 atau 'Arcturus'. WHO bahkan mengatakan bahwa varian ini memang perlu diwaspadai.
"XBB.1.16 or 'Arcturus' is the next Omicron variant 'to watch'," begitu kata WHO.
Dalam hal ini kita tahu bahwa secara umum memang ada tiga kemungkinan varian baru COVID-19, yaitu:
- Pertama, 'base scenario' seperti berbagai varian yang ada sekarang ini
- Kedua 'best scenario' kalau nanti ada varian baru yang lebih lemah, dan
- Ketiga 'worst scenario' kalau-kalau ada varian baru yang lebih ganas. Namun, Tjandra berharap mudah-mudahan tidak terjadi.
"Untuk kita anggota masyarakat biasa maka kita jelas tidak perlu panik, kita tetap perlu waspada," katanya.
"Yang belum di-booster segeralah mendapatkannya dan kita jaga pola hidup sehat yang selama ini sudah kita kerjakan, serta ikutilah informasi kesehatan yang valid," pungkas Tjandra Yoga.