5 Contoh Khutbah Idul Fitri dan Dalilnya, Ingatkan Pentingnya Silaturahmi

Contoh khutbah Idul Fitri ini isinya membahas nilai-nilai kebaikan dalam berhubungan antar umat manusia.

oleh Laudia Tysara diperbarui 20 Apr 2023, 14:00 WIB
Umat Muslim melaksanakan sholat Idul Fitri yang menandai berakhirnya bulan suci Ramadhan di Masjid Raya Baiturrahman di Banda Aceh pada 2 Mei 2022. (AFP/CHAIDEER MAHYUDDIN)

Liputan6.com, Jakarta - Khutbah Idul Fitri merupakan kesempatan yang baik untuk mengingatkan umat Islam tentang pentingnya menghormati dan memuliakan orang tua, silaturahmi, menyantuni anak yatim, hingga merenungi kisah alqamah. Contoh khutbah Idul Fitri tersebut isinya membahas tentang nilai-nilai kebaikan dalam berhubungan antar umat manusia, yang bisa mendekatkan pada hubungan umat manusia dengan Allah SWT.

Dalam khutbah Idul Fitri, dapat direnungi betapa pentingnya menjaga hubungan silaturahmi, baik dengan keluarga, tetangga, dan masyarakat sekitar. Mengingatkan untuk saling mengunjungi, bermaaf-maafan, dan menjalin hubungan yang harmonis sebagai bagian dari nilai-nilai Islam yang mendorong kebersamaan dan persaudaraan.

Khutbah Idul Fitri pada pelaksanaannya, menurut fatwa Majelis Ulama Indonesia atau MUI dilaksanakan dengan dua khutbah, dilakukan dengan berdiri dan di antara keduanya dipisahkan dengan duduk sejenak. Khutbah Idul Fitri pertama dimulai dengan takbir sembilan kali, diikuti memuji Allah SWT, dan selawat kepada Nabi Muhammad SAW. Untuk khutbah kedua di mulai dengan takbir tujuh kali, diikuti memuji Allah SWT, berselawat kepada Nabi Muhammad SAW, dan ditutup doa.

Berikut Liputan6.com ulas lebih mendalam tentang contoh khutbah Idul Fitri dan dalilnya, Kamis (20/4/2023).


1. Khutbah Idul Fitri Tentang Orang Tua

Ribuan umat Islam melaksanakan sholat Id 1 Syawal 1443 Hijriah hingga memenuhi Stadion Jakarta Internasional Stadium, Senin (2/5/2022). Pemerintah Indonesia menetapkan Hari Raya Idul Fitri 1443 Hijriah jatuh pada tanggal 2 Mei 2022. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Segala puji bagi Allah, kita memuji-Nya, memohon pertolongan dan ampunan-Nya. Kami bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah yang tiada sekutu bagi-Nya, dan kami bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya.

Amma ba'du,

Saudaraku yang dirahmati Allah,

Hari yang penuh berkah telah tiba, hari yang ditunggu-tunggu oleh umat Islam di seluruh dunia, yaitu hari raya Idul Fitri. Hari yang menjadi simbol kemenangan setelah menjalani bulan Ramadan penuh ibadah dan pengorbanan. Di hari yang penuh suka cita ini, kita tidak hanya merayakan kemenangan dalam menjalani ibadah puasa, tetapi juga sebagai momen untuk merenung dan memperbaiki diri sebagai seorang hamba yang berbakti kepada Allah SWT dan berbakti kepada sesama, termasuk berbakti kepada orang tua.

Saudaraku, berbakti kepada orang tua adalah salah satu ajaran agung dalam agama Islam yang sangat ditekankan oleh Allah SWT dan Rasulullah Muhammad SAW. Orang tua adalah sosok yang telah memberikan kita kasih sayang, perhatian, dan pengorbanan sepanjang hidup kita. Mereka adalah orang yang telah merawat kita sejak kita masih bayi, memberikan kita makanan, pakaian, pendidikan, serta cinta yang tak terhingga. Oleh karena itu, berbakti kepada orang tua adalah kewajiban yang sangat penting dalam agama kita.

Allah SWT berfirman dalam Surat Al-Israa' [17]:23, "Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia."

Ayat ini sangat jelas menggarisbawahi pentingnya berbakti kepada orang tua. Allah SWT memerintahkan kita untuk menghormati, menghargai, dan berbuat baik kepada orang tua dengan sebaik-baiknya, bahkan jika mereka berumur lanjut dan kadangkala mungkin memerlukan perhatian dan pengasuhan lebih. Kita dilarang untuk berbicara kasar, membentak, atau mengucapkan kata-kata yang tidak pantas kepada mereka, tetapi harus senantiasa menghormati mereka dan berbicara dengan kata-kata yang mulia.

Rasulullah bersabda, "Apakah kalian mau kuberitahu mengenai dosa yang paling besar?" Para sahabat menjawab, "Mau, wahai Rasulullah." Dia lalu bersabda, "(Dosa terbesar adalah) mempersekutukan Allah dan durhaka kepada kedua orang tua." Beliau mengucapkan hal itu sambil duduk bertelekan pada tangannya. (Tiba-tiba beliau menegakkan duduknya dan berkata), "Dan juga ucapan (sumpah) palsu." Beliau mengulang-ulang perkataan itu sampai saya berkata (dalam hati), "Duhai, seandainya beliau diam." (HR. Bukhari dan Muslim).

Rasulullah Muhammad SAW juga menjelaskan betapa pentingnya berbakti kepada orang tua dalam hadits-haditsnya. Beliau bersabda, "Tidak masuk surga seorang anak yang durhaka kepada kedua orang tuanya." (HR. Bukhari dan Muslim). Hadits ini menegaskan bahwa berbakti kepada orang tua adalah syarat untuk meraih surga.

Saudaraku yang dirahmati Allah,

Berbakti kepada orang tua tidak hanya dilakukan secara fisik, tetapi juga melibatkan penghormatan, perhatian, dan kasih sayang secara emosional. Berbakti kepada orang tua tidak hanya saat mereka masih sehat dan mampu beraktivitas, tetapi juga saat mereka sudah lanjut usia atau mungkin memerlukan perawatan khusus. Kita harus selalu bersikap sabar, pengertian, dan rela berkorban untuk memenuhi kebutuhan fisik dan emosional mereka.

Sebagai anak yang berbakti kepada orang tua, kita juga harus senantiasa menghindari perilaku yang bisa menyakitkan hati mereka, seperti memarahi atau membantah mereka. Kita harus berbicara dengan lemah lembut, menghormati pendapat mereka, dan memperlihatkan rasa syukur dan terima kasih atas segala yang mereka berikan kepada kita. Kita juga harus senantiasa memohon doa restu dari orang tua, karena doa mereka memiliki keistimewaan yang besar di sisi Allah SWT.

Selain itu, berbakti kepada orang tua juga melibatkan membantu mereka dalam urusan agama, kesehatan, dan kebutuhan sehari-hari. Kita harus menjaga hubungan yang baik dengan mereka, mengunjungi mereka secara rutin, memberikan dukungan moral dan finansial sesuai kemampuan kita, serta menjaga nama baik keluarga mereka.

Saudaraku,

Berbakti kepada orang tua bukanlah sekadar kewajiban, tetapi juga merupakan sumber keberkahan dan kesuksesan dalam hidup kita. Allah SWT telah menjanjikan pahala yang besar bagi mereka yang berbakti kepada orang tua dalam dunia maupun akhirat. Dalam hadits lain, Rasulullah Muhammad SAW bersabda, "Sebaik-baik amal yang dapat ditempuh oleh seorang muslim setelah iman kepada Allah adalah berbakti kepada kedua orang tuanya." (HR. Abu Daud).

Oleh karena itu, dalam menyambut hari raya Idul Fitri ini, mari kita perkuat tekad kita untuk berbakti kepada orang tua kita. Mari kita tingkatkan penghormatan, perhatian, dan kasih sayang kepada mereka. Mari kita menjadi anak yang berbakti yang selalu menjaga hubungan yang baik dengan orang tua kita, dan berusaha memenuhi kebutuhan mereka sebaik-baiknya. Semoga dengan berbakti kepada orang tua, kita bisa meraih keberkahan dan kebahagiaan dalam hidup kita, serta mendapatkan rida Allah SWT.

Akhir kata, saya mengingatkan diri sendiri dan kita semua untuk senantiasa berbakti kepada orang tua dengan penuh cinta dan penghormatan. Marilah kita jadikan hari raya Idul Fitri ini sebagai momen untuk memperbaiki diri dalam berbakti kepada orang tua dan menjadikan hubungan kita dengan mereka sebagai sumber keberkahan dalam hidup kita. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan taufik, hidayah, dan keberkahan kepada kita semua. Amin.

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

 


2. Khutbah Idul Fitri Tentang Silaturahmi

Umat muslim saat menunaikan sholat Idul Fitri 1443 Hijriah di kawasan Jatinegara, Jakarta Timur, Senin (2/5/2022). Setelah sempat ditiadakan selama dua tahun akibat pandemi Covid-19, Simpang Jatinegara kembali digunakan warga untuk menggelar salat Idul Fitri. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Saudaraku yang dirahmati Allah,

Hari raya Idul Fitri adalah waktu yang istimewa bagi umat Islam untuk merayakan kemenangan setelah menjalani bulan suci Ramadhan. Selain itu, Idul Fitri juga menjadi momentum yang baik untuk memperkuat dan menjaga silaturahmi, atau hubungan baik antara sesama muslim. Menjaga silaturahmi adalah salah satu nilai yang sangat ditekankan dalam Islam, karena hubungan yang baik antara sesama muslim merupakan bagian integral dari ajaran agama kita.

Allah SWT berfirman dalam Al-Quran surat Al-Hujurat ayat 13, yang artinya: "Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal."

Dalam ayat ini, Allah SWT mengingatkan kita bahwa manusia diciptakan dalam beragam suku, bangsa, dan ras untuk saling kenal-mengenal. Dalam Islam, perbedaan ini seharusnya menjadi alasan untuk menjalin hubungan yang baik dan memperkuat silaturahmi, bukan sebagai alasan untuk saling berpisah atau berselisih. Islam mengajarkan kita untuk saling menghargai, menghormati, dan membantu sesama muslim dalam menjaga hubungan yang baik, baik itu dalam keluarga, masyarakat, atau lingkungan sosial.

Rasulullah Muhammad SAW juga telah memberikan petunjuk yang jelas tentang pentingnya menjaga silaturahmi dalam haditsnya. Beliau bersabda, "Barangsiapa yang tidak menjaga silaturahmi, maka tidak akan masuk surga." (HR. Al-Bukhari). Dari hadits ini, kita bisa memahami betapa pentingnya menjaga hubungan baik antara sesama muslim, sehingga bisa menjadi syarat masuk surga.

Saudaraku,

Menjaga silaturahmi bukanlah sekadar mengunjungi atau bertemu secara fisik, tetapi juga melibatkan keikhlasan hati, kejujuran, serta toleransi terhadap perbedaan. Menjaga silaturahmi juga melibatkan memberikan maaf dan memaafkan, serta berusaha untuk memperbaiki hubungan yang rusak. Kita harus senantiasa menjauhi fitnah, ghibah, dan perpecahan, serta berupaya untuk menyambung tali silaturahmi meskipun kita berbeda pendapat atau pandangan.

Selain itu, menjaga silaturahmi juga melibatkan kepedulian dan partisipasi aktif dalam membantu sesama muslim yang membutuhkan, baik itu dalam hal materi, emosi, atau spiritual. Kita harus saling membantu, saling menguatkan, dan saling mendukung dalam menjalani kehidupan ini. Dalam Islam, kita dianjurkan untuk menjadi umat yang saling membantu dan berlomba dalam kebaikan, bukan saling menjatuhkan atau merugkan sesama.

Saudaraku yang dirahmati Allah,

Dalam menjaga silaturahmi, kita juga perlu menghindari perilaku yang dapat merusak hubungan baik antara sesama muslim. Hindari berbicara buruk tentang orang lain, berbicara secara tidak baik di belakang, atau menyebabkan perpecahan antara keluarga, sahabat, atau tetangga. Sebaliknya, kita harus senantiasa berusaha untuk memperbaiki hubungan yang rusak, berbicara dengan bijaksana, dan mencari solusi yang baik untuk setiap perbedaan yang mungkin timbul.

Menjaga silaturahmi juga mengandung makna luas, tidak hanya terbatas pada hubungan dengan keluarga dan teman dekat, tetapi juga termasuk hubungan dengan tetangga, masyarakat, dan umat Muslim secara umum. Kita harus berusaha menjaga hubungan yang harmonis dengan lingkungan sekitar, berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan membantu mereka yang membutuhkan dalam masyarakat kita.

Dalam menjaga silaturahmi, kita juga harus mengedepankan sikap maaf dan pengampunan. Ketika ada konflik atau perbedaan pendapat, kita harus bersedia memberikan maaf dan menerima maaf dari sesama muslim. Kita harus mengedepankan sikap saling pengertian, saling menghormati, dan saling memaafkan, sehingga hubungan kita dapat terus diperkuat dan tidak terganggu oleh masalah atau ketegangan yang mungkin timbul.

Saudaraku,

Menjaga silaturahmi adalah tugas dan tanggung jawab kita sebagai umat Muslim. Hal ini merupakan bagian dari ajaran agama kita yang sangat ditekankan. Dengan menjaga silaturahmi, kita dapat mempererat hubungan kita dengan Allah SWT, karena kita berinteraksi dengan ciptaan-Nya. Kita juga dapat mempererat hubungan kita dengan sesama muslim, sehingga kita dapat hidup dalam harmoni dan persaudaraan, sebagaimana yang diinginkan oleh Islam.

Oleh karena itu, marilah kita menjadikan momentum Idul Fitri ini sebagai waktu yang baik untuk merenungkan kembali betapa pentingnya menjaga silaturahmi dalam kehidupan kita sehari-hari. Mari kita bersama-sama berusaha untuk memperbaiki hubungan yang rusak, saling membantu, saling menghargai, dan saling memaafkan. Dengan demikian, kita dapat memperkuat ikatan persaudaraan di antara kita sebagai umat Muslim, serta meraih keberkahan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat.

Akhir kata, marilah kita berdoa kepada Allah SWT agar diberikan kekuatan dan kesabaran dalam menjaga silaturahmi, serta diberikan taufiq dan hidayah-Nya dalam menjalani kehidupan kita sebagai umat Muslim yang berbakti kepada orang tua, menjaga silaturahmi, dan mengamalkan ajaran agama dengan sebaik-baiknya. Amin.

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.


3. Khutbah Idul Fitri Tentang Kematian

Umat muslim berdoa usai melaksanakan shalat Idul Fitri 1442 H di Lapangan Masjid Agung Al Azhar, Jakarta, Kamis (13/5/2021). Ribuan umat muslim melaksanakan shalat Idul Fitri 1442 H di Lapangan Masjid Agung Al Azhar dengan menerapkan protokol kesehatan ketat. (Liputan6..com/Helmi Fithriansyah)

Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan kita nikmat iman dan Islam, serta kesempatan untuk bertemu lagi dalam suasana yang penuh berkah ini dalam rangka merayakan Hari Raya Idul Fitri. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, dan para sahabatnya yang telah menjadi teladan bagi kita umat Muslim.

Saudaraku yang dirahmati Allah,

Idul Fitri bukan hanya waktu untuk merayakan kemenangan atas bulan Ramadan, tetapi juga merupakan saat yang tepat untuk merenungkan tentang hakikat kehidupan dan mengingatkan diri kita akan kematian. Kematian adalah salah satu realitas yang pasti dalam hidup ini, tidak ada yang bisa menghindarinya. Allah SWT berfirman dalam Surah Al-Jumu'ah, ayat 8:

مَا عِندَكُمْ يَنفَدُ ۖ وَمَا عِندَ اللَّهِ بَاقٍ ۗ وَلَنَجْزِيَنَّ الَّذِينَ صَبَرُوا أَجْرَهُم بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

"Maka apa saja yang ada padamu akan lenyap, dan apa saja yang ada pada Allah adalah kekal. Dan sesungguhnya Kami akan memberikan kepada orang-orang yang sabar pahala mereka dengan sebaik-baiknya terhadap apa yang telah mereka kerjakan."

Kematian adalah realitas yang harus kita hadapi, tidak peduli seberapa sukses atau kaya kita di dunia ini. Tidak ada yang dapat membawa harta, jabatan, atau kekuasaan saat menghadapi kematian. Oleh karena itu, sebagai umat Muslim yang sadar akan hakikat kematian, kita harus mengambil pelajaran darinya dan menjadikan kematian sebagai pengingat untuk memperbaiki kualitas hidup kita di dunia ini.

Saudaraku,

Kematian bukanlah akhir dari segalanya, tetapi merupakan pintu menuju kehidupan yang abadi di akhirat. Kita semua akan menghadapinya suatu saat nanti, dan tidak ada yang tahu kapan dan bagaimana kita akan menghadapinya. Oleh karena itu, kita harus selalu siap menghadapinya dengan persiapan yang baik.

Allah SWT berfirman dalam Surah Al-Mulk, ayat 2:

الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا ۚ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ

"Yang menciptakan mati dan hidup, agar Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun."

Kematian adalah bagian dari rencana Allah SWT untuk menguuji kita sebagai manusia. Allah menciptakan mati dan hidup sebagai ujian untuk menguji amal dan perbuatan kita di dunia ini. Oleh karena itu, kita harus menjalani hidup ini dengan sebaik-baiknya dan berusaha melakukan amal yang baik serta mempersiapkan diri untuk menghadapi kematian.

Saudaraku,

Kematian juga mengingatkan kita tentang pentingnya memperbaiki hubungan kita dengan Allah SWT dan sesama manusia. Kita harus selalu berusaha menjaga hubungan baik dengan Allah SWT melalui ibadah, taat kepada-Nya, dan menjalani hidup sesuai dengan ajaran Islam. Kita juga harus menjaga hubungan baik dengan sesama manusia, menjaga silaturahmi, dan berlaku baik kepada orang lain.

Allah SWT berfirman dalam Surah Al-Hujurat, ayat 13:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

"Wahai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, dan Kami menjadikan kamu berbagai bangsa dan suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal."

Kematian juga mengingatkan kita untuk menjaga silaturahmi, yaitu hubungan baik dengan keluarga, saudara, tetangga, dan teman-teman kita. Silaturahmi merupakan nilai Islam yang sangat dihargai, karena dapat mempererat tali persaudaraan dan memperkuat hubungan sosial dalam masyarakat. Kita harus berusaha menjaga silaturahmi, mengunjungi keluarga yang jauh, menghormati orang tua, membantu saudara yang membutuhkan, dan berlaku baik kepada semua orang.

Saudaraku yang dirahmati Allah,

Kematian bukanlah akhir dari segalanya, tetapi merupakan awal dari kehidupan yang abadi di akhirat. Oleh karena itu, kita harus selalu memperbaiki kualitas hidup kita di dunia ini, menjaga hubungan baik dengan Allah SWT dan sesama manusia, serta mempersiapkan diri untuk menghadapi kematian. Kita harus senantiasa mengingatkan diri kita akan kematian sebagai pengingat agar kita selalu berada di jalan yang benar dan menjalani hidup yang bermanfaat.

Marilah kita rayakan Hari raya Idul Fitri ini sebagai momentum untuk memperbaiki diri, mengingatkan kembali tentang kematian sebagai bagian dari takdir manusia, serta merenungkan ayat-ayat Allah dalam Al-Qur'an yang mengingatkan kita tentang pentingnya mempersiapkan diri menghadapi akhirat.

Salah satu ayat dalam Al-Qur'an yang mengingatkan kita tentang kematian adalah Surah Al-An'am, ayat 32:

وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا لَعِبٌ وَلَهْوٌ ۖ وَإِنَّ الدَّارَ الْآخِرَةَ لَهِيَ الْحَيَوَانُ ۚ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ

"Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah permainan dan kesenangan belaka. Dan sesungguhnya akhirat itu adalah kehidupan yang sebenarnya, jika mereka mengetahui."

Ayat ini mengingatkan kita bahwa dunia ini hanyalah sementara, dan akhirat adalah kehidupan yang sebenarnya. Oleh karena itu, kita harus menjalani hidup ini dengan bijaksana, menggunakan waktu, energi, dan sumber daya kita untuk amal yang baik yang akan menjadi bekal kita di akhirat kelak.

Kita juga diingatkan dalam Al-Qur'an bahwa setiap manusia akan menghadapi kematian, dan tidak ada yang dapat menghindarinya. Allah SWT berfirman dalam Surah Al-An'am, ayat 60:

وَهُوَ الَّذِي يَتَوَفَّاكُم بِاللَّيْلِ وَيَعْلَمُ مَا جَرَحْتُم بِالنَّهَارِ ثُمَّ يَبْعَثُكُمْ فِيهِ لِيُقْضَىٰ أَجَلٌ مُّسَمًّى ۖ ثُمَّ إِلَيْهِ مَرْجِعُكُمْ ثُمَّ يُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ

"Dan Dialah yang menjemputmu pada waktu malam dan Dia mengetahui apa yang kamu kerjakan pada siang hari, kemudian Dia menghidupkanmu pada siang hari untuk mencapai batas waktu yang ditentukan. Kemudian kepada-Nyalah kamu dikembalikan, lalu Dia memberitahukan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan."

Ayat ini mengingatkan kita bahwa Allah-lah yang menentukan waktu kematian kita dan bahwa kita akan dipertanggungjawabkan atas amal perbuatan kita di akhirat kelak. Oleh karena itu, kita harus senantiasa mempersiapkan diri kita untuk menghadapi Allah SWT dengan amal yang baik dan takwa.

Saudaraku yang dirahmati oleh Allah,

Kematian adalah realitas yang pasti akan kita hadapi sebagai manusia. Oleh karena itu, sebagai umat Muslim, kita harus menjadikan kematian sebagai pengingat dan motivasi untuk mempersiapkan diri kita menghadapi akhirat. Kita harus menjalani hidup ini dengan penuh kesadaran akan akhirat yang sebenarnya, dan mengambil pelajaran dari ayat-ayat Allah dalam Al-Qur'an yang mengingatkan kita tentang pentingnya beramal sholeh dan bertaqwa kepada-Nya.

Mari kita gunakan momentum Idul Fitri ini untuk merenungkan makna kematian dalam hidup kita. Kita harus memperbaiki diri kita, meningkatkan ibadah kita, dan berbuat baik kepada sesama manusia. Kita harus menghindari perbuatan maksiat, mengendalikan hawa nafsu, dan mengikuti ajaran Islam dalam setiap aspek kehidupan kita.

Kita juga harus mengingatkan diri kita sendiri dan sesama kita bahwa kematian bisa datang kapan saja dan kepada siapa saja. Tidak ada yang tahu kapan saat kita akan dipanggil oleh Allah. Oleh karena itu, kita harus senantiasa siap menghadapinya dengan hati yang bersih, amal yang baik, dan iman yang kuat.

Marilah kita mengambil hikmah dari ayat-ayat Allah dalam Al-Qur'an tentang kematian, dan menjadikannya sebagai pendorong untuk menjalani hidup ini dengan bijaksana, beribadah dengan ikhlas, dan berbuat kebaikan kepada sesama. Semoga kita semua dapat menjadi hamba Allah yang taat, dan meraih keberkahan di dunia dan akhirat.

Akhir kata, marilah kita berdoa kepada Allah SWT agar Dia memberikan kita kekuatan dan hidayah untuk menghadapi kematian dengan penuh kesadaran dan persiapan yang baik. Semoga kita semua bisa merayakan Idul Fitri ini dengan hati yang bersih, pikiran yang jernih, dan amal yang ikhlas. Taqabbalallahu minna wa minkum, Eid Mubarak!


4. Khutbah Idul Fitri Tentang Anak Yatim

Siluet jamaah Muslim saat merayakan di depan masjid Dome of the Rock sebelum sholat Idul Fitri pagi, yang menandai akhir bulan suci Ramadhan, di kompleks masjid Al-Aqsa, di Yerusalem (13/5/2021). (AFP/Ahmad Gharabli)

Saudaraku yang dirahmati oleh Allah,

Di tengah-tengah perayaan Idul Fitri yang penuh sukacita, mari kita jangan melupakan para anak yatim, yang merupakan bagian dari masyarakat yang membutuhkan perhatian khusus dari kita sebagai umat Muslim. Anak yatim adalah mereka yang ditinggalkan oleh salah satu atau kedua orang tua mereka, dan mereka seringkali berada dalam kondisi rentan dan membutuhkan dukungan ekstra dari kita sebagai sesama manusia yang beriman.

Allah SWT dalam Al-Qur'an banyak kali mengingatkan kita tentang pentingnya menjaga hak-hak anak yatim dan berbuat baik kepada mereka. Salah satu ayat yang menjadi pedoman bagi kita dalam berinteraksi dengan anak yatim adalah firman Allah dalam Surat Al-Balad, ayat 10, yang berbunyi:

"Artinya: Maka mengapa Dia tidak menghadirkan hari berarti (hari kiamat) yang dapat memberikan kepastian (kepada yang memperoleh karunia) itu? Dan Allah berbicara kepada diriku sendiri dan kepada manusia secara umum, agar mereka berbuat kebaikan kepada sesama, termasuk kepada anak yatim."

Dalam ayat ini, Allah SWT mengingatkan kita tentang pentingnya berbuat kebaikan kepada anak yatim dan memberikan mereka hak-hak mereka yang sepatutnya. Sebagai umat Muslim, kita dianjurkan untuk membantu dan melindungi anak yatim, memberikan perhatian, kasih sayang, dan dukungan kepada mereka dalam bentuk apapun yang kita mampu.

Menjaga anak yatim bukan hanya sebagai kewajiban sosial, tetapi juga sebagai ibadah kepada Allah SWT. Kita sebagai umat Muslim diberikan tanggung jawab oleh Allah untuk menjaga hak-hak anak yatim, memperhatikan kesejahteraan mereka, dan membantu mereka tumbuh menjadi individu yang produktif dalam masyarakat.

Selain itu, kita juga harus mengajarkan kepada anak-anak kita nilai-nilai kasih sayang, empati, dan solidaritas terhadap anak yatim, agar mereka tumbuh dengan sikap peduli terhadap sesama. Melibatkan anak-anak kita dalam kegiatan amal dan kepedulian kepada anak yatim juga dapat menjadi bentuk pendidikan agama yang baik dalam keluarga kita.

Berbuat baik kepada anak yatim adalah bentuk ibadah yang mendalam. Allah SWT mencintai mereka yang peduli kepada anak yatim, sebagaimana ditegaskan dalam Al-Qur'an Surat Al-Baqarah, ayat 177:

"Artinya: Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur atau barat itu suatu kebajikan, tetapi sesungguhnya yang berbakti adalah orang yang beriman kepada Allah, hari akhir, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan hartanya, baik waktu lapang maupun sempit, kepada kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan), orang-orang yang meminta-minta, dan untuk (memerdekakan) hamba sahaya, serta melaksanakan shalat, dan membayar zakat, dan mereka yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa."

Ayat ini menekankan pentingnya beriman kepada Allah dan menjalankan ajaran-Nya dalam kehidupan sehari-hari, termasuk berbuat baik kepada anak yatim. Menyisihkan sebagian dari harta kita untuk membantu anak yatim, terlepas dari seberapa besar atau kecil jumlahnya, adalah tindakan mulia yang akan dihitung sebagai amal kebaikan di sisi Allah.

Marilah kita menjadikan Idul Fitri ini sebagai momentum untuk meningkatkan perhatian dan dukungan kita kepada anak yatim. Kita bisa memberikan bantuan materiil atau non-materiil, memberikan senyuman, memberikan waktu dan perhatian, atau bahkan hanya memberikan kata-kata yang penuh semangat kepada mereka. Setiap tindakan kebaikan yang kita lakukan kepada anak yatim akan menjadi amal jariyah bagi kita di akhirat.

Sebelum saya mengakhiri khutbah ini, marilah kita semua berdoa kepada Allah SWT agar Dia memberikan kita kekuatan, keikhlasan, dan keberkahan dalam menjaga anak yatim dan berbuat baik kepada mereka. Semoga Allah SWT mengangkat derajat kita dan meridhoi amal-amal kebaikan yang kita lakukan. Aamiin


5. Khutbah Idul Fitri Tentang Kisah Alqamah

Umat Muslim melaksanakan sholat Idul Fitri menandai akhir bulan suci Ramadhan di sebuah lapangan di Rawalpindi, Pakistan, Kamis (13/5/2021). (AP Photo/Anjum Naveed)

Bismillahirrahmanirrahim,

Alhamdulillahi Rabbil 'Alamin. Wa ash-hadu an la ilaha illallahu wahdahu la syarika lah, wa ash-hadu anna Muhammadan 'abduhu wa rasuluh. Amma ba'du.

Ya Allah, kami memohon keberkahan dari-Mu pada momen yang berbahagia ini, saat kita merayakan hari kemenangan, Idul Fitri. Ya Allah, berkahilah khutbah ini dan berikanlah kami hidayah-Mu agar kita dapat mengambil pelajaran dari kisah al-Qamah sebagai gambaran seseorang yang mementingkan istri tapi lalai memenuhi hak orang tua.

Saudara-saudaraku yang dirahmati Allah,

Pada hari yang fitri ini, marilah kita merenungkan kisah seorang sahabat Nabi Muhammad SAW yang bernama al-Qamah. Beliau adalah seorang yang sangat mencintai istrinya, bahkan terlalu memprioritaskan kebahagiaan istrinya, sehingga lalai dalam memenuhi hak dan kewajibannya terhadap orang tuanya.

Allah SWT telah berfirman dalam Al-Qur'an, Surat al-Muzzammil, ayat 15:

"Artinya: Sesungguhnya kamu mempunyai suri tauladan yang baik pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama-sama dengan dia, ketika mereka berkata kepada kaum mereka: 'Sesungguhnya kami berlepas diri dari kamu dan dari apa yang kamu sembah selain Allah, kami mengingkari kamu, dan antara kami dan kamu telah muncul permusuhan dan kebencian yang kekal, sampai kamu beriman kepada Allah saja', kecuali perkataan Ibrahim kepada bapaknya: 'Sesungguhnya aku akan memohonkan ampunan untukmu, walau pun aku tidak mempunyai kuasa apa-apa terhadapmu kepada Allah. Ya Tuhan kami, hanya kepada Engkaulah kami kembali, dan hanya kepada Engkaulah tempat keluh kesah."

Dalam kisah ini, Ibrahim AS dan orang-orang yang beriman bersamanya telah menjalani pengasingan dan permusuhan dari kaum mereka karena mereka menegakkan keimanan kepada Allah SWT. Namun, Ibrahim AS tetap menjaga hubungan baik dengan ayahnya, yang pada saat itu masih mempersekutukan Allah. Ibrahim AS tetap menghormati dan memohonkan ampunan untuk ayahnya, karena dia menyadari pentingnya menghormati dan memenuhi hak orang tua, meskipun mereka berbeda keyakinan.

Kisah al-Qamah, yang diriwayatkan dalam kitab hadis, adalah cerminan dari sebaliknya. Al-Qamah sangat mencintai istrinya sehingga selalu memberikan perhatian dan kasih sayang yang berlebihan kepadanya, tetapi lalai dalam memenuhi hak dan kewajibannya terhadap orang tuanya. Al-Qamah terlalu terfokus pada urusan pribadinya dan mengabaikan hak orang tuanya yang telah merawat dan membesarkannya. Akibatnya, Allah SWT mengirimkan wahyu kepada Nabi Muhammad SAW untuk mengingatkan al-Qamah akan kesalahan dan kel alaiannya dalam memenuhi hak orang tuanya. Dalam hadis riwayat Bukhari dan Muslim, Nabi Muhammad SAW bersabda:

"مَنْ لَا يُؤَدِّ الْكِبْرَ حَقَّهُ لَا يُجِيبُهُ اللَّهُ، وَمَنْ لَا يُؤَدِّ الصَّغِيرَ حَقَّهُ لَا يُجِيبُهُ اللَّهُ، وَمَنْ لَا يُؤَدِّ الْمَرْأَةَ حَقَّهَا لَا يُجِيبُهُ اللَّهُ، وَمَنْ لَا يُؤَدِّ الْجِيرَانَ حَقَّهُ لَا يُجِيبُهُ اللَّهُ، وَمَنْ لَا يُؤَدِّ الْيَتِيمَ حَقَّهُ لَا يُجِيبُهُ اللَّهُ"

Artinya: "Barangsiapa yang tidak memenuhi hak orang tua, Allah tidak akan mengabulkan doanya. Barangsiapa yang tidak memenuhi hak anak kecil, Allah tidak akan mengabulkan doanya. Barangsiapa yang tidak memenuhi hak istrinya, Allah tidak akan mengabulkan doanya. Barangsiapa yang tidak memenuhi hak tetangganya, Allah tidak akan mengabulkan doanya. Barangsiapa yang tidak memenuhi hak anak yatim, Allah tidak akan mengabulkan doanya." (HR. Bukhari dan Muslim)

Saudara-saudaraku yang dirahmati Allah,

Kisah al-Qamah menjadi pelajaran berharga bagi kita semua. Kita harus menjaga keseimbangan antara memenuhi hak dan kewajiban kepada keluarga, termasuk pasangan kita, dengan memenuhi hak dan kewajiban kita kepada orang tua, tetangga, dan masyarakat sekitar kita. Tidak boleh ada pengabaian terhadap hak-hak tersebut, karena Allah SWT sangat menghargai penghormatan dan kebaikan kepada sesama manusia.

Sebagai umat Muslim, kita diberikan tuntunan agama yang jelas tentang pentingnya menghormati dan memenuhi hak orang tua. Allah SWT dan Rasulullah SAW telah mengajarkan kepada kita agar berbuat baik kepada orang tua, memberikan kasih sayang, dan menjaga hubungan baik dengan mereka, bahkan jika mereka berbeda keyakinan. Kewajiban terhadap orang tua tidak boleh diabaikan atau dianggap remeh, karena mereka adalah anugerah dari Allah SWT kepada kita dan hak mereka tetap harus dipenuhi sepanjang hayat.

Dalam menjalani kehidupan berkeluarga, kita juga harus senantiasa mengingat pentingnya berlaku adil terhadap anggota keluarga kita, termasuk istri. Kasih sayang dan perhatian harus diberikan dengan bijaksana, tanpa mengabaikan hak-hak orang lain. Sebagai suami yang bertanggung jawab, kita harus bisa menjaga keseimbangan antara memenuhi kebutuhan istri kita, baik secara materi maupun emosional, dengan memenuhi hak dan kewajiban kita kepada orang tua dan masyarakat sekitar kita. Jangan sampai kita terjebak dalam sikap egois yang hanya memprioritaskan kepentingan pribadi dan keluarga inti kita, namun mengabaikan hak dan kewajiban kepada orang tua dan masyarakat.

Allah SWT juga mengingatkan kita untuk memperhatikan hak-hak anak yatim. Anak yatim adalah mereka yang kehilangan salah satu atau kedua orang tua mereka. Mereka membutuhkan perlindungan, kasih sayang, dan perhatian dari kita sebagai umat Muslim. Kita dianjurkan untuk membantu anak yatim, baik dalam bentuk materi maupun non-materi, seperti memberikan kasih sayang, pendidikan, dan perhatian yang mereka butuhkan. Dalam Islam, membantu anak yatim termasuk di antara amal shaleh yang sangat dianjurkan.

Saudara-saudaraku yang dirahmati Allah,

Melalui kisah al-Qamah, kita diajak untuk introspeksi diri dan mengambil pelajaran berharga dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Kita harus menjaga keseimbangan antara memenuhi hak dan kewajiban kepada keluarga inti, seperti istri dan anak-anak, dengan memenuhi hak dan kewajiban kita kepada orang tua, tetangga, dan masyarakat sekitar kita. Kita juga harus tidak lalai dalam membantu anak yatim, karena Allah SWT sangat menghargai perbuatan baik terhadap mereka.

Marilah kita berkomitmen untuk menjadi individu yang baik dan berakhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari, dengan menghormati dan memenuhi hak semua pihak yang berhak menerimanya. Kita harus senantiasa berupaya menjadi contoh yang baik dalam mempraktikkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan kita, termasuk dalam menghormati dan memenuhi hak orang tua, istri, anak-anak, tetangga, dan anak yatim.

Saudara-saudaraku yang dirahmati Allah,

Marilah kita mengisi Hari Raya Idul Fitri ini dengan semangat untuk memperbaiki diri, memperkuat hubungan dengan Allah SWT, dan memperbaiki hubungan kita dengan sesama manusia. Marilah kita merenungkan kisah al-Qamah sebagai contoh nyata tentang pentingnya menjaga keseimbangan dalam memenuhi hak dan kewajiban kepada semua pihak yang berhak menerimanya.

Saya mengakhiri khutbah ini dengan mengingatkan kita semua untuk senantiasa berlaku adil, hormat menghormati, dan menjaga hubungan baik dengan semua pihak yang berada dalam lingkungan kita. Marilah kita berkomitmen untuk menjadi individu yang bertakwa dan menjalani hidup sesuai dengan tuntunan agama Islam. Semoga Allah SWT memberikan kita taufik dan hidayah-Nya untuk menjadi hamba yang berbakti kepada-Nya dan berbakti kepada sesama manusia.

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

 

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya