Liputan6.com, Jakarta - Saham Alibaba turun hampir 3 persen usai SoftBank menjual sebagian besar sahamnya di perusahaan tersebut. SoftBank diketahui telah menjual sekitar USD 7,2 miliar saham di raksasa e-commerce China melalui kontrak berjangka prabayar.
SoftBank sekarang hanya akan mempertahankan 3,8 persen saham di Alibaba, yang memiliki kapitalisasi pasar hampir USD 250 miliar. Melansir laman CNBC, Kamis (14/3/2023), baru sekitar tiga tahun lalu SoftBank mempertahankan porsi kepemilikan 25 persen atas saham Alibaba senilai lebih dari USD 100 miliar itu.
Advertisement
Saat itu, Alibaba adalah investasi SoftBank yang paling berharga. Namun selama bertahun-tahun, SoftBank dan Vision Fund-nya telah membukukan kerugian kuartalan yang sangat besar di tengah perlambatan di sektor teknologi yang telah memukul valuasi.
Pada Februari 2023, Vision Fund membukukan kerugian sebelum pajak sebesar 660 miliar yen Jepang atau sekitar USD 5 miliar. Pada saat itu, Pendiri sekaligus CEO Softbank Group, Masayoshi Son mengatakan SoftBank akan beroperasi dalam mode "bertahan" dan lebih "konservatif". Son menginvestasikan USD 20 juta di Alibaba pada 2000, membantu startup e-commerce itu tumbuh menjadi salah satu perusahaan teknologi terbesar di dunia.
Pada Maret 2023, Alibaba berencana memecah perusahaan menjadi enam grup bisnis, dengan masing-masing unit dapat menerima pendanaannya sendiri dan berpotensi go public.
Langkah itu dirancang untuk membuka nilai (open velue) bagu pemegang saham dan mendorong daya saing pasar. Informasi saja, pada 2020 lalu Son mengundurkan diri dari dewan Alibaba, tak lama setelah co-founder Alibaba Jack Ma mengundurkan diri dari dewan SoftBank.
Saham Alibaba Meroket 12,23 Persen Usai Umumkan Bakal Pecah 6 Entitas Bisnis
Sebelumnya, saham Alibaba yang tercatat di bursa saham Hong Kong melonjak 15 persen pada perdagangan saham Rabu pagi, (29/3/2023). Namun, penutupan perdagangan, penguatan saham Alibaba berkurang.
Saham Alibaba ditutup naik 12,23 persen ke posisi 94,55 dolar Hong Kong.Hal ini setelah Alibaba mengumumkan pemecahan bisnis menjadi enam grup bisnis. Di wall street, saham Alibaba naik 14,26 persen. Setelah perdagangan, saham Alibaba bertambah 0,71 persen.
Alibaba memutuskan untuk menjadi unit yang berbeda berarti masing-masing akan dikelola oleh kepemimpinan dan dewan eksekutifnya sendiri dan dapat mengejar penggalangan dana dan IPO independent ketika sudah siap. Perusahaan mengatakan, langkah itu bertujuan untuk membuka nilai pemegang saham. Enam saham itu antara lain:
- Cloud Intelligence Group: mencakup aktivitas cloud dan kecerdasan buatan perusahaan
- Taobao Tmall Commerce Group: platform belanja online termasuk Taobao dan Tmal
- Local Service Group: mencakup layanan pengiriman makanan Alibaba Ele.me dan pemetaannya
- Cainiao Smart Logistics: menaungi layanan logistik Alibaba
- Global Digital Commerce Group: termasuk bisnis e-commerce internasional Alibaba termasuk AliExpress dan Lazada
- Digital Media and Entertainment Group: mencakup bisnis streaming dan film Alibaba
Perombakan raksasa teknologi China terjadi di belakang perusahaan menghadapi perjuangan berkelanjutan dengan pertumbuhan selama beberapa kuartal terakhir. Adapun kapitalisasi pasar saham Alibaba susut USD 600 miliar dari puncaknya yang terlihat pada Oktober 2020 karena terus bergulat dengan tindakan keras pemerintah China terhadap sektor teknologi.
Investor Guy Spier menuturkan, pergerakan saham lebih mencerminkan rasa lega ketimbang harapan investor dalam berbisnis. "Reli di saham tidak begitu banyak karena pasar mengharapkan profitabilitas yang lebih besar, bukan karena ketegangan dengan regulator tampaknya telah diselesaikan,” ujar Spier.
Advertisement
Konsumen China Bakal Penerima Manfaat
Ia menuturkan, perusahaan akan hadapi lebih sedikit tekanan ke depan. Spier menambahkan, konsumen China bukan investor akan menjadi penerima manfaat dari perombankan Alibaba.
“Ini menetapkan panggung untuk sektor teknologi China yang lebih inovatif dan persaingan yang jauh lebih banyak sangat bagus untuk konsumen China. Mengurangi konsentrasi dan kekuatan satu bisnis di China yang membut regulator China tidak nyaman,” ujar dia.
Saham teknologi di Hong Kong menguat pada perdagangan Rabu pagi. Saham Tencent naik 3 persen, saham JD.com melonjak hampir 5 persen dan Baidu naik lebih dari 3 persen. Indeks Hang Seng teknologi naik 3,3 persen pada jam pertama perdagangannya, dan memimpin kenaikan di kawasan Asia Pasifik.
Pergerakan saham yang terjadi terlihat pada harga saham sejenis lainnya di wall street menunjukkan perusahaan teknologi China lainnya dapat beralih ke tindakan serupa untuk bisnis mereka.
“Saya pikir investor mengatakan apa yang kami lihat di Alibaba benar-benar pemimpin teknologi China, rencana mereka dapat dimanfaatkan oleh orang lain,” ujar CIO KraneShare, Brendan Ahern.
Ia menuturkan, pengumuman perusahaan ini menunjukkan pendiri Alibaba Jack Ma, yang baru-baru ini terlihat di China setelah habiskan waktu berbulan-bulan di luar negeri terlibat dapat proses ini.
“Sangat jelas dia memainkan peran dalam struktur baru ini yang benar-benar sesuai dengan apa yang dikatakan perusahaan,ini telah melepaskan nilai pemegang saham,” kata dia.
Advertisement
Jack Ma Dikabarkan Kembali ke China
Sebelumnya, Jack Ma, miliarder sekaligus pendiri Alibaba Group Holding, dikabarkan telah kembali ke China baru-baru ini setelah lebih dari setahun bepergian ke luar negeri.
Melansir Channel News Asia, Senin (27/3/2023) sebuah sumber mengatakan Jack Ma mengunjungi sekolah yang didirikannya di kota Hangzhou, tak lama setelah kembali ke China.
Pada Senin (27/3/2023), Jack Ma dilaporkan bertemu dengan guru dan pelajar di Sekolah Yungu, sekolah swasta yang mencakup taman kanak-kanak hingga sekolah menengah atas, yang didanai oleh para pendiri Alibaba pada 2017.
Dalam kunjungan itu, Jack Ma mendiskusikan isu pendidikan dan teknologi ChatGPT dengan sekolah tersebut.
Seperti diketahui, Jack Ma kembali ke China setelah singgah di Hong Kong, di mana dia bertemu rekan rekannya dan juga mengunjungi Art Basel. Miliarder itu dikenal sangat bersemangat dalam melukis dan seni.
Jack Ma, yang pensiun sebagai ketua Alibaba pada hari ulang tahunnya yang ke-55 pada tahun 2019, telah melakukan perjalanan ke berbagai negara untuk belajar tentang teknologi pertanian. Rencana perjalanannya diikuti oleh pengamat China.
Sementara Jack Ma secara bertahap hilang dan muncul dari pandangan publik, keberadaannya diawasi dengan ketat, terutama setelah perusahaan yang ia dirikan – termasuk Alibaba dan afiliasi tekfinnya, Ant Group – berada di bawah pengawasan di tengah tindakan keras China yang intensif terhadap sektor teknologi.
Jack Ma juga pernah mengungkapkan dia ingin mendedikasikan masa pensiunnya untuk kegiatan filantropi, pendidikan pedesaan, dan mengejar minatnya untuk menghidupkan kembali sektor pedesaan di China.
Advertisement