Liputan6.com, Jakarta - PT Prodia Widyahusada Tbk (PRDA) membidik pertumbuhan margin laba kotor atau earning before interest tax, depreciation, and amortization (EBITDA) hingga 30 persen serta margin laba bersih hingga 17 persen pada 2023.
Direktur Keuangan Liana Kuswandi Prodia Widyahusada menuturkan, pihaknya menargetkan laba kotor dan margin laba bersih meningkat pada 2023.
Advertisement
"Untuk target pendapatan kami melihat ini adalah new normal tentunya tidak bisa dibandingkan dengan target laba, target laba kami marginnya baik itu EBITDA maupun net income kami berusaha menjaga minimal di angka yang sama ini cukup challenge. Artinya efisiensi tetap berjalan di tengah perubahan belanja customer kita jadi kurang lebih 16-17 persen untuk net income, kalau bisa lebih. Untuk EBITDA di kisaran 27-30 persen," kata Liana dalam paparan publik, Kamis (13/4/2023).
Dalam rangka memperbaiki kinerja menjadi lebih baik, Prodia tengah menyiapkan sejumlah strategi mulai dari digitalisasi hingga kolaborasi.
"Dalam hal akselerasi digital, Prodia menghadirkan anak perusahaan PT Prodia Digital Indonesia yang fokus mengembangkan aplikasi U by Prodia, pengembangan Prodia Mobile for Doctor, serta menyediakan pemesanan layanan Home Service dengan jangkauan hingga lebih dari 1.000 lokasi per hari di seluruh Indonesia," kata Direktur Utama Prodia Widyahusada Dewi.
Menurut ia, kunci memperbaiki kinerja bisa dilakukan dengan memperbanyak kolaborasi. Prodia juga selalu membangun kolaborasi dengan para penyedia layanan kesehatan lainnya, diantaranya Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Alia Hospital, IHH Healthcare Malaysia, serta kemitraan digital lainnya.
"Kita sebagai pusat rujukan tes laboratorium yang lengkap dan advanced, itu akan kita kembangkan terus. Jadi pelayanan dan rujukan untuk tes laboratorium yang tidak biasa akan menjadi andalan," imbuhnya.
Kembangkan Next Generation Lab
Prodia juga telah mengembangkan 18 tes baru dari Next-Generation Lab termasuk pemeriksaan genomik terkait gaya hidup dan risiko penyakit, serta pemeriksaan preventif dan prediktif.
"Makanya kenapa kita buat Next-Generation Lab, kemudian di era presistion medical ini banyak inovasi lab tes baru yang arah ya ke komponen diagnostic untuk layanan terapi yang banyak untuk cancer medicine. Makin banyak layanan obat obat baru di penyakit sulit seperti cancer dan lainnya yang kedepannya akan diobati berdasarkan tipe penyakit atau mutasi gennya kalau di cancer sehingga untuk tahu obat mana yang cocok harus periksa la," kata dia.
Dengan demikian, hal itu akan menjadi satu penemuan baru. Alhasil, ke depan pola pengobatan akan di personalisasi.
"Orang sekarang diobati dengan one size fit for all artinya obat anti nyeri diberikan dengan dosis dan jenis yang sama. Tapi ke depan akan ada pola pengobatan yang presisi dan personal dia harus cek dulu pola dna terhadap obat," ujarnya.
Advertisement
Optimalkan Saluran Digital
Dewi menjelaskan, dengan berbagai inisiatif dan inovasi, Prodia mampu menaklukkan berbagai tantangan dalam rangka meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan dan terciptanya paradigma sehat.
"Sebagai upaya berkelanjutan, kami menyiapkan berbagai strategi seperti perluasan jejaring outlet termasuk jenis tes dan layanan yang disediakan, penerapan customer centric model, hingga penekanan transformasi digital untuk mendukung konsistensi performa Prodia pada 2023," ujar dia.
Di sisi lain, Prodia akan terus memaksimalkan pemanfaatan saluran digital demi memberikan pengalaman terbaik dan kemudahan akses bagi pelanggan, salah satunya dengan penerapan omnichannel untuk segmen Business to Consumer (B2C). Hal ini didukung dengan hadirnya PT Prodia Digital Indonesia, anak usaha perseroan, yang diharapkan mampu mendorong pertumbuhan volume dan pendapatan.
"Untuk segmen Business to Business (B2B), kami memperkuat transformasi digital melalui ProdiaLink, yaitu interoperability system yang dapat mempermudah proses referal ke lab kami," imbuhnya.