Liputan6.com, Jakarta Maudy Ayunda pernah mengenyam mpendidikan di Oxford University, Inggris dan Stanford University, California. Dengan begitu, dia sempat beberapa kali melewati Ramadhan di negara lain.
Menurut Maudy Ayunda, ada tantangan besar saat menjalankan ibadah puasa di luar negeri. Yang pertama, tentunya dia kehilangan nuansa berpuasa di lingkungan mayoritas muslim.
Advertisement
"Kayaknya selama aku di luar negeri kalau Ramadhan itu energinya memang berbeda, mungkin karena ada asosiasi bulan Ramadhan di masa kecil itu selalau bersama keluarga, buka bersama, ibadah bersama," ujarnya di YouTube Najwa Shihab.
"Saat itu tidak ada itu tantangan atau motivasi untuk menjalankan dengan sepenuh hati dan energi yang resilience seperti itu tuh sedikit lebih menantang. Apalagi kalau di sekitar aku saat itu komunitasnya juga tidak berpuasa jadi harus creating bubble sendiri," ia menyambung pernyataan.
Beratnya Puasa di Musim Panas
Tak haanya Maudy Ayunda, adiknya yang bernama Amanda Khairunnisa juga sempat sekolah di Inggris. Dia juga merasakan betapa beratnya puasa di negara empat musim.
"Dan ditambah kalau zaman adik aku waktu di Inggris puasanya panjang karena summer. Jadi antara waktu subuh dan buka puasa itu panjang sekali," ujar Maudy Ayunda.
Advertisement
Kehilangan Kebersamaan dengan Komunitas
Jadi, melewati Ramadhan bersama keluarga dan teman-teman adalah hal yang sangat dirindukan Maudy Ayunda ketika dia masih tinggal di luar negeri.
"Ada tantangan-tantangan yang terjadi kalau misalnya di luar negeri. Tapi lebih ke kehilangan komunitas ya karena ternyata betapa indahnya saat menjalani Ramadhan bersama komunitas, keluarga, saat kehilangan itu yang paling sulit," tutupnya.