Liputan6.com, Gorontalo - Setelah dua tahun hanya dilaksanakan sederhana akibat pandemi Covid-19, Tahun ini, festival tumbilotohe di Provinsi Gorontalo bakal digelar meriah.
Tumbilotohe merupakan tradisi masyarakat Gorontalo yang digelar saat malam-malam terakhir Ramadan atau saat menjelang Idul Fitri. Tradisi ini juga biasa disebut dengan malam pasang lampu.
Baca Juga
Advertisement
Hal ini pun membuat Pedagang lampu minyak tradisional seketika meraup untung menjelang Lebaran. Para pedagang mulai memanfaatkan tradisi itu untuk mencari tambahan uang dengan menjual pelita yang terbuat dari botol bekas.
Di Kota Gorontalo misalnya, sejumlah lapak dadakan di pinggiran jalan mulai menawarkan lampu botol kepada warga yang melintas.
"Alhamdulillah, tahun ini tradisi tumbilotohe kembali dilaksanakan meriah di Gorontalo. Lampu yang tidak laku terjual tahun lalu kini bisa kami jual lagi," kata Takeda Ibrahim warga Kota Gorontalo sembari menawarkan jualan itu.
Menurutnya, sudah beberapa hari ini lampu tradisional yang dijualnya, banyak diborong warga. Bahkan, ada warga yang membeli hingga ribuan botol lampu tradisional itu.
"Pernah tiga hari lalu ada yang borong seribu botol lampu, katanya buat festival. Kami sangat senang tahun ini banyak keuntungan dari menjual lampu tumbilotohe," tuturnya.
Ia mengaku sudah lima tahun menjadi pedagang musiman dengan berjualan pelita tersebut. Khusus untuk bulan Ramadan pada tahun ini, Takeda menyebut telah menyiapkan tujuh ribu pelita yang dibuatnya dari botol bekas.
"Sudah beberapa hari jualan di sini. Saya sudah menyiapkan stok banyak, dan yang laku hingga saat ini sudah hampir 3 ribu botol," ucapnya.
Sementara kata Takeda, harga setiap lampu bervariasi. Tergantung jenis pelita yang dibutuhkan pembeli. Untuk pelita dengan 12 sumbu lampu dijual dengan harga Rp12 ribu
"Sementara untuk 3 lampu botol lengkap dengan sumbu lampu dijual dengan harga Rp5 ribu per buah," imbuhnya
"Biasanya yang laku lampu botol lengkap dengan sumbu," ia menandaskan