Liputan6.com, Jakarta Status vaksinasi COVID-19 dari temuan dua kasus subvarian Omicron XBB.1.16 atau varian Arcturus domisili DKI Jakarta ternyata mereka sudah vaksin dosis 3 atau booster pertama. Satu di antaranya, mengalami gejala ringan seperti batuk pilek.
Kepala Seksi Surveilans Epidemiologi dan Imunisasi Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, Ngabila Salama mengungkapkan, pasien pertama laki-laki berusia 56 tahun mengalami gejala COVID Arcturus ringan.
Advertisement
Walau mempunyai riwayat perjalanan dari luar negeri, yakni sepulang dari India dengan tanggal swab PCR pada 23 Maret 2023, ia cukup melakukan isolasi mandiri di rumah. Kini, ia dinyatakan sudah sembuh.
"Pasien pertama domisili Jakarta Selatan. Gejalanya ringan, ada batuk, pilek sama nyeri otot. Dia punya riwayat komorbid hipertensi," ungkap Ngabila melalui pesan singkat yang diterima Health Liputan6.com pada Jumat, 14 April 2023.
"Ya, ada riwayat perjalanan dari India. Tiba di Jakarta 16 Maret 2023. Isoman di rumah dan sembuh."
Gejala Pasien Kedua, Muncul Anosmia
Pada kasus kedua, yakni perempuan usia 34 tahun yang dirawat di rumah sakit. Ia mengalami gejala batuk kering dan muncul anosmia (kehilangan penciuman).
Anosmia ini dialami saat dirawat di rumah sakit selama 6 hari. Ia kini sudah sembuh.
"Domisili di Jakarta, nge-kost di Jakarta Utara, gejalanya demam menggigil, mual muntah, sakit kepala, sakit tenggorokan, batuk kering, anosmia. Itu pas dirawat di rumah sakit baru muncul anosmia," terang Ngabila.
Tidak Ada Gejala Khas yang Membedakan COVID Arcturus
Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara, Tjandra Yoga Aditama mengatakan, tidak ada gejala khas varian COVID Arcturus. Gejala dan penularannya sama seperti subvarian COVID pada umumnya.
"Cara penularan sama seperti COVID-19 pada umumnya. Tentang gejala, tidak ada gejala yang khas, yang membedakan Arcturus dengan varian-varian lain," katanya kepada Health Liputan6.com melalui pesan singkat pada Kamis, 13 April 2023.
"Jadi untuk memastikannya harus dilakukan Whole Genome Sequencing (WGS)."
Sebagian Besar Kasus Arcturus Ringan
Disebutkan bahwa varian Arcturus menunjukkan lebih menular. Hal ini yang menyebabkan pemicu jumlah kasus naik.
Walau begitu, lanjut Tjandra, sebagian besar kasus terbilang ringan.
"Data yang ada memang menunjukkan Arcturus lebih mudah menular sehingga jumlah kasus dapat saja meningkat, tetapi sebagian besar kasusnya adalah ringan. Jadi, kalau toh kasus bertambah maka tidak akan separah dulu, tentu kalau tidak ada perubahan genomik di masa datang," lanjutnya.
Selanjutnya, WHO mengatakan bahwa varian Arcturus memang perlu diwaspadai.
“XBB.1.16 Arcturus, is the next Omicron variant to watch (XBB.1.16 Arcturus adalah varian Omicron berikutnya untuk diperhatikan)" sambung Tjandra.
Advertisement
Gejala Arcturus Sama Seperti Gejala COVID pada Umumnya
Tjandra Yoga Aditama kembali menekankan, bahwa COVID-19 varian apapun tidak bisa dibedakan berdasarkan gejalanya. Termasuk COVID Arcturus yang sudah masuk Indonesia ini.
"Tidak ada gejala yang secara jelas mengatakan kalau Alpha begini, Beta begini, Arcturus juga begini," katanya saat dihubungi Health Liputan6.com melalui sambungan telepon pada Kamis, 13 April 2023.
"Jadi, secara umum sama saja seperti gejala COVID pada umumnya."
Sebagian Kurang Batuknya
Diakui Tjandra memang sebagian varian COVID-19 memiliki gejala seperti badan yang tidak terlalu panas atau sebagian kurang batuknya. Namun, tidak secara spesifik memisahkan antara satu varian dengan varian lainnya.
"Selama ini, kan, beritanya kalau (varian COVID-19) ini batuknya sedikit, (varian COVID-19) ini batuknya banyak. Jadi, orang berpikir 'Oh, kalau batuknya banyak pasti (varian COVID-19) ini.' Namun, tidak bisa begitu," ujar pria yang juga Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia itu.