Liputan6.com, Jakarta Kasus COVID-19 di Indonesia yang kembali naik dalam beberapa hari terakhir ini menimbulkan pertanyaan, apa karena kemunculan subvarian Arcturus? Seperti diketahui, varian yang juga dikenal subvarian Omicron XBB.1.16 ini terdeteksi dua kasus di Indonesia.
Juru Bicara Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) Mohammad Syahril menjelaskan, kenaikan kasus termasuk hal yang bisa terjadi karena kondisi masih pandemi COVID-19.
Advertisement
"Yang pertama statement-nya (pernyataan) adalah kenaikan kasus yang terjadi itu adalah hal yang bisa terjadi setiap saat, karena kita masih pandemi gitu ya," jelasnya saat dihubungi Health Liputan6.com melalui sambungan telepon pada Jumat, 14 April 2023.
Varian Corona Lama dan Varian Baru Menyebar
Menurut Syahril, ada dua penyebab kenaikan kasus COVID-19.
"Nah, kenaikan kasus itu ada dua hal yang menyebabkan. Pertama, bisa jadi varian yang lama ya, karena kita kurang disiplin, lalu dia menyebar lagi gitu," katanya.
"Yang kedua, pengalaman kita yang lalu. Beberapa negara memang ada kenaikan kasus karena ada subvarian baru. Dulu kita lihat kan ada Delta, Omicron, dan ada macam-macam lainnya, termasuk ini yang baru (COVID Arcturus)."
Gejala COVID Arcturus Tidak Terlalu Berat
Berdasarkan data Kemenkes RI, tercatat dua kasus COVID Arcturus di Indonesia. Keduanya berdomisili di DKI Jakarta.
Dari sisi gejala, lanjut Mohammad Syahril, sebenarnya gejala varian Arcturus hampir sama dengan subvarian Omicron lain. Ini karena masih dalam satu keturunan.
"Nah ini baru ditemukan dua kasus. Lalu nanti selanjutnya kita akan melihat berikutnya (perkembangannya). Tapi apapun, varian apapun ya enggak ada masalah," lanjutnya.
"Karena kan ini masih satu keturunan lah istilahnya sehingga gejala pun sebetulnya tidak terlalu berat. Hampir sama gejalanya."
2 Kasus Varian Arcturus sudah Sembuh
Dua kasus varian Arcturus yang positif pada Maret 2023 kini sudah sembuh. Satu kasus memiliki riwayat perjalanan luar negeri dari India, sedangkan satu lagi tidak mempunyai riwayat perjalanan luar negeri.
"Yang dari luar negeri kan imported case (kasus impor) karena perjalanan. Kalau yang satu kan tidak ada, berarti dia lokal," Syahril menambahkan.
"Jadi apapun lokal dan impor enggak ada masalah, artinya tuh ya nanti obatnya sama, penanganannya sama, vaksinnya sama."
Advertisement
Kekhawatiran Terhadap Jalannya Mudik Lebaran
Pada Rabu, 12 April 2023, penambahan kasus positif COVID sebanyak 987 orang, hampir 1.000 orang. Kenaikan kasus positif membawa kekhawatiran terhadap jalannya mudik Lebaran yang akan segera tiba.
Terkait hal ini, Dirjen Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kemenkes RI Lucia Rizka Andalucia mengatakan, protokol kesehatan selama mudik Lebaran 2023 tetap seperti yang sudah-sudah.
"Selalu tetap seperti yang sudah protokolnya. Dan, seperti yang disampaikan Pak Budi (Menteri Kesehatan Indonesia) kita sudah punya sarana untuk tes dan bahkan masyarakat bisa tes antigen mandiri," kata Rizka usai acara 'Penyerahan Hibah Paxlovid' di Gedung Kemenkes RI Jakarta, Kamis (13/4/2023).
"Sudah ada QR Code-nya, nanti setelah ini kita akan rilis bagaimana cara melaporkan QR Code-nya."
Akses Telemedisin Lewat QR Code
Jika masyarakat dinyatakan positif COVID-19, maka dengan QR Code itu dia bisa mendapatkan akses telemedisin yang telah disediakan Kemenkes.
"Terkait self test, obat-obatan kita sudah siap, vaksin juga kita sudah memiliki jumlah yang lebih dari cukup," sambung Lucia.