Liputan6.com, Riyadh- Kedutaan Besar Iran di Arab Saudi membuka gerbangnya pada Rabu 12 April 2023, untuk pertama kalinya dalam tujuh tahun saat pemulihan hubungan diplomatik penuh antara kedua negara semakin cepat.
Misi diplomatik itu, mengutip Arab News Jumat (14/4/2023), dibuka beberapa jam setelah Kementerian Luar Negeri Iran mengatakan delegasi teknis telah tiba di negara kerajaan untuk mengawasi pekerjaan tersebut.
Advertisement
Langkah tersebut merupakan produk terbaru dari kesepakatan bersejarah yang ditengahi China dan ditandatangani di Beijing pada bulan Maret, untuk Arab Saudi dan Iran untuk melanjutkan hubungan diplomatik dan memulihkan perjanjian sebelumnya tentang keamanan, perdagangan, dan investasi.
"Sesuai dengan pelaksanaan perjanjian antara Iran dan Arab Saudi tentang dimulainya kembali kegiatan diplomatik ... delegasi teknis Iran tiba di Riyadh pada Rabu tengah hari dan disambut oleh pejabat Saudi," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Nasser Kanani.
Delegasi Iran disebut akan mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk membuka kembali kedutaan di Riyadh dan konsulat jenderal di Jeddah, serta aktivitas perwakilan tetap Iran di Organisation of Islamic Cooperation (Organisasi Kerjasama Islam).
Adapun menteri luar negeri kedua negara bertemu di Beijing bulan ini untuk pertemuan formal pertama para diplomat top mereka. Delegasi teknis Arab Saudi bertemu dengan kepala protokol Iran di Teheran pekan lalu, dan dijadwalkan terbang ke kota kedua Iran, Masyhad, Kamis.
Arab Saudi Juga Negosiasi dengan Milisi Houthi
Seiring bertambahnya kontak, Arab Saudi juga bernegosiasi dengan milisi Houthi yang didukung Iran di Yaman untuk mengakhiri konflik sembilan tahun di sana. Duta Besar Saudi Mohammed Al-Jaber berada di Sanaa, ibu kota Yaman yang dikuasai Houthi, berharap untuk menstabilkan gencatan senjata yang ada dan bekerja menuju solusi politik yang komprehensif antara Houthi dan pemerintah sah Yaman.
Sebagai buah pertama dari pembicaraan itu, operasi tiga hari untuk menukar sekitar 900 tahanan diharapkan akan dimulai pada hari Jumat.
Analis mengatakan kepada Arab News bahwa dimulainya kembali hubungan diplomatik antara Arab Saudi dan Iran telah meremajakan proses perdamaian di Yaman.
"Perjanjian perdamaian regional tidak akan menyelesaikan semua masalah dengan cepat," kata pakar urusan Yaman Badr Al-Qahtani. "Namun, mereka akan menginspirasi semua orang, dan kekuatan regional akan mendorong sekutu mereka, sambil memanfaatkan kepercayaan dan pengaruh, untuk mendorong perdamaian."
Advertisement
Hubungan Arab Saudi dan Iran Mencair, Raja Salman Undang Presiden Ebrahim Raisi ke Riyadh
Kesepakatan antara Arab Saudi dan Iran untuk memulihkan kembali hubungan diplomatik telah menempatkan China pada peran utama dalam politik Timur Tengah, posisi yang sebelumnya kerap dimainkan oleh dua adidaya lainnya: Amerika Serikat (AS) dan Rusia.
Fenomena tersebut dinilai sekaligus menandai bahwa pengaruh diplomatik China tumbuh menyamai ekonominya.
Kesepakatan yang dicapai di Beijing pada Jumat (10/3/2023), di mana Iran dan Arab Saudi setuju untuk membuka kembali kedutaan mereka dan bertukar duta besar setelah tujuh tahun penuh ketegangan, menunjukkan sisi berbeda dari diplomasi China yang selama ini lebih menonjol lewat agresivitas di Laut China Selatan atau ancaman terhadap Taiwan.
Presiden Xi Jinping diduga kuat memainkan peran langsung mendamaikan Arab Saudi-Iran, tepatnya ketika dia menjamu Presiden Ebrahim Raisi di Beijing bulan lalu dan ketika dia melawat ke Riyadh pada Desember 2022.
Kesuksesan diplomasi China di Timur Tengah terjadi ketika AS mulai mengurangi keterlibatannya di kawasan itu dan kepentingan ekonomi China semakin menariknya ke dalam konflik yang jauh dari wilayahnya.
China, merupakan importir terbesar energi Timur Tengah, sementara AS telah mengurangi ketergantungan impornya karena negara tersebut beralih ke kemandirian energi.
"Pejabat China telah lama meyakini bahwa Beijing harus memainkan peran yang lebih aktif di wilayah tersebut," ujar pakar politik spesialisasi China dari University of Miami June Teufel Dreyer seperti dilansir AP, Selasa (14/3).
"Gesekan antara AS dan Arab Saudi telah menciptakan kekosongan yang dengan senang hati akan diisi oleh Beijing."
China telah banyak berinvestasi dalam infrastruktur energi kawasan, termasuk mengirimkan kapal angkatan lautnya untuk bergabung dengan operasi anti pembajakan di lepas pantai Somalia, meskipun Angkatan Laut AS telah lama menjadi penjaga keamanan utama perairan Timur Tengah sejak 1980-an.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China pada Sabtu menegaskan bahwa Beijing tidak mengejar kepentingan egois apapun dalam upaya mendamaikan Arab Saudi-Iran.
"China tidak berniat dan tidak akan berusaha mengisi apa yang disebut dengan kekosongan atau membuat blok eksklusif," sebut jubir Kemlu China, merujuk pada AS.
Hubungan Arab Saudi dan Iran Mencair, Raja Salman Undang Presiden Ebrahim Raisi ke Riyadh
Sebelumnya, Iran menyatakan bahwa Arab Saudi mengundang Presiden Ebrahim Raisi untuk melakukan kunjungan kenegaraan. Kabar itu disampaikan seorang pejabat senior Iran, Mohammad Jamshidi.
"Dalam sepucuk surat kepada Presiden Raisi, Raja Salman bin Abdulaziz menyambut baik kesepakatan antara dua negara, mengundangnya ke Riyadh & menyerukan kerja sama ekonomi/regional yang kuat. Raisi menyambut baik undangan tersebut & menegaskan kesiapan Iran memperluas kerja sama," twit Jamshidi.
Pengumuman tersebut datang setelah lebih dari seminggu kedua negara sepakat memulihkan hubungan diplomatik.
Sejauh ini, Arab Saudi belum mengonfirmasi undangan yang diklaim Jamshidi.
Secara terpisah, Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amir-Abdollahian mengatakan bahwa kedua negara juga telah sepakat untuk menggelar pertemuan level menteri luar negeri. Terkait hal itu, tiga kemungkinan lokasi telah diusulkan. Demikian seperti dilansir BBC, Senin (20/3/2023).
Namun, Amir-Abdollahian tidak menyebutkan lokasi yang dimaksud dan kapan pertemuan itu akan berlangsung.
Advertisement