Liputan6.com, Jakarta - Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) RI, Hasto Wardoyo mengungkap, angka stunting di Jakarta Selatan termasuk rendah karena Program Bapak Asuh Stunting dijalankan dengan baik.
Hal ini disampaikannya dalam acara 'Silaturahmi Program Gotong Royong pada Upaya Penurunan Stunting dan Penyerahan Bantuan Bapak/Bunda/Kakak Asuh Anak Stunting bagi Baduta dan Balita' di RPTRA Baung, Jakarta Selatan, pada Kamis, (13/4/2023).
Advertisement
“Kebetulan di Jakarta Selatan ini sudah keren sekali untuk kegiatan Program Bapak Asuh,” tuturnya.
Lebih lanjut, ia menerangkan, tugasnya sebagai Kepala BKKBN adalah menemukan dan mengarahkan orang-orang yang ingin berpartisipasi dalam Program Bapak Asuh Stunting.
“Saya bertugas menemukan antara orangtua atau orang yang mau menjadi Bapak Asuh (anak stunting) kepada mereka yang memerlukan,” tambahnya.
Risiko Stunting di Jakarta Selatan Rendah
Hasto mengatakan, bukti konkret dari penanganan stunting yang baik adalah hanya ada empat balita yang memiliki risiko stunting di Kelurahan Kebagusan, Jakarta Selatan.
Oleh sebab itu, katanya, Program Bapak Asuh Stunting ini terus diarahkan oleh pemerintah.
“Pak Walikota dan Pak Gubernur sudah mengarahkan supaya semua PNS (pegawai negeri sipil) jadi Bapak Asuh, tentu sesuai kemampuannya,” kata mantan Bupati Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta itu.
Subsidi Silang Mudah Dilakukan di Jakarta
Selain program tersebut, ia mengatakan bahwa akan lebih mudah untuk melakukan subsidi silang di Jakarta.
Sebab, di ibukota lebih banyak warga yang keadaan finansialnya baik dibandingkan daerah lainnya.
“Kalau Jakarta ini kan luar biasa, banyak sekali yang mampu. Jadi, kalau mau menggeser orang-orang yang sudah mampu itu sedikit subsidi silang kepada yang masih stunting dan miskin, akan cepat sekali,” katanya.
DKI Jakarta Tempati Angka Stunting Terendah Kedua, Dikalahkan Bali
Meski begitu, Hasto mengungkap bahwa angka stunting terendah di DKI Jakarta masih kalah dengan Bali yang menduduki peringkat satu.
“Hari ini, DKI masih juara dua, kalah dengan Bali,” ungkapnya.
Lebih lanjut, ia berharap DKI Jakarta bisa menempati peringkat satu untuk angka terendah stunting. “DKI itu harus betul-betul juara satu untuk zero stunting. Kalaupun mungkin tidak zero, DKI harus juara satu,” ia menekankan.
Gotong Royong Jakarta Perlu Ditingkatkan
Menurut Hasto, DKI Jakarta sudah memiliki gotong royong yang baik, terutama di Jakarta Selatan.
“Jakarta Selatan itu gotong royongnya yang lebih bagus. Kalau kita mau ke Jakarta, pilot project (untuk menangani stunting) sudah ada di sini,” ungkapnya.
Meski begitu, ia tetap mengarahkan masyarakat untuk lebih meningkatkan gotong royong.
“Dulu ada, lho, Bulan Bakti Gotong Royong. Tidak hanya di desa, tapi di Jakarta ini harus ada juga untuk kemudian mengetuk hati orang-orang yang mampu agar membantu,” tegasnya.
Advertisement
Berharap Kerjasama dengan Sektor Swasta Bisa Ditingkatkan
Hasto membeberkan, salah satu hambatan DKI Jakarta memberantas stunting adalah belum banyak kerjasama gotong royong dari sektor swasta.
“Yang swasta di DKI juga sudah ada (bantuan), tetapi belum merata. Beberapa pengusaha sudah membantu, tetapi persentasenya masih sedikit. Maka inilah yang kita gerakkan,” ungkapnya.
Menurutnya, sejauh ini gerakkan gotong royong yang sudah baik baru di tingkat pejabat. “Gotong royong yang sudah bagus ini baru di tingkat pejabat. Tapi, nanti akan diteruskan sampai di tingkat PNS biasa,”
Program dan Pendataan Jakarta Sudah Baik
Meski begitu, DKI Jakarta sudah baik dan lengkap untuk sisi program dan pendataan, mengutip Hasto.
“Di sini bagus karena ada data Carik Jakarta. Jadi dari RW-RW itu sudah mengurus dengan baik,” dia menambahkan.
Carik Jakarta adalah integrasi pelayanan kesejahteraan keluarga satu pintu melalui kader PKK (Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga) DKI Jakarta, seperti mengutip laman Jakarta.go.id.
Pengetahuan Masyarakat tentang Stunting dan Kehamilan
Acara yang diadakan di kawasan Kelurahan Kebagusan tersebut dihadiri oleh banyak pihak, salah satunya adalah kader PKK.
Menurut Hasto, pengetahuan tentang stunting dan kesehatan reproduksi dari kader sudah cukup baik, tetapi masih dapat ditingkatkan.
“Tadi kader saya tes, (pengetahuannya) sudah cukup baik, tapi juga masih ada yang belum banyak tahu,” tuturnya.
Ia mengatakan, hal ini lantaran sebelumnya ada ibu yang bertanya mengenai kehamilan.
“Misalnya, tadi ditanya, kalau mau hamil lingkar lengannya minimal berapa. Kalau ditanya kadar Hb yang normal berapa juga mungkin belum tahu. Itu yang mungkin perlu ditingkatkan,” ungkap Hasto memberi contoh.
Advertisement