Silondongan, Sabung Ayam yang Jadi Tradisi Penuh Makna di Toraja

Tradisi sabung ayam ini dilakukan untuk memperingati perang bersejarah di Tanah Toraja.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 15 Apr 2023, 15:00 WIB
Ilustrasi sabung ayam. (Facebook)

Liputan6.com, Makassar - Masyarakat Toraja memiliki salah satu tradisi unik yang berkaitan dengan ayam jantan, yakni tradisi silondongan. Tradisi ini merupakan tradisi sabung ayam jantan yang dilakukan sebagai bentuk hiburan dalam pesta adat.

Mengutip dari warisanbudaya.kemdikbud.go.id, tradisi sabung ayam ini dilakukan untuk memperingati perang bersejarah di Tanah Toraja. Perang tersebut merupakan Perang To Padatindo To Misa Pangimpi pada 1670.

Perang tersebut merupakan masa pertempuran antara orang Toraja melawan prajurit Arung Palakka. Pada masa itu, kokok ayam jantan dijadikan sebagai komando penyerangan saat pasukan Bugis lengah.

Ada tiga jenis kokok ayam jantan yang digunakan sebagai komando perang. Kokok pertama merupakan pertanda semua pasukan siap, sedangkan kokok kedua menjadi pertanda para pejuang berkumpul. Adapun kokok ketiga digunakan sebagai isyarat penyerangan.

Keterkaitan kokok ayam jantan dengan peristiwa tersebut membuat orang Toraja meyakini bahwa ayam jantan adalah pembawa kemenangan, kesejahteraan, dan masa depan yang lebih baik. Akhirnya, lahirlah tradisi selondongan yang masih dilestarikan hingga kini.

Sementara itu, orang Toraja mengenal dua jenis silondongan, yaitu silondongan yang terkait dengan sistem peradilan dalam tarian pitu dan silondongan untuk menghormati orang berjasa besar yang meninggal dunia. Tak jarang, silondongan juga disebut sebagai 'bulangan londong sembangan suke barata' atau sabung ayam untuk sumbangan dana.

Dana tersebut dikumpulkan dengan cara mengedarkan seruas bambu berlubang. Orang yang ingin menyumbang akan memasukkan uang ke lubang bambu tersebut.

Dengan demikian, tujuan silondongan bukan hanya sebagai hiburan. Lebih dari itu, tradisi silondongan bertujuan sebagai sarana untuk mengenang jasa orang Toraja yang ikut berperang dalam peristiwa To Padatindo Tomisa Pangimpi, sebagai sarana pertemuan seluruh keluarga dan pejuang Toraja, serta untuk memberi bantuan dana kepada penyelenggara upacara pemakaman orang berjasa di Toraja.

 

Penulis: Resla Aknaita Chak

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya