Liputan6.com, Jakarta Wakil Presiden (Wapres) Ma'ruf Amin berbicara mengenai potensi perbedaan antara Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU) dalam penetapan Idul Fitri 1 Syawal 1444 H.
Terkait hal ini, dia meminta umat muslim di Indonesia untuk menyikapi perbedaan itu dengan toleransi sesuai keyakinannya masing-masing.
Advertisement
"Maka, yang ditempuh adalah adanya sikap bisa toleransi antara dua kelompok ini untuk masing-masing. Ya Lebaran sesuai dengan keyakinannya, dengan hitungannya. Jadi, bahasa Jawanya legowo," kata Ma'ruf Amin di Gorontalo, Jumat (14/4/2023).
Dia menjelaskan, penyebab perbedaan itu terletak pada metode penetapannya. Dia mengatakan, bahwa pemerintah menggunakan metode imkanur rukyah yang menggabungkan hisab dan rukyah.
"Kalau hisabnya di bawah dua, itu tidak imkan. Ini kesepakatan, termasuk ASEAN segitu, walaupun dia sudah di atas ufuk, tapi di bawah dua derajat. Itu metode imkanur rukyah," ucapnya.
Sementara itu, Ma'ruf Amin menjelaskan, Muhammadiyah menggunakan metode wujudul hilal. "Asal wujud, asal ada saja. Walaupun setengah derajat, masuk. Nah, ini beda," ucapnya.
Ma'ruf Amin mengatakan, kondisi perbedaan dalam penetapan 1 Syawal adalah hal biasa di Indonesia.
Menurutnya, memang sempat muncul konflik-konflik di tengah umat Islam pada awal mulanya, tetapi semua diupayakan untuk mengedepankan prinsip toleransi.
"Kita terus sosialisasi, edukasi. Sekarang rukun-rukun saja, sambil terus mencari metode untuk bisa mempertemukan dua metode ini, imkanur rukyah dan wujudul hilal," pungkasnya.
Kamis 20 April 2023 Melihat Hilal
Kementerian Agama (Kemenag) akan menggelar Sidang Isbat (Penetapan) 1 Syawal 1444 H pada Kamis, 20 April 2023, di Auditorium HM Rasjidi Kementerian Agama, Jakarta. Adapun, Sidang Isbat ini dilaksanakan secara tertutup.
Nanti, sidang tersebut diikuti Komisi VIII DPR RI, pimpinan MUI, duta besar negara sahabat, perwakilan ormas Islam, serta Tim Hisab Rukyat Kementerian Agama.
"Sebagaimana biasa, Sidang Isbat awal Syawal selalu dilaksanakan pada 29 Ramadan. Tahun ini, bertepatan dengan 20 April 2023," ungkap Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama, Kamaruddin Amin, di Jakarta, Kamis (13/4/2023).
Dia menjelaskan, sidang isbat akan diawali dengan Seminar Pemaparan Posisi Hilal yang disampaikan Tim Hisab Rukyat Kemenag.
Kementerian Agama, kata Kamaruddin, juga akan melakukan pemantauan hilal atau rukyatul hilal di berbagai provinsi.
Kementerian Agama akan menurunkan tim ke 123 titik lokasi di seluruh Indonesia. Mereka akan melaporkan, apakah pada hari itu hilal terlihat ataukah tidak.
“Hasil hisab dan rukyatul hilal ini akan dibahas dalam sidang isbat untuk kemudian ditetapkan kapan jatuhnya 1 Syawal. Jadi kapan Hari Raya Idul Fitri, kita masih akan menunggu keputusan sidang isbat,” ujar Kamaruddin.
“Hasil sidang isbat akan diumumkan secara terbuka melalui konferensi pers,” tandasnya.
Reporter: Genantan Saputra/Merdeka.com
Advertisement