Materi Ceramah Ramadan: Bagaimana Cara Menyikapi Kemarahan?

Orang-orang yang suka memberi maaf atas kesalahan orang lain dan membiarkan mereka tidak menghukum sekalipun mereka mampu melakukan itu, hal itu merupakan tingkat penguasaan diri yang jarang bisa dilakukan oleh setiap orang.

oleh Putry Damayanty diperbarui 16 Apr 2023, 06:30 WIB
ilustrasi Tips Mengatur Emosional Pada Anak. (pexels.com/kindel me).

Liputan6.com, Jakarta - Potensi kemarahan sebenarnya sudah dimiliki manusia sejak lahir. Sebelum bayi belajar bicara, emosi yang sudah berkembang di dalam dirinya adalah perasaan gembira, takut, malu, heran, dan marah. 

Ungkapan rasa marah dan sebab-sebabnya bersifat pribadi. Semua itu bisa dipengaruhi oleh faktor pengalaman hidup, jenis kelamin, pendidikan, keyakinan, dan kebudayaan. Dalam keadaan marah, biasanya suara seseorang akan meninggi. 

Saraf-saraf bereaksi cepat dengan mengeluarkan hormon adrenalin yang menyebabkan energi berlebihan dan dapat menimbulkan reaksi tiba-tiba. Bila marahnya reda, saraf-saraf lain ikut bekerja sehingga keadaan diri menjadi seimbang kembali.

Reaksi darurat ini dapat menyebabkan seseorang mampu mengerjakan sesuatu yang mustahil dilakukan bila orang yang bersangkutan dalam keadaan normal. Maka lewat berbagai media massa kita kerap mendengar atau melihat pembunuhan yang dilakukan oleh seseorang ketika sedang kalap karena kemarahannya sangat tinggi.

 


4 Golongan Orang Ditinjau dari Sudut Kemarahannya

Allah SWT telah berfirman dalam QS. Ali Imran ayat 133-134

وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَوَاتُ وَالأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ مَ الَّذِينَ يُنفِقُونَ فِي السَّرَاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ

"Dan bersegeralah menuju ampunan Allah yang memiliki surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang dijanjikan untuk orang- orang yang bertakwa, yaitu orang-orang yang menafkahkan hartanya baik di waktu lapang maupun di waktu sempit. Dan orang-orang yang suka menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang, Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan." 

Sekuat apa pun iman seseorang, jika ia seorang yang pemarah maka rusaklah akhlaknya. Ada 4 golongan orang ditinjau dari sudut kemarahannya.

Pertama, orang yang lambat marah, lambat reda, dan lama bermusuhannya. Sifat seperti  ini sangatlah tidak baik. Bagaimana tidak, seseorang yang sedang marah dan durasi kemarahannya sangat lama, akan kesulitan saat ia harus mengambil keputusan yang tepat. Selain itu, akibat kemarahannya juga, orang lain akan menjauhi karena takut terjerumus dalam bara permusuhan.

Kedua, cepat marah dan lambat redanya. Golongan kedua ini jauh lebih buruk dibandingkan yang pertama, sebab apa pun yang terjadi akan disikapi dengan kemarahan. Orang seperti ini bisa dengan tiba-tiba menjadi marah dan membutuhkan waktu lama untuk menurunkan kemarahannya.

Ketiga, cepat marah dan cepat redanya. Seseorang yang memiliki sifat ini kondisinya cenderung turun-naik. la bisa marah secara tiba-tiba dan seketika kemudian kembali pada kondisi semula, seolah tidak pernah terjadi apa-apa.

Konon orang-orang mukmin memiliki sifat demikian. Cepat marah ketika ada sesuatu yang tidak pantas terjadi, namun ia akan segera reda ketika paham akan latar belakang di balik semua itu.

Keempat, lambat marah dan cepat redanya. Orang yang memiliki sifat seperti ini sangat sulit tersinggung, walau di depan matanya terjadi sesuatu yang benar-benar salah. la akan mencari seribu satu alasan untuk memaklumi kesalahan orang, memaafkan lalu melupakannya. Namun sekali dia marah, ia akan cepat sekali memaafkan kesalahan orang lain.

Mudah-mudahan Allah memilihkan untuk kita sifat yang terbaik dalam pandangan-Nya, Aamin.

 


Meneladani Sikap Tenang Rasulullah SAW

Orang yang dapat menahan dan mengekang perasaan amarahnya dan tidak mau melampiaskannya, sekalipun hal itu bisa saja ia lakukan, sebenarnya ia termasuk orang yang kuat. Mengapa? Karena, orang yang kuat bukanlah seorang yang hebat beladiri, angkat besi, atau semacamnya, tetapi orang yang mampu menahan dirinya ketika marah.

Nabi Muhammad adalah seorang yang sabar, tenang, dan sangat tulus. Tidaklah dunia menjadikannya marah dan tidak pula beliau marah karena dunia. Berbeda ketika kebenaran dilanggar, maka tak ada sesuatu yang akan mampu menahan amarahnya sampai beliau memenangkan kebenaran itu.

Beliau tidak akan marah kalau hanya karena alasan dirinya dan tidak pula akan membela diri secara membabi-buta. Rasulullah pantang melihat kebenaran dilecehkan walau dengan senda gurau. Bila senang, beliau memejamkan matanya. Sebesar-besar tertawanya adalah tersenyum lebar hingga terlihat gusi- gusinya. Bila beliau tertawa kelihatan manis sekali bagaikan butiran salju (tampak giginya yang putih).

Rasulullah pernah marah ketika Perang Hunain berakhir, yaitu saat pembagian ghanimah (harta rampasan perang) kepada orang orang yang baru masuk Islam di Mekah dan kaum Anshar. Sebagian kaum Anshar merasa kecewa karena menganggap Rasulullah telah berlaku tidak adil pada mereka dalam pembagian ghanimah tersebut. Saat Rasulullah mengetahui hal tersebut.

Rasulullah berkata,"Jikalau Allah dan Rasul-Nya dianggap tidak adil, maka siapa lagi yang adil di dunia ini?"

Kalimatnya sungguh singkat tapi diplomatis dan maknanya mendalam. Dan, hal yang paling penting adalah kata-kata beliau tidak menyakiti siapa pun malah dapat membangkitkan kesadaran.

Artinya, boleh saja kita marah, asalkan kemarahan kita dapat mengubah sesuatu menjadi lebih baik. Dan, yang lebih baik adalah kita mampu menekan rasa amarah walaupun kita mampu melampiaskannya, karena Allah telah berjanji akan memenuhi hati kita dengan rasa ketenangan dan keimanan. Dengan demikian, persediaan maaf kita buat orang lain akan lebih banyak.


Saksikan Video Pilihan ini:

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya