Liputan6.com, Jakarta Jelang Lebaran 2023, Laudya Cynthia Bella sibuk mempromosikan film terbarunya, Buya Hamka yang akan menyapa bioskop mulai 19 April 2023. Sabtu (15/4/2023) misalnya, ia tampil di Epicentrum XXI Jakarta.
Di sana, ada pemutaran khusus film Buya Hamka bersama keluarga besar Muhammadiyah dan Majelis Ulama Indonesia (MUI). Laudya Cynthia Bella tersanjung film Indonesia diguyur dukungan sebesar ini.
Advertisement
“Alhamdulillah ini rejeki dari Allah. Kami dapat support dari keluarga MUI dan Muhammadiyah di tengah ibadah kita semua. Di 10 hari terakhir ini, keluarga Muhammadiyah dan MUI mendukung. Ini rejeki luar biasa untuk kami, Falcon Pictures dan Starvision,” katanya.
Dalam film karya sineas Fajar Bustomi ini, Laudya Cynthia Bella memerankan istri Buya Hamka, Siti Raham. Sang aktris menyebut karakter Siti Raham yang dipercayakan kepadanya adalah proses belajar yang menakjubkan.
Belajar Bisa Dari Mana Saja
“Kita belajar bisa dari mana saja. Dari karakter, kisah hidup seseorang, kita belajar. Menurut saya ini pelajaran besar karena ini mahal. Kita sebagai generasi muda perlu panutan, contoh, yang bisa kita ambil ilmunya,” Laudya Cynthia Bella menyambung.
Kepada Showbiz Liputan6.com, bintang film Haji Backpacker mengatakan, berkaca pada Siti Raham, ia makin paham bahwa hidup itu perjuangan. Di setiap era, ada yang diperjuangkan termasuk kemerdekaan yang diraih Indonesia pada 1945.
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Advertisement
Hidup Itu Perjuangan
“Hidup itu perjuangan. Kita enggak harus jadi pejuang negara, kita mau jadi apapun ya harus berjuang. Perjuangan hasilnya indah. Hidup enggak sesimpel itu. Kita butuh perjuangan dan cinta untuk menjawab tantangan hidup,” ujar Laudya Cynthia Bella.
Dalam kesempatan itu, Ketua MUI Bidang Perempuan dan Anak Muda, Amany Lubis, menyorot sejumlah nilai yang tersimpan dalam film Buya Hamka. “Ada nilai agama, perjuangan, kemerdekaan, pendidikan dan seni karena Buya Hamka juga penulis sekaligus sastrawan,” urainya.
Buya dan Strategi Dakwah
Rektor Universitas Muhammadiyah Jakarta, Ma’mun Murod Al Barbasy, mengulas Buya Hamka Volume 1 memfiturkan sejumlah periode sulit termasuk era penjajahan Jepang. Sebagai strategi dakwah, Buya Hamka mencoba lentur saat menghadapi kebijakan Jepang.
“Ketika Jepang ternyata tidak (memegang) komitmen dengan apa yang disampaikan di awal, maka Buya mengambil sikap sebaliknya,” Ma’mun Murod memaparkan. Usai menonton, ia jatuh hati pada adegan pertemuan Buya Hamka dengan Soekarno yang dimainkan Anjasmara.
“Yang juga menarik pertemuan dari dua tokoh Nasional yakni Buya dan Pak Karno. Itu harus dicatat baik-baik bahwa di awal sebelum Kemerdekaan, Buya dan Pak Karno sangat luar biasa, sangat dekat,” cetusnya seraya menyebut Buya Hamka film sarat inspirasi.
Advertisement