Liputan6.com, Jakarta - Qatayef, kunafeh, zlabya serta berbagai variasinya, maupun sejumlah kue pencuci mulut lainnya bisa dengan mudah ditemukan di seluruh penjuru Arab dan dunia Muslim. Aneka hidangan ini dibuat dari bahan dasar yang sama: adonan manis yang digoreng dalam minyak banyak, kemudian dimakan dengan dicocol atau disirami madu atau sirup gula.
Teksturnya bisa lembut atau renyah. Varian isinya antara lain kurma dan aneka kacang. Sebagian besar toko yang menjual penganan ini adalah toko yang diwariskan dari generasi ke generasi. Karena umum dihidangkan hanya pada bulan Ramadhan, mau tak mau orang harus sabar menunggu setahun sebelum hidangan itu tersedia kembali.
Advertisement
Khairy al-Siyouri adalah warga Ramallah di Tepi Barat yang juga pembuat qatayef. Ini adalah kue manis seperti panekuk yang dilipat dan diberi isian krim atau kacang. Mengenai “pekerjaan musimannya” itu, ia mengatakan, “Saya sudah sekitar 50 tahun ini membuat qatayef, 50! Ada anak-anak yang terbiasa membelinya dari saya dulu sekali, sekarang anak-anak itu sudah tumbuh dewasa, menikah dan punya anak-anak yang juga telah menikah. Mereka semua datang untuk membeli qatayef di sini.”
Di Tunisia, keluarga Abid adalah salah satu keluarga tertua pembuat hidangan manis yang terkenal selama Ramadhan. Chokri Abid, seorang pemilik toko hidangan manis di Tunis mengatakan, tidak ada rumah di Tunisia yang tidak menyajikan sepiring zlabia, mkharek dan makrouk, dikutip dari laman VOA Indonesia, Senin (17/4/2023).
Zlabia adalah penganan yang digoreng dalam bentuk lingkaran spiral. Makrouk adalah kue berisi kurma atau buah-buahan lainnya. Kue seperti nastar ini namun dibuat dengan cara digoreng ini, bisa dinikmati dengan mencelupkannya ke dalam madu.
Di Dubai, ada kudapan khas Ramadhan yang disebut luqaimat. Bentuknya bulat kecil, rasanya seperi donat. Salah seorang pembuatnya, Amina Ali, mengatakan, “Luqaimat adalah penganan yang membuat Ramadhan jadi lebih manis. Makan luqaimat setelah iftar adalah makanan termanis, kita tidak perlu menambahkan apa-apa lagi, hanya luqaimat dengan madu atau sirup gula.”
Penganan zlabya juga terkenal di Aljazair. Konon tak sedikit orang yang rela melewati beberapa kota hanya untuk membeli zlabya terkenal di kota Boufarik. Menurut warga, resep zlabya di sana diturunkan dari generasi ke generasi. Faycal, salah seorang pembeli, mengatakan, "Ramadhan tanpa zlabya bukanlah Ramadhan. Kami harus makan zlabya dari Boufarik. Penganan ini sudah ada selama beberapa generasi.”
Hidangan Manis Selama Ramadhan
Hidangan manis yang populer selama Ramadhan di Lebanon di antaranya adalah Kallaj, roti goreng yang diisi krim dan dimakan dengan mencocolnya ke dalam sirup gula.
Mohammed Issa (31 tahun) telah bekerja sebagai pembuat kue selama hampir separuh hidupnya. Lelaki Lebanon ini mengatakan orang terbiasa membeli kue-kue Arab yang manis dalam jumlah puluhan. Tetapi sekarang orang hanya membeli satu dua, itu pun mereka yang memang mampu membelinya.
“Semua orang menunggu hari-hari ini, selama Ramadhan saja, untuk makan Kallaj. Tapi sekarang, sukar sekali bagi semua orang untuk makan kallaj. Hanya beberapa orang saja yang mampu membeli kallaj,” jelasnya.
Selama bertahun-tahun, kue-kue tradisional ini dipadukan dengan bahan-bahan makanan barat yang lebih kontemporer, terutama di Mesir, di mana buah-buahan, cokelat, karamel, biskuit dan lain-lainnya digunakan untuk pengisi kue atau untuk dekorasi.
Mohamed Adel, seorang pelanggan yang mengatakan, "(Hidangan penutup) beda. Beberapa tahun silam, kita temukan Kunafeh berisi krim, itu saja. Sekarang, ada karamel beberapa kue, kue keju … perpaduan kontemporer dengan hal-hal yang kita bawa dari luar negeri, membuat hidangan pencuci mulut yang enak sekali. Ini sudah berlangsung beberapa lama juga.”
Kunafeh yang ia maksud adalah kue keju dari bahan semolina, atau bihun, yang direndam dengan sirup. Bagi warga di Timur Tengah dan Afrika Utara, tak ada hidangan Ramadhan yang komplet tanpa kue-kue itu, baik yang disajikan secara tradisional dengan sentuhan yang lebih modern, atau dalam bentuk dan rasa yang benar-benar tradisional.
Advertisement