Skrining Gratis 14 Jenis Penyakit, Bisa Dilakukan di Puskesmas

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI menjamin skrining gratis bagi 14 penyakit.

oleh Dyah Puspita Wisnuwardani diperbarui 18 Apr 2023, 08:00 WIB
Petugas mengecek hasil ronsen mobile X-Ray Artificial Intelligence saat kegiatan skrining penyakit tuberkulosis (TBC) di Kantor Kecamatan Cipayung, Depok, Jawa Barat, Rabu (4/1/2023). Penyakit tuberkulosis (TBC) di Indonesia menempati peringkat ketiga setelah India dan Cina dengan jumlah kasus 824 ribu dan kematian 93 ribu per tahun atau setara dengan 11 kematian per jam. (merdeka.com/Arie Basuki)

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI menjamin skrining gratis bagi 14 penyakit. Pembiayaan langkah pencegahan sakit dengan skrining kesehatan ini masuk dalam skema Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Masyarakat bisa mengakses layanan skrining gratis 14 jenis penyakit tersebut di Puskesmas.

Seperti disampaikan Juru Bicara Kemenkes dr Mohammad Syahril, upaya promotif preventif ini merupakan strategi yang lebih penting dan mudah dalam meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat. Upaya ini juga dilakukan dengan kesadaran dan konsistensi masyarakat dalam berperilaku hidup bersih dan sehat.

“Upaya pencegahan jauh lebih efektif menjaga kesehatan daripada mengobati saat jatuh sakit. Kemungkinan tubuh tetap sehat lebih tinggi dilakukan dengan pencegahan daripada diobati,” ujar Syahril di Jakarta, Rabu (12/4).

14 Jenis Penyakit yang Bisa Skrining Gratis

Adapun skrining penyakit yang bisa dilakukan di Puskesmas mencakup 14 jenis penyakit antara lain:

  1. Diabetes Melitus
  2. Hipertensi
  3. Stroke
  4. Jantung
  5. Kanker Serviks
  6. Kanker Payudara
  7. TBC
  8. Anemia
  9. Kanker Paru
  10. Kanker Usus
  11. Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK)
  12. Thalassemia
  13. Hipotiroid Kongenital
  14. Hepatitis 

Syahril menilai upaya mendorong optimalisasi pelayanan kesehatan preventif tidak mudah. Diketahui, saat ini baru 33 persen penduduk Indonesia yang melakukan skrining penyakit tidak menular. Sebanyak 70 persen pasien kanker di Indonesia baru memulai pengobatan ketika sudah memasuki stadium lanjut.

“Hal ini dapat menurunkan risiko keberhasilan pengobatan dan menurunkan kualitas kesehatan masyarakat,” tutur Syahril.

Melalui kegiatan skrining kesehatan di Puskesmas, lanjutnya, Indonesia dapat menghemat beban biaya kesehatan. Data BPJS Kesehatan pada 2022 menunjukkan beban pembiayaan penyakit tidak menular mencapai Rp24,1 triliun. Jumlah ini meningkat dibandingkan tahun 2021 yang mencapai Rp17,9 triliun.

“Kami menghimbau kepada seluruh masyarakat untuk rutin melakukan skrining di Puskesmas sebagai upaya pencegahan terjadinya penyakit. Kami juga berharap kesadaran masyarakat akan pencegahan semakin meningkat dan masyarakat lebih peduli pada kesehatan,” ucap Syahril.

 

 


Beban Biaya Kesehatan

 

Kondisi individu yang memprihatinkan karena infeksi sejumlah penyakit yang sebenarnya bisa dicegah tak hanya terjadi di Inonesia, melainkan juga sering terjadi di berbagai negara. Studi ASEAN Cost in Oncology (ACTION) menemukan hampir 50 persen pasien kanker mengalami kebangkrutan atau masalah finansial setelah menjalani pengobatan selama 12 bulan.

Selain itu, data Bank Dunia menunjukkan total pembiayaan kesehatan mandiri (Out of Pocket Health Expenditure) Indonesia mencapai 34.76 persen– jauh di atas rekomendasi WHO sebesar 20 persen. Hal ini menunjukkan bahwa dengan dukungan asuransi pun, beban biaya kesehatan yang tidak terencana tetap menjadi tantangan, dikutip dari laman Sehatnegeriku


BPJS Kesehatan Anggarkan Rp9 Triliun untuk Skrining Kesehatan

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS Kesehatan) secara khusus menganggarkan dana sekitar Rp9 triliun pada upaya promotif atau preventif lewat skrining kesehatan.

"Dengan adanya upaya promotif preventif lalu biaya kesehatan langsung turun? Itu tidak benar. Dengan adanya skrining untuk sekarang ini malah biaya kesehatan jauh lebih tinggi," kata Kepala BPJS Kesehatan Ali Ghufron dalam diskusi Outlook 2023 pada Senin, 30 Januari 2023.

"Maka, pada 2023 menganggarkan khusus untuk skrining dan perawatan yang terdeteksi hampir Rp9 triliun. Bukan uang yang sedikit," kata eks Wakil Menteri Kesehatan itu.

Skrining yang bisa dilakukan oleh peserta JKN diantaranya pemeriksaan gula darah untuk mengetahui diabetes melitus atau tidak. Lalu, ada juga pemeriksaan kanker serviks dengan IVA maupun papsmear, serta pemeriksaan payudara untuk mengetahui ada tidaknya kanker payudara.

Diharapkan lewat deteksi dini penyakit maka biaya BPJS Kesehatan untuk pengobatan atau kuratif tidak sebesar saat ini.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya