Liputan6.com, Jakarta - Selain terkenal tangguh, Asia Tenggara (ASEAN) juga merupakan kawasan dengan pertumbuhan ekonomi digital sangat pesat.
Hal ini disampaikan oleh Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati saat meghadiri pertemuan yang diselenggarakan oleh World Bank di Washington D.C pada Kamis (13/04) waktu setempat.
Advertisement
Pertemuan tersebut mengangkat tema "Unlocking the Full Potential Of Digital Transformation In Southeast Asia: Role Of Public And Private Sector".
"Maraknya bisnis e-commerce yang memudahkan kita untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari turut menopang berkembangnya ekonomi digital di Asia Tenggara. Pada akhir 2022 lalu, ekonomi digital Asia Tenggara bahkan mencapai Gross Merchandise Value (GMV) sebesar USD 200 miliar, 3 tahun lebih cepat dari proyeksi awal," kata Sri Mulyani, dikutip dari laman resmi Kementerian Keuangan, Senin (17/4/2023).
Disampaikan juga bahwa ekonomi digital berkontribusi menciptakan 160.000 pekerjaan langsung dan 30 juta pekerjaan tidak langsung, serta menyumbang 5-10 persen PDB Asia Tenggara pada tahun 2022.
Tak terkecuali di Indonesia, Menkeu mengungkapkan, UMKM juga memainkan peran penting dalam perekonomian di kawasan Asia Tenggara.
Berkembangnya ekonomi digital, khususnya dalam sektor keuangan, turut membuka jalan bagi para pelaku UMKM, para perempuan pelaku usaha, juga masyarakat miskin dan terpinggirkan untuk mendapatkan akses terhadap produk keuangan formal.
"Maka dari itu, Indonesia selaku pemangku Keketuaan ASEAN tahun ini berkomitmen untuk terus memperkuat inklusi keuangan ASEAN, khususnya pada sektor keuangan digital. Kita tetap optimis membangun ASEAN menjadi pusat pertumbuhan ekonomi dunia," jelas Menkeu.
40 Persen Nilai Total Transaksi Ekonomi Digital ASEAN Bersumber dari Indonesia
emerintah Indonesia mendorong optimalisasi transformasi digital yang mampu menjadi enabler bagi terciptanya efisiensi input untuk mendukung produktivitas tinggi pada berbagai sektor ekonomi dan bisnis.
Hal itu dilatarbelakangi kondisi bahwa pada tahun lalu sekitar 40 persen atau mencapai USD 77 miliar dari nilai total transaksi ekonomi digital ASEAN berasal dari Indonesia.
Pada 2025, nilai tersebut diprediksi akan meningkat dua kali lipat menjadi USD 130 miliar, dan terus akan meningkat hingga mencapai sekitar USD 360 miliar di 2030.
"Ke depan, potensi dan peluang ekonomi digital Indonesia semakin terbuka lebar. Apalagi Indonesia memiliki jumlah penduduk terbesar ke-4 di dunia, yang sebagian besar dalam usia produktif (bonus demografi), serta tingkat penetrasi internet kita mencapai 76,8%," jelas Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam virtual keynote speech pada Peluncuran Laporan East Ventures – Digital Competitiveness Index 2023, di Jakarta, Rabu (5/4/2023).
Advertisement
Strategi Pemerintah
Laporan East Ventures – Digital Competitiveness Index 2023 yang mengangkat tema "Keadilan Digital bagi Seluruh Rakyat Indonesia" menekankan aspek fundamental yaitu inklusivitas dari ekonomi digital.
Dalam hal ini, Pemerintah menjalankan beberapa strategi untuk mewujudkan inklusivitas tersebut.
Pertama dengan meningkatkan aksesibilitas melalui pengembangan sarana dan prasarana digital guna mengurangi kesenjangan digital di masyarakat.
Kedua, meningkatkan keterampilan digital melalui program pelatihan dan pendidikan di bidang teknologi digital, seperti Program Kartu Prakerja dan Digital Talent Scholarship.
"Ketiga, Pemerintah mendorong kewirausahaan dan transformasi UMKM melalui fasilitasi dan penguatan ekosistem UMKM dan perdagangan sistem elektronik. Hal ini akan mendorong UMKM naik kelas dan menciptakan iklim usaha yang sehat,” tutur Menko Airlangga.