Liputan6.com, Jakarta Pernahkah kamu merasa sangat lelah setelah bertemu teman atau pergi dengan mood baik, tetapi pulang dengan perasaan buruk? Jika iya, kamu mungkin tidak sadar bahwa kamu menjadi emotional sponge orang lain.
Menurut psikolog Lisa Turner, emotional sponge terjadi ketika seseorang menyerap dan merasakan emosi negatif dari orang di sekitar mereka.
Advertisement
Misalnya, ketika temanmu memiliki hari yang buruk dan perasaannya memengaruhi kamu, atau ketika rekan kerja mengeluh dan membuatmu merasa tidak nyaman.
Sebenarnya, menjadi empati dan peduli bukan masalah. Bahkan, kemampuan untuk merasakan dan memahami perasaan orang lain merupakan hal yang baik dalam membangun hubungan dekat atau bekerja.
Menurut Turner, emotional sponge adalah ketika kamu merasakan emosi orang lain, bahkan merasa bertanggung jawab untuk memastikan mereka dalam keadaan positif.
"Inilah saat di mana pergeseran terjadi dari hanya mengetahui apa yang dirasakan orang lain, menjadi merasakan apa yang mereka rasakan. Bahkan lebih jauh lagi, mempercayai bahwa kamu bertanggung jawab untuk memastikan orang lain berada dalam keadaan positif," jelas Turner mengutip laman Stylist.
Dengan demikian, seseorang dengan emotional sponge sangat mungkin menderita tekanan dan stres yang sangat tinggi.
Individu ini cenderung mudah terlalu banyak menanggung beban emosional orang lain, sehingga mudah merasa terlalu terbebani.
Selain itu, risiko dimanfaatkan oleh orang lain dengan memanfaatkan empati dan keterbukaan mereka.
Tanda Emotional Sponge, Utamakan Orang Lain Daripada Diri Sendiri
Tanda-tanda emotional sponge setiap orang berbeda-beda. Namun, salah satu tanda umum dari kondisi ini adalah merasa lelah secara emosional setelah menghabiskan waktu dengan orang lain.
Orang dengan emotional sponge juga biasanya membuat diri selalu ada untuk orang lain, bahkan ketika itu tidak nyaman bagi dirinya sendiri
Mereka cenderung mengabaikan kebutuhan dan kesejahteraan diri sendiri demi menjaga kebutuhan emosional orang lain.
Alih-alih membiarkan orang lain bertanggung jawab atas emosinya sendiri, orang dengan emotional sponge akan terus-menerus berusaha untuk menyelesaikan masalah orang lain.
Advertisement
Menjadi Teman yang Baik Atau Emotional Sponging?
Semakin dalam suatu hubungan, semakin banyak hubungan emosional yang diperlukan untuk mempertahankannya.
Akan tetapi, ada perbedaan yang jelas antara menjadi teman yang baik dan melakukan emotional sponging.
Teman atau pasangan yang baik memang harus mendukung dan mengerti perasaan orang lain. Namun, diperlukan juga batasan yang sehat dan menjaga kesejahteraan emosional sendiri.
Emotional sponging terjadi ketika satu orang dalam hubungan mengambil sebagian besar beban emosional dan mengabaikan kesejahteraan emosional diri sendiri.
Dalam sebuah hubungan yang sehat, penting ada keseimbangan dalam memberi dan menerima dukungan. Kedua pasangan harus merasa didengar dan dipahami.
Menurut Turner, cara untuk mengidentifikasi apakah kamu sedang melakukan emotional sponging adalah dengan memperhatikan perasaan setelah melakukan percakapan emosional dengan teman atau pasangan.
Jika merasa terkuras, merasa tidak didukung, dan tidak didengar, maka kemungkinan besar kamu sedang melakukan emotional sponging.
Cara Atasi Emotional Sponge
Setelah berhasil mengidentifikasi, berkomunikasilah dengan orang lain.
"Jelaskan bagaimana perasaan kamu dan beritahu bahwa kamu tidak dapat menjadi satu-satunya sistem dukungan mereka," kata Turner.
Kemudian, tentukan batasan yang jelas tentang apa yang bersedia kamu lakukan dan tidak lakukan untuk mereka.
“Ini mungkin termasuk menetapkan batas pada seberapa banyak waktu yang kamu bersedia habiskan mendengarkan mereka atau menolak permintaan tertentu,” lanjutnya.
Yang tak kalah penting, pastikan untuk menjaga kesejahteraan emosional dirimu sendiri.
“Usahakan untuk tidak terlalu mengkhawatirkan apa yang mungkin terjadi di masa depan. Alihkan perhatian kamu pada saat ini dan lakukan yang terbaik untuk menjaga kesejahteraan diri sendiri,” tambah Turner.
Advertisement