Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat sampai akhir Maret 2023, nilai tukar rupiah terhadap Amerika Serikat relatif lebih kuat dibandingkan dengan Februari 2023.
"Per 31 Maret 2023 nilai tukar rupiah ditutup pada level 14.977 per dolar AS dengan rata-rata Kurs JISDOR sepanjang Maret 2023 sebesar 15.288 per dolar AS," kata Deputi Bidang Metodologi dan Informasi Statistik Badan Pusat Statistik (BPS) Imam Machdi, dalam konferensi pers Perkembangan Ekspor dan Impor Indonesia Maret 2023, Senin (17/4/2023).
Advertisement
Adapun hingga Maret 2023, BPS turut mencatat beberapa peristiwa juga memantik dinamika perdagangan global, diantaranya pada komoditas energi.
International Energy Agency memperkirakan pertumbuhan suplai minyak di AS, Kanada, Brazil, Norwegia dan Guyana. Harga energi ditetapkan lebih rendah pada 2023 jika dibandingkan 2022 di tengah melemahnya prospek permintaan global dan prospek pasokan yang sehat.
Pada komoditas logam, pembukaan kembali ekonomi Tiongkok pasca covid-19 dan pertumbuhan sektor Industri di Eropa mendukung permintaan yang lebih cepat untuk pertumbuhan komoditas logam.
"Namun demikian dengan adanya depresiasi dolar Amerika Serikat membuat harga komoditas logam juga turun," ujarnya.
Imam mengungkapkan, harga komoditas logam lebih rendah dibandingkan Maret 2022 diakibatkan guncangan awal yang disebabkan invasi Rusia kepada Ukraina.
Sementara, pada komoditas logam mulia. Krisis sektor perbankan di Amerika Serikat, kenaikan suku bunga oleh bank sentral mendorong permintaan aset safe haven seperti emas.
Rupiah Hari Ini Melemah ke 14.762 per Dolar AS
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah pada perdagangan di awal pekan ini. tekanan yang terjadi pada nilai tukar rupiah hari ini karena adanya komentar hawkish dari beberapa pejabat Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed.
Pada Senin (17/4/2023), nilai tukar rupiah dibuka melemah 57 poin atau 0,39 persen ke posisi 14.762 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya, yakni 14.705 per dolar AS.
"Pejabat AS mengatakan kenaikan suku bunga acuan masih dibutuhkan untuk menurunkan inflasi," ujar Chief Analist DCFX Futures Lukman Leong dikutip dari Antara.
Ia menyebutkan komentar hawkish pejabat Fed membuat imbal hasil obligasi AS meningkat dan dolar AS mengalami rebound.
Dolar AS rebound dari level terendah satu tahun di awal sesi Asia pada Senin pagi. Terhadap sekeranjang enam mata uang utama lainnya, indeks dolar AS naik 0,15 persen menjadi 101,82, berdiri agak jauh dari level terendah satu tahun pada Jumat 14 April 2023 di 100,78.
Sementara itu, imbal hasil obligasi pemerintah AS dua tahun, yang biasanya bergerak sejalan dengan ekspektasi suku bunga, berdiri di 4,1137 persen, setelah mencapai puncak sekitar dua minggu di 4,137 persen pada Jumat 14 April 2023. Imbal hasil obligasi pemerintah AS 10-tahun terakhir di 3,5261 persen.
Beberapa pembicaraan Fed yang hawkish menambah ekspektasi suku bunga yang lebih tinggi, dengan Gubernur Fed Christopher Waller dan Presiden Fed Atlanta Raphael Bostic menyatakan bahwa Otoritas Moneter AS tersebut dapat menaikkan 25 basis poin lagi bunga acuan pada bulan depan.
Advertisement
Sentimen dari Dalam Negeri yang Mempengaruhi Rupiah
Kendati demikian dari dalam negeri, Lukman menuturkan investor akan menantikan data perdagangan Indonesia yang akan dirilis siang ini dan diperkirakan masih akan mengalami surplus perdagangan yang besar.
"Rilis data ini bisa menahan rupiah dari pelemahan lebih lanjut dari dolar AS," jelasnya.
Oleh karena itu, ia memprediksi rupiah berpeluang bergerak di kisaran 14.750 per dolar AS hingga 14.900 per dolar AS sepanjang hari ini.
Sedangkan pada Jumat 14 April 2023, rupiah ditutup naik 41 poin atau 0,28 persen ke posisi 14.705 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 14.746 per dolar AS.