Mengenal Kedawung, Tanaman Bahan Pembuatan Jamu Gendong

Jamu gendong dibuat dari bahan-bahan alami, yakni dari tanaman yang berkhasiat sebagai obat. Bahan-bahan yang digunakan ada yang berupa tanaman segar, ada pula yang berupa bahan baku kering.

oleh Putu Elmira diperbarui 18 Apr 2023, 05:01 WIB
Tampi, pedagang jamu gendong yang berkeliling menjajakan jamunya (Liputan6.com/Komarudin)

Liputan6.com, Jakarta - Jamu gendong dibuat dari bahan-bahan alami, yakni dari tanaman yang berkhasiat sebagai obat. Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat jamu gendong ada yang berupa tanaman segar, ada pula yang berupa bahan baku kering.

Dikutip dari "Jamu Gendong solusi Sehat Tanpa Obat" oleh Sukini, Senin, 17 April 2023, di antara sekian banyak bahan jamu, ada tujuh bahan yang wajib ada. Ketujuh bahan dasar yang wajib digunakan para peracik jamu gendong tersebut adalah kunyit, kencur, kedawung, cengkih, kayu manis, jahe, dan kapulaga

Ketujuh bahan dasar tersebut punya manfaat khusus, yaitu menjaga agar jamu yang dibuat bersifat ramah pada saluran pencernaan dan memberikan cita rasa pada jamu. Jika jamu yang diminum mengandung bahan dasar tersebut, kita tidak akan sakit perut walaupun meminumnya sebelum makan.

Kedawung yang bernama latin Parkia roxbueghii G. Don. adalah tanaman berbatang kayu. Tumbuhan ini tersebar luas di kawasan Asia dan Afrika.

Tinggi tanaman ini dapat mencapai 20--40 meter. Pohon kedawung biasanya terdapat di dalam hutan. Bagian tumbuhan yang dimanfaatkan adalah bijinya. Biji kedawung biasanya disangrai, kemudian dimakan.

Biji kedawung juga menjadi salah satu bahan untuk membuat obat herbal. Biji kedawung berbentuk bulat telur dan pipih. Panjang biji 1--2 cm dan bagian tengahnya terdapat bintik-bintik. Biji ini keras, warnanya cokelat sampai hitam dengan bagian tepinya halus.

Pemanfaatan biji kedawung untuk pengobatan, antara lain untuk mengobati penyakit kolik, kolera, nyeri haid, dan penguat lambung. Kedawung juga digunakan sebagai salah satu bahan untuk membuat jamu gendong. Jamu gendong yang menggunakan biji kedawung sabagai salah satu bahannya, yakni beras kencur, cabe puyang, pahitan, dan uyup-uyup.

 


Makna Menyentuh di Balik Menggendong Bakul Jamu Gendong

Penjual jamu gendong melintasi permukiman warga di Kawasan Penjaringan, Jakarta, Sabtu (23/11/2019). Bank Dunia mengukur tingkat kemiskinan dengan batas Upper Middle-Income Clas atau kelas menengah mempunyai pendapatan US$ 5,5 atau setara Rp 77 ribu per hari. (merdeka.com/Imam Buhori)

Tak hanya berkhasiat untuk kesehatan, jamu gendong juga punya sejarah dan makna filosofi yang sangat menarik untuk ditelisik. Secara sederhana dapat dipahami bahwa jamu adalah obat herbal dari Indonesia yang dibuat dari bahan-bahan alami berupa berbagai bagian dari tumbuhan, seperti daun, rimpang, batang, buah, bunga, dan kulit batang.

Jamu berkhasiat untuk kesehatan tubuh.Tak hanya untuk menyembuhkan gangguan kesehatan tertentu, jamu juga berfungsi untuk pencegahan. Jadi, jamu dikonsumsi agar tubuh senantiasa sehat dan bugar.

Jamu ada pula yang berbentuk cairan. Jamu ini dibuat segar dan langsung dijajakan kepada konsumen dan dikenal sebagai jamu gendong.

Di antara berbagai jamu yang dikenal masyarakat, jamu gendong menjadi salah satu jenis jamu yang digemari. Jamu gendong adalah jamu hasil produksi rumahan

Jamu ini dipasarkan dengan cara memasukkannya ke dalam botol-botol. Kemudian, botol-botol ini disusun di dalam bakul.

Selanjutnya, penjual jamu akan menggendong bakul tersebut ketika berjualan. Itulah sebabnya, jamu ini dikenal sebagai jamu gendong.


Menggendong dengan Kain Panjang

Patung jamu gendong akan menyambut pengunjung memasuki kampung jamu Sumbersari Wonolopo, Mijen. (foto : Liputan6.com / Edhie Prayitno Ige)

Penjual jamu gendong menjajakan dagangannya dengan cara berkeliling setiap hari. Penjual jamu gendong kebanyakan adalah perempuan. Hal ini karena dahulu tenaga laki-laki lebih diperlukan untuk bidang pertanian.

Cara berjualan dengan menggendong barang dagangan ini menjadi sesuatu yang menarik. Menggendong dengan kain panjang, baik kain batik maupun lurik adalah salah satu ciri khas perempuan Jawa ketika membawa sesuatu.

Tidak hanya penjual jamu gendong yang membawa dagangannya dengan cara digendong. Dahulu, penjual aneka jajanan, nasi pecel, nasi liwet, dan sebagainya umumnya juga berjualan dengan menggendong dagangannya.

Para perempuan Jawa, khusus pada zaman dahulu atau di daerah pedesaan, juga membawa aneka barang dengan cara menggendongnya, seperti membawa kayu bakar, air di dalam jeriken, bahan-bahan pangan, dan hasil pertanian. Ternyata ada makna tersendiri di balik membawa sesuatu dengan cara digendong ini.

Menggendong identik dengan seorang ibu yang membuai bayinya dalam gendongan. Oleh karena itu, para perempuan Jawa yang membawa barang dagangannya dengan cara digendong dapat bermakna bahwa mereka membawa barang dagangan seperti mereka membawa anaknya sendiri. Barang dagangan adalah sarana mencari rezeki. Jadi, harus dibawa dengan baik, ditawarkan dan disajikan dengan baik.


Bermanfaat untuk Kesehatan

Ilustrasi jamu. (Liputan6.com/Zulfikar)

Rezeki pun dicari dengan niat dan cara yang baik. Dengan demikian, usaha mencari rezeki dan rezeki yang didapat diharapkan mendapat berkah dari Tuhan.

Jamu gendong banyak digemari masyarakat karena memiliki banyak manfaat untuk kesehatan. Selain itu, beberapa jenis jamu gendong juga memiliki rasa yang manis, segar, dan hangat di tenggorokan.

Cita rasa yang segar ini membuat banyak orang gemar meminum jamu. Jamu gendong dibuat dari bahan-bahan alami.

Untuk memberikan rasa manis pada jamu gendong, digunakan gula asli, baik gula merah, gula pasir, maupun gula batu. Penggunaan gula asli ini merupakan suatu keharusan.

Penggunaan pemanis buatan artinya menyalahi aturan pembuatan jamu. Jika bahan yang digunakan tidak benar, tujuan jamu, yaitu untuk menyehatkan dan menjaga kesehatan badan tidak akan tercapai.

Secara umum jamu gendong tidak menimbulkan efek samping yang membahayakan kesehatan. Namun,konsumsi jamu tidak boleh berlebihan. Sebab, segala sesuatu yang berlebihan selalu membawa dampak negatif, bahkan bisa membahayakan.

 

Infografis jamu populer di Indonesia. (Dok: Liputan6.com Tim Grafis)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya