FBI Tangkap 2 Pria terkait Keberadaan Kantor Polisi Rahasia China di New York AS

Kantor polisi rahasia tersebut ditutup pada Musim Gugur 2022, ungkap Kementerian Kehakiman AS, setelah mereka yang terlibat mengetahui penyelidikan FBI.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 18 Apr 2023, 15:02 WIB
Bendera AS dan China berkibar berdampingan (AP/Andy Wong)

Liputan6.com, Washington - Otoritas Amerika Serikat (AS) menangkap dua pria di New York karena diduga mengoperasikan kantor polisi rahasia China di lingkungan Chinatown, Manhattan.

Lu Jianwang (61) dan Chen Jinping (59), yang merupakan penduduk Kota New York, menghadapi tuduhan berkonspirasi untuk bertindak sebagai agen China dan menghalangi keadilan. Mereka dikabarkan akan hadir di pengadilan federal di Brooklyn pada Senin (24/4/2023).

Kementerian Kehakiman AS pada Senin seperti dikutip dari BBC, Selasa (18/4) mengatakan, "Lu Jianwang dari Bronx dan Chen Jinping dari Manhattan bekerja sama untuk mendirikan kantor polisi luar negeri pertama di AS atas nama Kementerian Keamanan Publik China."

Kantor polisi rahasia tersebut ditutup pada Musim Gugur 2022, ungkap Kementerian Kehakiman AS, setelah mereka yang terlibat mengetahui penyelidikan FBI.

"Penuntutan ini mengungkap pelanggaran mencolok pemerintah China terhadap kedaulatan bangsa kita dengan mendirikan kantor polisi rahasia di tengah Kota New York," kata Breon Peace, jaksa di Brooklyn.

Kantor polisi tersebut diyakini berada di antara setidaknya 100 pos polisi serupa yang beroperasi di 53 negara, termasuk Inggris dan Belanda. Bulan lalu, polisi federal Kanada mengumumkan penyelidikan terhadap dua lokasi di wilayah Montreal.

"Tindakan China jauh melampaui batas perilaku negara-bangsa yang dapat diterima. Kami akan dengan tegas membela kebebasan semua orang yang tinggal di negara kami dari ancaman represi otoriter," kata asisten jaksa agung Matthew Olsen, dari Divisi Keamanan Nasional Kementerian Kehakiman AS.

Menurut jaksa, Lu Jianwang terkait erat dengan penegakan hukum China dan terdaftar untuk membantu China dengan "kegiatan represif" di AS mulai tahun 2015, termasuk melecehkan para pembangkang China.

Pada tahun 2018, Lu Jianwang diduga berpartisipasi dalam upaya mendorong buronan China yang mengaku kembali ke China, termasuk pelecehan dan ancaman berulang kali terhadap individu dan keluarganya, yang tinggal di China dan AS. 

Lu Jianwang dilaporkan membantah semua tuduhan tersebut saat dikonfrontasi oleh otoritas AS.

Dia dan Chen diinterogasi oleh pihak berwenang pada Oktober 2022, ketika FBI melakukan penggeledahan di lokasi yang dicurigai kantor polisi rahasia.

Jaksa penuntut mengatakan, ponsel mereka disita dan keduanya mengakui bahwa telah menghapus komunikasi dengan seorang pejabat dari Kementerian Keamanan Publik China yang diduga mengatur perilaku mereka di AS.

Jika terbukti bersalah, Lu Jianwang dan Chen Jinping terancam hukuman 25 tahun penjara.


China Bantah Keberadaan Kantor Polisi Rahasia di AS

Ilustrasi Bendera China (AFP/STR)

Kedutaan Besar China di AS dan Kanada mengatakan, kantor yang dituduh AS sebagai kantor polisi rahasia adalah "kantor layanan luar negeri" yang dibuka selama pandemi COVID-19 untuk membantu warganya di luar negeri terkait perpanjangan SIM dan dokumen lain.

Tetapi kelompok hak asasi manusia menuduh China menggunakan pos terdepan itu untuk mengancam dan memantau warganya di luar negeri.

Bulan lalu, pasukan federal Kanada meminta warga China-Kanada yang mungkin menjadi sasaran ancaman dari kantor polisi China untuk bersuara.

"Kami sedang dalam proses memastikan RCMP (Kepolisian Kanada) menindaklanjuti ini dan sistem intelijen kami menangani ini dengan serius," kata Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau.

Direktur FBI Christopher Wray mengatakan November lalu bahwa lembaganya sedang memantau laporan atas keberadaan kantor semacam itu, menyebutnya sebagai "masalah nyata".

"Bagi saya, sangat keterlaluan untuk berpikir bahwa polisi China akan berusaha mendirikan kantor, Anda tahu, di New York, katakanlah, tanpa koordinasi yang tepat," kata Wray. "Itu melanggar kedaulatan dan menghindari proses kerja sama peradilan dan penegakan hukum standar."

Dalam kasus terpisah yang diungkapkan oleh pejabat AS pada Senin, 34 petugas dari Kementerian Keamanan Publik China didakwa menggunakan akun media sosial palsu untuk melecehkan para pembangkang China di AS dan menyebarkan propaganda resmi pemerintah China.

Jaksa mengatakan semua terdakwa adalah anggota gugus tugas elite yang dikenal sebagai Kelompok Kerja Proyek Khusus 912, yang bertujuan menargetkan para pembangkang China yang berlokasi di seluruh dunia, termasuk di AS.

"Seperti yang diduga, pemerintah China mengerahkan polisi nasionalnya dan Kelompok Kerja Proyek Khusus 912 bukan sebagai instrumen untuk menegakkan hukum dan melindungi keselamatan publik, melainkan... menyerang orang-orang di negara kami karena menjalankan kebebasan berbicara," kata Jaksa Peace.

Semua 34 terdakwa diyakini tinggal di China atau di tempat lain di Asia.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya