Samsung Bakal Beralih ke Microsoft Bing di Smartphone Terbarunya, Google Search Terancam?

Posisi Google sebagai sebagai mesin pencari bawaan di smartphone Samsung terancam dengan rumor yang menyebut Samsung akan beralih ke Microsoft Bing.

oleh Dinda Charmelita Trias Maharani diperbarui 20 Apr 2023, 15:00 WIB
Search Engine Google (Photo by Solen Feyissa on Unsplash)

Liputan6.com, Jakarta - Posisi dominan Google sebagai sebagai mesin pencari bawaan di smartphone Samsung kini terancam dengan adanya desas-desus terbaru. Dalam beberapa laporan, disebutkan Samsung dan Microsoft saat ini sedang berdiskusi mengganti Google Search dengan Bing di perangkat terbaru yang akan rilis di masa mendatang.

Adapun salah satu alasan di balik pertimbangan ini adalah Microsoft Bing dianggap telah banyak berinvestasi dan memperkenalkan layanan chatbot AI yang didukung ChatGPT besutan OpenAI. Hal ini yang menjadikan Bing sebagai alternatif yang layak untuk Samsung.

Dikutip dari Gizchina, Kamis (20/4/2023), berita ini sontak menimbulkan kekhawatiran bagi Google. Sebab, sebagai salah satu produsen smartphone terbesar di dunia, Samsung disebut menjadi sumber pengguna yang signifikan bagi Google.

Jika laporan ini benar terjadi, Google akan terancam kehilangan pendapatan tahunan sebesar USD 3 miliar sebagai akibat dari berakhirnya kontrak dengan Samsung.

Kendati demikian, hingga saat ini Samsung masih mempertahankan lisensi penuhnya dengan Google. Terlebih, perusahaan mesin pencarian ini menetapkan persyaratan yang mewajibkan produsen ponsel pintar Android memakai Play Store untuk mengakses aplikasi. 

Persyaratan ini pun mengundang perdebatan karena mengharuskan Google menjadi mesin penulusuran bawaan di perangkat Android. Akibat masalah ini, Google ditemukan telah melanggar undang-undang antimonopoli EU. 


Lebih Banyak Fitur AI di Platform Google

Ilustrasi Mesin Pencari, Google Search. Kredit: Photo Mix via Pixabay

Mengikuti kesuksesan ChatGPT, teknologi AI mulai merambah dan dinilai menjadi nilai jual utama pada produk milik berbagai perusahaan, tak terkecuali Google. 

Perusahaan telah memperkenalkan chatbot pencarian, Bard, bertenaga AI. Selain itu, Google juga mengumumkan fitur AI baru untuk Gmail dan Google Docs yang mampu membuat draf dan menulis ulang email.

Di samping itu, Google juga telah membahas peningkatan otomasi seperti terjemahan otomatis dan transkripsi untuk video, serta pembaruan Google Search yang membuatnya lebih baik dalam menangani pertanyaan dengan gabungan teks dan gambar.

Dengan semua perhatian yang diperoleh Microsoft Bing berkat penggabungan AI-nya, Google kemungkinan akan menjadikan AI dan Google Search sebagai inti dari presentasinya di I/O mendatang.

Dengan kata lain, ada kemungkinan pengguna Google Search di masa depan bisa berinteraksi dengan lebih mulus berkat kehadiran dukungan chat berbasis AI. Bahkan, bukan tidak mungkin kehadiran fitur ini akan memiliki dampak besar.

Alasannya, pangsa pasar Google Search saat ini terbilang sangat besar. Berdasarkan data, mesin pencari itu mengusai 93,4 persen pangsa pasar dunia.


Chatbot AI Bard Salah Beri Jawaban, Saham Google Alphabet Langsung Anjlok

Search Engine Google (Photo by Christian Wiediger on Unsplash)

Kendati demikian, sebuah kesalahan yang dibuat oleh chatbot kecerdasan buatan buatan Google yang bernama Bard, harus membuat saham perusahaan anjlok.

Google sendiri sebelumnya telah memperkenalkan chatbot AI penantang ChatGPT OpenAI, Bard, dan diklaim akan tersedia dengan lebih luas untuk umum dalam beberapa pekan mendatang.

Masalahnya, dikutip dari The Verge, Jumat (10/2/2023), dalam penampilan demo pertamanya, chatbot AI Bard sudah membuat kesalahan faktual.

Google melalui sebuah GIF di Twitter, membagikan bagaimana Bard menjawab pertanyaan: "Penemuan baru apa dari Teleskop Luar Angkasa James Webb yang dapat saya ceritakan kepada anak saya yang berusia 9 tahun?"

Google Bard kemudian menawarkan tiga poin, termasuk yang menyatakan bahwa teleskop itu "mengambil gambar pertama dari sebuah planet di luar tata surya kita sendiri."

Mengutip New York Post, contoh itu diambil untuk mendeskripsikan bagaimana chatbot AI bisa menjadi "launchpad untuk rasa ingin tahu dan dapat membantu menyederhanakan topik yang kompleks."

Namun dari situ, sejumlah astronom pun membalas cuitan itu dengan menunjukkan pernyataan tersebut tidaklah benar, dan gambar pertama dari planet ekstrasurya diambil pada 2004, seperti yang juga dinyatakan oleh NASA.

"Saya yakin Bard akan mengesankan, tetapi sebagai catatan: JWST tidak mengambil 'gambar pertama dari sebuah planet di luar tata surya kita,'" cuit ahli astrofisika Grant Tremblay.


Berdampak ke Saham Induk Google

Google Bard. Dok: Google

Tremblay menambahkan, gambar pertama tersebut diambil dengan VLT/NACO menggunakan optik adaptif.

"Berbicara sebagai seseorang yang mencitrakan exoplanet 14 tahun sebelum JWST diluncurkan, sepertinya Anda harus menemukan contoh yang lebih baik?," kata Bruce Macintosh, Direktur University of California Observatories di UC Santa Cruz.

Meski kesalahan terjadi saat demonstrasi produk, namun hal ini juga berdampak pada merosotnya saham induk Google Alphabet.

Saham Alphabet dilaporkan merosot 7,4 persen, atau kehilangan nilai pasar setara USD 100 miliar, karena pengguna media sosial bereaksi terhadap kegagalan Bard.

Juru Bicara Google Jane Park pun mengatakan, temuan itu menyoroti pentingnya proses pengujian yang ketat, yang mereka sebut sudah dimulai pekan ini dalam program Trusted Tester.

"Kami akan menggabungkan umpan balik eksternal dengan pengujian internal kami sendiri untuk memastikan respons Bard memenuhi standar kualitas, keamanan, dan landasan yang tinggi dalam informasi dunia nyata," ujarnya. 

Infografis Google dan Facebook (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya