Gelombang Panas di Asia Picu Banyak Kematian dan Paksa Sekolah Tutup

Gelombang panas telah melanda sebagian besar Asia, menyebabkan kematian dan penutupan sekolah. Salah satu yang merasakan dampaknya gelombang panas yakni India, China, Thailand, dan lainnya.

oleh Alycia Catelyn diperbarui 20 Apr 2023, 11:00 WIB
Ilustrasi gelombang panas. (Unsplash)

Liputan6.com, Jakarta - Gelombang panas telah melanda sebagian besar Asia. Kondisi tersebut menyebabkan kematian dan penutupan sekolah di India, dan suhu yang memecahkan rekor di China.

Maximiliano Herrera, seorang ahli iklim dan sejarawan cuaca, menggambarkan suhu tinggi yang tidak biasa sebagai "gelombang panas April terburuk dalam sejarah Asia".

Di China, media lokal melaporkan bahwa rekor suhu untuk bulan April telah diamati di banyak lokasi, termasuk Chengdu, Zhejiang, Nanjing, Hangzhou, dan area lain di wilayah delta Sungai Yangtze.

Menurut Herrera, suhu panas yang tidak biasa juga telah dilaporkan di Asia Tenggara, termasuk di Luang Prabang, Laos, yang mencatat 42,7 derajat Celsius minggu ini, suhu tertinggi yang dapat diandalkan dalam sejarahnya, demikian dilansir dari The Guardian, Kamis (20/4/2023).

Di Thailand, departemen meteorologi mengatakan suhu mencapai 44,6 derajat Celsius di Provinsi Tak pada Sabtu 15 April 2023, menyamai rekor sebelumnya yang dicapai di Mae Hong Son pada 28 April 2016. Rekor itu tidak termasuk dalam statistik ringkasan resmi pemerintah, yang melaporkan suhu di Tak pada 44,6 derajat Celcius.

Di Bangladesh, negara yang berada di garis depan krisis iklim, suhu melonjak di atas 40 derajat Celsius di ibu kota, Dhaka, pada Sabtu, 15 April, hari terpanas dalam 58 tahun dan bahkan menyebabkan permukaan jalan mencair. Seorang pejabat dari Kementerian Lingkungan Hidup, Kehutanan dan Perubahan Iklim Bangladesh mengatakan, jika panas tidak mereda, mereka akan mengumumkan darurat suhu panas di daerah tertentu.

Dalam beberapa tahun terakhir, India menjadi sangat rentan terhadap panas ekstrem dan para ahli khawatir tahun ini bisa menjadi lebih buruk. Gelombang panas April telah menghantam negara bagian India utara dan timur.

Dalam seminggu ini, departemen meteorologi mengeluarkan peringatan oranye tentang gelombang panas yang parah di beberapa bagian Bihar, Jharkhand, Odisha, Andhra Pradesh dan Benggala Barat. Semua negara bagian dengan proporsi pekerja pedesaan yang tinggi dan buruh yang dipaksa bekerja di luar bahkan saat suhu dan kelembapan melonjak.


Banyak Sekolah Tutup di India Akibat Gelombang Panas

Ilustrasi gelombang panas. (Unsplash/Xurzon)

Sementara itu, enam kota di utara dan timur India mencatat suhu di atas 44 derajat Celsius. Di ibu kota Delhi mencatat 40,4 derajat Celsius pada Selasa, 18 April. Gelombang panas diperkirakan akan berlanjut hingga setidaknya Jumat, 21 April.

"Kondisi gelombang panas kemungkinan akan berlanjut di Benggala Barat dan sebagian Bihar selama empat hari ke depan. Oleh karena itu, kami telah mengeluarkan peringatan oranye untuk wilayah tersebut mengingat kelembapan dan suhu tinggi. Orang harus mengambil tindakan pencegahan. Wilayah ini kemungkinan akan melihat aktivitas badai sejak hari kelima ketika kondisi gelombang panas dapat mereda," kata Departemen Meteorologi India pada Selasa (18/4/2023).

Suhu tinggi di India telah mendorong penutupan sekolah di beberapa negara bagian, sementara 13 orang meninggal dan delapan lainnya menerima perawatan medis akibat sengatan matahari setelah acara penghargaan yang diadakan di luar ruangan di negara bagian Maharashtra.

Mamata Banerjee selaku menteri utama Benggala Barat, menutup semua sekolah di negara bagian itu minggu ini karena kekhawatiran akan panas yang parah dan mendesak lembaga pendidikan swasta untuk mengambil tindakan yang sama. Anak-anak sempat mengalami gangguan kesehatan seperti sakit kepala akibat panas, katanya, menurut media setempat.

Sekolah juga telah ditutup minggu ini di Tripura dan Odisha, sedangkan di Delhi sekolah tidak lagi mengadakan kebaktian sore.

Cuaca panas yang tidak biasa juga mendorong peringatan kesehatan di Thailand, di mana departemen kesehatan memperingatkan risiko sengatan panas, terutama bagi orang yang berolahraga atau bekerja berjam-jam di luar seperti pekerja bangunan dan petani.

Ada kekhawatiran suhu tinggi dapat berlanjut di Thailand melebihi bulan-bulan musim panas yang biasa, menyebabkan kekeringan dan potensi gagal panen.


Adakan Acara Penghargaan di Lapangan Terbuka Saat Suhu 38 Derajat Celcius, 11 Orang Meninggal

Ilustrasi bendera India. (AFP Photo)

Dalam sebuah tragedi yang disebutkan sebelumnya di Maharashtra India, heat stroke atau serangan panas menelan korban jiwa.

Mengutip dari BBC, Senin (17/4/2023), awalnya 11 orang tewas akibat serangan panas, sementara banyak lainnya dirawat di rumah sakit setelah menghadiri upacara award atau pemberian penghargaan yang digelar di negara bagian Maharashtra, India. Belakangan jumlah korban tewas dilaporkan bertambah jadi 13.

Acara yang disponsori pemerintah tersebut berlangsung di lapangan terbuka di bawah terik matahari dan berlangsung selama beberapa jam. Tidak heran jika terjadi heat stroke.

Ribuan orang menghadiri acara yang digelar Minggu, 16 April 2023 yang diadakan untuk mengundang seorang aktivis sosial terkemuka.

Banyak orang mengeluh dehidrasi dan penyakit terkait panas lainnya setelah menghadiri acara tersebut.

Navi Mumbai, kota yang dekat dengan pusat keuangan Mumbai dan tempat diadakannya acara tersebut, mencatat suhu maksimum 38 derajat Celsius pada Minggu.

Pakar kesehatan telah menyarankan orang-orang untuk menjauhi matahari selama jam-jam panas puncak dari pukul 11.00 hingga 16.00, terutama selama bulan April, yang dianggap sebagai salah satu bulan terpanas di India.

Baca selebihnya di sini...


Studi: Pepohonan Tekan Kurangi Kematian Dini Akibat Gelombang Panas Perkotaan

Orang-orang bersantai di sebuah taman di Madrid, Spanyol, Minggu (19/6/2022). Sebelumnya Spanyol dilanda gelombang panas yang bergerak ke utara melalui Eropa dengan suhu bisa mencapai di 43 derajat Celcius. (AP Photo/Paul White)

Dengan isu lingkungan menjadi topik hangat di seantero dunia karena maraknya gelombang panas, para peneliti mengungkap bahwa menanam lebih banyak pohon di daerah perkotaan dapat menekan suhu musim panas dan menurunkan sepertiga kematian yang terkait langsung dengan cuaca panas dan gelombang panas.

Dikutip dari AFP, Selasa (7/3/2023), pemodelan menemukan bahwa peningkatan tutupan pohon hingga 30 persen akan mengurangi 0,4 derajat Celsius secara lokal, selama bulan-bulan musim panas, demikian mereka melaporkan di The Lancet. Dari 6,700 kematian dini yang dikaitkan dengan suhu yang lebih tinggi di 93 kota Eropa selama 2015, sepertiganya dapat dicegah, menurut temuan tersebut.

Saat ini, rata-rata kurang dari 15 persen lingkungan perkotaan di Eropa ditutupi oleh beberapa jenis dedaunan. Studi ini adalah yang pertama memproyeksikan jumlah kematian dini akibat suhu yang lebih tinggi di kota-kota yang dapat dicegah dengan tambahan tutupan pohon, kata penulis utama Tamara Iungman, seorang peneliti di Barcelona Institute for Global Health.

"Kita sudah tahu bahwa suhu tinggi di lingkungan perkotaan berhubungan dengan hasil kesehatan yang negatif, seperti gagal jantung, masuk rumah sakit, dan kematian dini," katanya dalam sebuah pernyataan.

Baca selebihnya di sini...

Infografis Pencegahan dan Bahaya Mengintai Akibat Cuaca Panas. (Liputan6.com/Trieyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya