Quraish Shihab: Seseorang yang Mendapatkan Lailatul Qadar Hidupnya Damai

Lailatul qadar adalah malam yang mulia, betapa tidak mulia? Di sana Allah swt menurunkan Al-Qur’an dan di sana terdapat aneka anugerah Allah swt. Yang jauh lebih banyak dari aneka anugerah yang dilimpahkan-Nya pada malam-malam yang lain.

oleh Fadjriah Nurdiarsih diperbarui 20 Apr 2023, 15:40 WIB

Liputan6.com, Jakarta Bismillahirrahmanirrahim, para pemirsa Mutiara Hati, kita akan membicarakan sekelumit tentang lailatul qadar. Allah swt menyatakan tentang lailatul qadar dalam satu surah yang dimulai dengan inna anzalnahu fi lailatil-qadr, sesungguhnya Kami menurunkannya, yakni Al-Qur’an pada lailatul qadar, malam qadar.

Kata qadar mempunyai tiga makna, kesemuanya dapat dinisbahkan kepada malam mulia ini. Yang pertama, qadar berarti mulia, yang kedua, qadar berarti ketentuan, sedang yang ketiga qadar berarti sempit.

Lailatul qadar adalah malam yang mulia, betapa tidak mulia? Di sana Allah swt menurunkan Al-Qur’an dan di sana terdapat aneka anugerah Allah swt. Yang jauh lebih banyak dari aneka anugerah yang dilimpahkan-Nya pada malam-malam yang lain.

Lailatul qadar juga ketentuan, di sana Allah swt menentukan sekian banyak hal yang berkaitan dengan perjalanan alam raya ini, yang berkaitan dengan manusia yang akan terjadi pada tahun ini. Kemudian yang ketiga, malam itu adalah malam yang sempit, karena para malaikat turun ke bumi, sehingga bumi ini bagaikan sempit dengan banyaknya malaikat yang turun.

Saudara pemirsa, Prof. Quraish Shihab mengatakan kita tidak mengetahui persis hakikat lailatul qadar. Itupun diisyaratkan oleh Al-Qur’an dengan menyatakan wa ma adraka ma lailatul-qadr. Al-Qur’an tidak menggunakan kata ma adraka kecuali menyangkut hal-hal yang hakikatnya tidak terjangkau secara sempurna oleh manusia.

Bintang yang terlihat di langit dinyatakan-Nya wa ma adraka mat-tariq. Kemampuan manusia untuk melihat bintang itu tidaklah sempurna, demikian halnya dengan lailatul qadar. Allah swt hanya mengungkapkan sedikit dari keistimewaan lailatul qadar itu yaitu lailatul-qadri khairum min alfi syahr, dia lebih baik dari seribu bulan.

Saudara, kata seribu bulan tidak harus diartikan bilangan hari-hari dalam seribu bulan, 83 tahun. Namun, kata seribu dapat diartikan banyak, bukan dalam bentuk angka-angka yang terhitung sama dengan kalau Anda berkata dia menyampaikan seribu satu alasan.

Yang jelas pada malam itu tanazzalul-mala ikatu war-ruhu fiha bi izni rabbihim, ming kulli amr. Pada malam itu malaikat-malaikat turun atas izin Tuhannya. Dan pada malam itu dinyatakan-Nya salamun hiya hatta matla’il-fajr, damai sampai terbitnya fajar.

Tanda seseorang mendapatkan lailatul qadar adalah hidupnya damai, damai dengan dirinya, damai dengan orang lain, damai dengan lingkungannya, setidaknya damai pasif.

Prof. Quraish sering berkata jika Anda tidak dapat memuji, jangan mencela, jika Anda tidak dapat memberi, jangan menghalangi orang lain untuk memberi, apabila Anda tidak dapat membantu, jangan menghalangi bantuan orang lain, itulah kedamaian pasif.

Dan itulah tanda orang yang mendapatkan lailatul qadar. Dan itu berlanjut hingga terbitnya fajar. Bukan saja fajar di hari atau di malam turunnya malaikat-malaikat itu, akantetapi sampai kepada fajar hidup manusia yakni hingga dia wafat dan hidup kembali di alam barzah, sampai sana dia masih merasakan kedamaian.

Dan siapa yang merasakan kedamaian itu, maka dia akan masuk ke darussalam. Darussalam adalah negeri yang penuh kedamaian, yaitu surga Ilahi. Semoga kita dapat menemui lailatul qadar dan dapat hidup dalam kedamaian dan damai dengan diri sendiri, damai dengan orang lain, serta damai dengan lingkungan kita, amien.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya