Liputan6.com, Jakarta - Menyambut Gerhana Matahari Hibrida di Indonesia pada Kamis (20/4/2023), Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menggandeng Observatorium Bosscha dan Pos Indonesia untuk merilis prangko edisi Gerhana Matahari Total.
Prangko seri Gerhana Matahari Total 2023 ini dirilis Direktorat Jenderal Penyelenggara Pos dan Informatika Kementerian Kominfo, Pos Indonesia, dan Pusat Observatorium Bosscha ITB diedarkan pada hari ini.
Advertisement
Adapun, prangko edisi khusus ini dicetak dalam bentuk Fullsheet, Sampul Hari Pertama, dan Souvenir Sheet.
Dikutip dari laman resmi Pos Indonesia, Direktur Utama Pos Indonesia Faizal R. Djoemadi menyebut bahwa prangko seri Gerhana Matahari Total 2023 dilengkapi dengan teknologi digital.
"Ada fitur QR Code yang dapat discan dan menghubungkan pengguna dengan link yang memuat informasi tentang fenomena gerhana matahari total 2023," kata Faizal.
Menurutnya, prangko saat ini sudah semakin canggih dan bukan hanya untuk koleksi atau pengiriman, tetapi juga memiliki nilai yang semakin bertambah.
Mengutip siaran pers Observatorium Bosscha, dua momen Gerhana Matahari Total di Indonesia sebelumnya juga pernah diabadikan dalam prangko, pada tahun 1983 dan 2016.
Prangko tahun 2023 kembali didesain oleh Tiyadi Guntur Wiratmo, S.Sn., M.Sn. yang sebelumnya mendesain prangko Gerhana Matahari Total 9 Maret 2016, bekerja sama dengan Observatorium Bosscha sebagai penanggung jawab konten.
Guntur merupakan staf pengajar Kelompok Keahlian KK Komunikasi Visual dan Multimedia, Fakultas Desain dan Seni Rupa Institut Teknologi Bandung (ITB).
Kisah Memecah Matahari dalam Prangko Edisi Khusus
Dalam prangko edisi khusus tahun ini, Guntur mengangkat visualisasi dari cerita rakyat Papua yang bertajuk "Memecah Matahari."
Memecah Matahrai mengisahkan pemuda bernama Rangi, yang hidup di desa kecil dan gelap di kaki Pegunungan Jayawijaya. Rangi berniat menyelamatkan desanya dari kegelapan menggunakan dua lembing sakti.
Rangi lalu melontarkan dua lembing tersebut ke langit, untuk memecah kegelapan yang menyelubungi Matahari. Desanya kembali diterangi sinar mentari usai kegelapan sirna.
Prangko seri Gerhana Matahari 2023 juga menambahkan unsur-unsur budaya dan elemen khas Papua, seperti atribut yang dikenakan oleh Rangi, serta prangko keping pertama yang menggambarkan rumah adat Honai.
Adapun, alasan diangkatnya budaya dari Indonesia Timur, juga sebagai gambaran dari jalur totalitas Gerhana pada tahun ini, yang melewati daerah Timur Indonesia.
Advertisement
Observatorium Bosscha Kirim Tim Pengamatan ke Pulau Kisar
Sebelumnya, jelang Gerhana Matahari Hibrida yang akan menyambangi Indonesia pada 20 April 2023, Tim Observatorium Bosscha menggelar ekspedisi pengamatan Gerhana Matahari Total di Pulau Kisar, Maluku.
Ekspedisi yang dilakukan pada 14 sampai 21 April 2023 ini, dipimpin oleh Staf Observatorium Bosscha dan KK Prodi Astronomi ITB, Premana W. Premadi.
Tim ini berjumlah 10 orang, dengan anggotanya adalah staf Observatorium Bosscha dan mahasiswa Program Studi Sarjana Astronomi ITB.
Mereka juga akan menggelar serangkaian aktivitas pendidikan untuk guru dan siswa, kegiatan pengamatan langit malam dan pameran astronomi untuk masyarakat umum.
Mengutip siaran pers di laman resmi Bosscha ITB, Selasa (18/4/2023), Pulau Kisar dipilih sebagai lokasi pengamatan atas beberapa pertimbangan, di antaranya faktor geografis dan cuaca.
Selain itu, wilayah ini jadi dataran pertama di Indonesia, yang berada di jalur total atau gerhana 100 persen, serta lokasinya berada di dekat pusat gerhana di laut Timor.
"Menjadikan waktu totalitas di Kisar lebih panjang dibandingkan daerah lain," imbuh pihak Observatorium Bosscha dalam pernyataan tertulisnya.
Pengamatan Gerhana Matahari Total akan diselenggarakan di Lapangan Maka, Desa Wonreli. Tim juga telah menyiapkan berbagai instrumen pengamatan untuk bisa digunakan bersama dengan masyarakat yang hadir.
Gelar Pengamatan dari Lembang
Selain itu, Observatorium Bosscha juga akan menggelar kegiatan pengamatan Gerhana Matahari di Kompleks Observatorium Bosscha, Lembang.
Dari Lembang, gerhana yang diamati adalah gerhana matahari sebagian, dengan tutupan piringan maksimum 42,5 persen. Kegiatan ini menggandeng Program Studi Astronomi ITB.
Pengamatan Gerhana Matahari akan dilaksanakan pada Kamis, 20 April 2023 pukul 08.30 sampai 12.30 WIB. Meski begitu, kegiatan pengamatan gerhana di Observatorium Bosscha hanya akan dihadiri oleh undangan terbatas.
Bosscha juga menjelaskan, Gerhana Matahari terjadi saat Matahari, Bulan, dan Bumi berada dalam posisi segaris, menjadikan bayangan Bulan jatuh di permukaan Bulan.
Di Gerhana Matahari Hibrida, akan terjadi dua fenomena Gerhana Matahari sekaligus, di mana gerhana akan dimulai sebagai Gerhana Matahari Cincin, kemudian Gerhana Matahari Total, dan berakhir dengan Gerhana Matahari Cincin.
Namun, pada Gerhana 20 April 2023, wilayah Indonesia hanya akan dilintasi jalur Gerhana Matahari Total.
(Dio/Isk)
Advertisement