Menkes Malaysia Imbau Warganya untuk Batasi Aktivitas Luar Akibat Kabut dan Cuaca Panas

Warga Malaysia diimbau untuk bermasker, tetap berada di dalam rumah di tengah cuaca panas dan berkabut.

oleh Alycia Catelyn diperbarui 20 Apr 2023, 21:00 WIB
Ilustrasi bendera Malaysia. (Pixabay)

Liputan6.com, Kuala Lumpur - Menteri Kesehatan Malaysia Zaliha Mustafa telah menyarankan masyarakat untuk membatasi waktu mereka di luar rumah dan menggunakan masker. Hal itu disebabkan karena cuaca panas dan kabut yang secara bersamaan mulai memengaruhi Malaysia.

Zaliha juga mengimbau masyarakat untuk membatasi aktivitas fisik berat selama musim panas dan berkabut karena dapat meningkatkan risiko penyakit.

"Saat ini negara kita sedang dilanda cuaca panas yang berdampak pada kualitas udara dan suhu lingkungan di beberapa daerah," ujarnya dalam keterangan tertulis pada Rabu, 19 April 2023.

The air pollution index (API) atau pembacaan indeks polusi udara di atas 100 dianggap tidak sehat, sedangkan tingkat di atas 200 dianggap sangat tidak sehat. Pembacaan lebih dari 300 biasanya dianggap berbahaya.

Pada pukul 16.00 pada Rabu, 19 April, semua 68 wilayah di Malaysia yang memiliki stasiun pengukur indeks udara dilaporkan memiliki pembacaan sedang antara 51 dan 100, demikian dikutip dari Channel News Asia, Kamis (20/4/2023).

Media lokal sembari melihat pembacaan API pada Selasa, 18 April malam, sebelumnya melaporkan bahwa 11 lokasi mengalami kualitas udara yang tidak sehat. Namun, keesokannya tidak ada satu pun lokasi yang berada dalam kisaran kualitas udara tidak sehat.

Dalam keterangannya itu, Zaliha mengimbau masyarakat untuk menutup jendela agar partikel kabut tidak masuk ke dalam rumah atau bangunan serta menghindari aktivitas seperti merokok yang dapat meningkatkan polutan udara dalam ruangan.

 

 


Imbauan Lainnya untuk Warga Malaysia oleh Menkes

Ilustrasi bendera Malaysia. (Unsplash/mkjr_)

Zaliha juga mengimbau masyarakat untuk memilih mode sirkulasi udara internal saat menggunakan AC saat mengemudi dan minum air putih minimal delapan gelas sehari untuk menjaga tingkat hidrasi tubuh.

Ia tidak lupa mengingatkan masyarakatnya untuk sering mandi untuk mendinginkan tubuh dan menghindari penggunaan pakaian yang tebal, ketat, dan berwarna gelap untuk mempercepat proses pelepasan panas dari tubuh.

"Kalau bisa, gunakan AC dan filter udara di rumah untuk menyaring partikel halus dan mencegah masuknya udara tercemar dari luar," ujarnya.

Sabtu (15/4/2023) lalu, Menteri Sumber Daya Alam, Lingkungan Hidup dan Perubahan Iklim Nik Nazmi Nik Ahmad dilaporkan mengatakan bahwa kabut asap disebabkan oleh kebakaran gambut dan pembakaran terbuka di beberapa daerah di Malaysia.

"Kabut asap tidak hanya terjadi di Malaysia, tetapi di negara-negara di kawasan ASEAN (Perhimpunan Bangsa Bangsa Asia Tenggara)," katanya seperti dikutip Bernama.


Gelombang Panas Melanda Asia

Ilustrasi gelombang panas. (Unsplash)

Tidak hanya Malaysia yang mengalami cuaca panas, gelombang panas nyatanya telah melanda sebagian besar Asia. Kondisi tersebut menyebabkan kematian dan penutupan sekolah di India, dan suhu yang memecahkan rekor di China.

Maximiliano Herrera, seorang ahli iklim dan sejarawan cuaca, menggambarkan suhu tinggi yang tidak biasa sebagai "gelombang panas April terburuk dalam sejarah Asia".

Di China, media lokal melaporkan bahwa rekor suhu untuk bulan April telah diamati di banyak lokasi, termasuk Chengdu, Zhejiang, Nanjing, Hangzhou, dan area lain di wilayah delta Sungai Yangtze.

Menurut Herrera, suhu panas yang tidak biasa juga telah dilaporkan di Asia Tenggara, termasuk di Luang Prabang, Laos, yang mencatat 42,7 derajat Celsius minggu ini, suhu tertinggi yang dapat diandalkan dalam sejarahnya, demikian dilansir dari The Guardian, Kamis (20/4/2023).

Di Thailand, departemen meteorologi mengatakan suhu mencapai 44,6 derajat Celsius di Provinsi Tak pada Sabtu 15 April 2023, menyamai rekor sebelumnya yang dicapai di Mae Hong Son pada 28 April 2016. Rekor itu tidak termasuk dalam statistik ringkasan resmi pemerintah, yang melaporkan suhu di Tak pada 44,6 derajat Celcius.

Di Bangladesh, negara yang berada di garis depan krisis iklim, suhu melonjak di atas 40 derajat Celsius di ibu kota, Dhaka, pada Sabtu, 15 April, hari terpanas dalam 58 tahun dan bahkan menyebabkan permukaan jalan mencair. Seorang pejabat dari Kementerian Lingkungan Hidup, Kehutanan dan Perubahan Iklim Bangladesh mengatakan, jika panas tidak mereda, mereka akan mengumumkan darurat suhu panas di daerah tertentu.

Baca selebihnya di sini...


Adakan Acara Penghargaan di Lapangan Terbuka Saat Suhu 38 Derajat Celcius, 11 Orang Meninggal

Ilustrasi bendera India (AFP Photo)

Dalam sebuah tragedi yang disebutkan sebelumnya di Maharashtra India, heat stroke atau serangan panas menelan korban jiwa.

Mengutip dari BBC, Senin (17/4/2023), awalnya 11 orang tewas akibat serangan panas, sementara banyak lainnya dirawat di rumah sakit setelah menghadiri upacara award atau pemberian penghargaan yang digelar di negara bagian Maharashtra, India. Belakangan jumlah korban tewas dilaporkan bertambah jadi 13.

Acara yang disponsori pemerintah tersebut berlangsung di lapangan terbuka di bawah terik matahari dan berlangsung selama beberapa jam. Tidak heran jika terjadi heat stroke.

Ribuan orang menghadiri acara yang digelar Minggu, 16 April 2023 yang diadakan untuk mengundang seorang aktivis sosial terkemuka.

Banyak orang mengeluh dehidrasi dan penyakit terkait panas lainnya setelah menghadiri acara tersebut.

Navi Mumbai, kota yang dekat dengan pusat keuangan Mumbai dan tempat diadakannya acara tersebut, mencatat suhu maksimum 38 derajat Celsius pada Minggu.

Pakar kesehatan telah menyarankan orang-orang untuk menjauhi matahari selama jam-jam panas puncak dari pukul 11.00 hingga 16.00, terutama selama bulan April, yang dianggap sebagai salah satu bulan terpanas di India.

Baca selebihnya di sini...

Infografis: Bumi Makin Panas, Apa Solusinya? (Liputan6.com / Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya