Liputan6.com, Kyiv - Menteri Pertahanan Ukraina Oleksii Reznikov mengumumkan pada Rabu (19/4/2023) bahwa sistem rudal Patriot buatan Amerika Serikat (AS) telah tiba.
"Hari ini, langit Ukraina kita yang indah menjadi lebih aman," twit Reznikov.
Advertisement
AS menyetujui pengiriman sistem rudal darat ke udara, yang dapat menargetkan pesawat terbang, rudal jelajah, dan rudal balistik jarak pendek seperti yang digunakan Rusia untuk membombardir daerah pemukiman dan jaringan listrik Ukraina, itu pada Oktober 2022.
Rudal tersebut adalah kontribusi terbaru dari Barat, yang juga telah menjanjikan tank, artileri, dan beberapa jenis jet tempur saat Ukraina bersiap menghadapi serangan balasan Rusia.
Reznikov berterima kasih kepada AS, Jerman, dan Belanda, tanpa mengatakan berapa banyak sistem rudal yang telah dikirimkan atau kapan mereka tiba.
Juru bicara angkatan udara Ukraina Yurii Ihnat mengatakan pada Selasa (18/4) malam bahwa pengiriman sistem rudal merupakan peristiwa penting, yang memungkinkan Ukraina melumpuhkan target Rusia pada jarak yang lebih jauh.
Situs web pemerintah Jerman pada Selasa mencantumkan sistem rudal Patriot sebagai salah satu barang militer yang dikirimkan dalam sepekan terakhir ke Ukraina. Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock mengonfirmasi informasi itu.
"Jerman juga telah melakukan pengiriman kedua dari empat sistem pertahanan udara IRIS-T jarak menengah yang dijanjikan tahun lalu," ungkap Baerbock seperti dilansir AP, Kamis (20/4).
Reznikov mengakui bahwa dia pertama kali meminta sistem rudal Patriot ketika mengunjungi AS pada Agustus 2021, lima bulan sebelum invasi skala penuh Rusia dan tujuh tahun setelah Rusia mencaplok semenanjung Krimea Ukraina secara ilegal. Dia menggambarkan bahwa memiliki sistem itu sebagai "mimpi", namun AS saat itu mengatakan "tidak mungkin" mengirimkannya.
Peringatan Ahli
Personel Ukraina telah dilatih menggunakan baterai sistem pertahanan rudal Patriot, yang membutuhkan hingga 90 tentara untuk mengoperasikan dan memeliharanya.
"Angkatan udara kami telah menguasai (sistem Patriot) sejauh yang mereka bisa. Dan mitra kami menepati janji mereka," tulis Reznikov.
Para ahli telah memperingatkan bahwa keefektifan sistem itu terbatas dan mungkin tidak mengubah perang secara signifikan, meskipun akan menambah persenjataan Ukraina melawan musuhnya yang lebih besar.
Patriot pertama kali dikerahkan oleh AS pada 1980-an. Para analis mengungkapkan, biaya sistem itu sekitar US$ 4 juta per rudal atau Rp59,7 miliar dan biaya peluncur masing-masing sekitar US$ 10 juta atau Rp149,4 miliar. Dengan biaya sebesar itu, tidak menguntungkan menggunakan Patriot untuk menembak jatuh drone yang lebih kecil dan lebih murah.
Dalam perkembangan lain pada Rabu, China membantah laporan baru-baru ini bahwa drone buatannya telah ditemukan di medan perang Ukraina. China bersikeras tidak akan membantu mempersenjatai Rusia.
Kementerian Perdagangan China mengatakan bahwa Beijing mempertahankan kontrol ketat atas ekspor drone sesuai dengan standar internasional yang mencegahnya digunakan untuk tujuan non-damai.
China, yang telah berulang kali mengkritik dukungan AS dan negara-negara lain untuk Ukraina sebagai "penambah bahan bakar" perang, memiliki sikap objektif dan adil serta mencari perdamaian.
Advertisement