Tim Hisab Rukyat Kemenag: Hilal Idul Fitri 1444 H Belum Penuhi Kriteria MABIMS

Tim Hisab dan Rukyat Kementerian Agama (Kemenag) memaparkan terkait penetapan jatuhnya Lebaran Idul Fitri 2023 atau 1 Syawal 1444 H.

oleh Nanda Perdana Putra diperbarui 20 Apr 2023, 18:41 WIB
Pemerintah dalam hal ini Kementerian Agama (Kemenag) memulai rangkaian sidang isbat dalam rangka memastikan jatuhnya hari Lebaran Idul Fitri 2023 atau 1 Syawal 1444 H. (Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta Tim Hisab dan Rukyat Kementerian Agama (Kemenag) memaparkan terkait penetapan jatuhnya Lebaran Idul Fitri 2023 atau 1 Syawal 1444 H. Berdasarkan kalender hijriah sesuai kriteria baru Menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura alias MABIMS, bahwa belum terlihat hilal Idul Fitri 2023 memasuki ketinggian 3 derajat dan elongasi 6,4 derajat.

"Dengan peta elongasi kita bisa lihat bahwasanya secara global, elongasi kita mensyaratakan 6,4 derajat, sedangkan Indonesia baru di Aceh 3 derajat atau 3 derajat lebih dikit, kalau kita sampai dimaksimalkan paling barat Indonesia," tutur Anggota Tim Hisab dan Rukyat Kemenag, Khofif di Auditorium HM Rasjidi Kemenag, Jakarta Pusat, Senin (20/4/2023).

“Dengan kita lihat elongasinya pun belum memenuhi kriteria,” sambung dia.

Diketahui, ada sebanyak 123 titik lokasi di seluruh Indonesia untuk memantau hilal.

“Hasil hisab dan rukyatul hilal ini akan dibahas dalam sidang isbat untuk kemudian ditetapkan kapan jatuhnya 1 Syawal. Jadi kapan Hari Raya Idul Fitri, kita masih akan menunggu keputusan sidang isbat," ujar Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama, Kamaruddin Amin, di Jakarta, Kamis (13/4/2023).

Rangkaian Sidang Isbat Dimulai Pukul 17.00 WIB

Pemerintah dalam hal ini Kementerian Agama (Kemenag) telah memulai rangkaian sidang isbat dalam rangka memastikan jatuhnya hari Lebaran Idul Fitri 2023 atau 1 Syawal 1444 H.

Pantauan Liputan6.com, Kamis (20/4/2023), sidang isbat diawali dengan pemaparan terkait hilal 1 Syawal 1444 H. Anggota Tim Hisab dan Rukyat Kemenag, Khofif menerangkan terkait Periode Lunasi 2023 dan Fase Bulan yang menjadi bagian dari metode hisab dan rukyat penentuan pergantian bulan Islam.


Gerhana Juga Jadi Pertimbangan

"Hari ini apakah 29 hari atau 30 hari, kalau kita lihat periode lunasinya ada di 29,55," kata Khofif sebelum sidang isbat di Auditorium HM Rasjidi Kemenag, Jakarta Pusat. 

Khofif juga menerangkan terkait gerhana matahari yang terjadi siang tadi. Bahwa peristiwa itu juga dapat menjadi tolak ukur penentuan pergantian bulan.

"Kalau kita lihat animasi pada pagi hari tadi, situasi gerhana matahari di saat gerhana matahari terjadi ijtimak tapi di saat ijtimak tidak selalu terjadi gerhana matahari karena bulan bumi dan matahari berada di satu garis bujur. Ada kalanya bulan tidak seluruhnya menutup matahari," ujar dia.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya