Liputan6.com, Jakarta Sebagai pengguna kendaraan bermotor, membunyikan klakson di jalan raya memang sukar dihindari. Jalan yang sudah macet, ditambah udara yang panas, serta pengemudi lain yang tidak tertib saat berkendara, memicu Anda untuk menekan klakson keras-keras. Apakah Anda salah satu orang yang suka melakukan hal yang seperti itu?
Alih-alih menjadi lebih cepat, suara yang dihasilkan oleh klakson mobil rupanya bisa meningkatkan stres dan merupakan salah satu sumber polusi suara. Berdasarkan informasi yang kami lansir dari laman National Geographic, Kamis (20/4/2023), polusi suara adalah bahaya yang tidak dapat terlihat dan dianggap dapat mengganggu serta mempengaruhi kesehatan manusia.
Advertisement
Sebagai salah satu contoh, terlalu sering mendengar paparan suara klakson ternyata bisa memicu tingkat stres. Berikut ulasan lengkap yang berhasil kami rangkum dari berbagai sumber.
Suara Klakson dan Hubungannya dengan Tingkat Stres
Mengutip dari World Health Organization (WHO), tingkat kebisingan di atas 65 dB (desibel) sudah termasuk dalam polusi suara. Nah, dampak buruk yang bisa terjadi ketika suara yang dihasilkan lebih dari 75 dB dan menimbulkan masalah kesehatan saat di atas 120 dB.
Sementara itu, perlu diketahui bahwa suara klakson mobil dapat menghasilkan suara sekitar 90 dB dan bus sekitar 100 dB.
Jadi, paparan yang berulang akibat kebisingan lalu lintas dapat dianggap sebagai pemicu stres kronis. Ditambah kondisi tubuh yang mengalami kelelahan juga memperparah masalah ini. Alhasil, hormon kortisol terus naik, berbanding lurus dengan penumpukan emosi serta perasaan marah.
Selain Stres, Masalah yang Timbul Akibat Polusi Suara
Tidak cuma stres, suara keras yang terdengar terus-menerus ternyata dapat merusak kesehatan manusia dalam banyak hal. Bahkan usia muda hingga usia tua sekalipun tidak bisa lepas dari masalah tersebut, seperti:
- Kondisi fisik
Dalam kasus kebisingan yang sangat konstan, masalah fisik yang mungkin timbul meliputi denyut nadi terasa cepat, tekanan darah tinggi, sakit kepala, bahkan serangan jantung.
- Psikologis
Kebisingan dapat menyebabkan rasa lelah, depresi, rasa histeris, dan kecemasan berlebih.
- Gangguan tidur
Kebisingan yang ada di atas 45 dB membuat Anda kesulitan untuk tidur. Dampak lainnya, suara keras bisa menyebabkan perilaku agresif dan mudah tersinggung.
- Gangguan memori dan konsentrasi
Kemampuan sesorang untuk fokus, rupanya bisa dipengaruhi dari kebisingan di sekitarnya. Hal ini mengakibatkan pada proses kinerja menjadi rendah dari waktu ke waktu.
Oleh karena itu, telinga kita membutuhkan waktu "beristirahat" lebih dari 16 jam untuk mengimbangi paparan 100 dB selama dua jam
Advertisement
Kenali Etika Membunyikan Klakson
Perlu Anda ketahui bahwa, membunyikan klakson itu tidak boleh sembarangan. Sekalipun tujuannya sebagai bentuk peringatan kepada sesama pengguna jalan raya. Seperti yang dilansir dari laman Carmudi, memakai klakson harus memiliki unsur empati, di mana Anda harus memposisikan diri sebagai orang lain yang mendengarkan suara klakson tersebut.
Selain itu, penggunaan klakson dapat menunjukkan tingkat kesopanan seseorang saat berkendara dan berkomunikasi dengan pengendara lainnya. Dinas Perhubungan dan Kepolisian Republik Indonesia juga telah membuat rambu dilarang membunyikan klakson. Biasanya, rambu-rambu ini terpasang di sekitar tempat ibadah atau sekolah.
Jika Anda ingin menyalip kendaraan lain dan menggunakan klakson, cukup bunyikan klakson sekali atau dua kali dengan durasi pendek serta kedipkan lampu dim. Dijamin pengemudi di depan Anda akan paham sehingga dia akan memberi jalan.
Intinya, gunakan klakson secara bijaksana supaya tidak mengganggu ketertiban selama berkendara.