Liputan6.com, Jakarta Kalya Mahiya Pravina bisa dibilang sebagai salah satu Kartini muda Indonesia. Remaja putri berusia 13 tahun memiliki prestasi mumpuni di seni tari. Karena kecakapannya, Kalya, demikian ia biasa, menjadi sosok remaja putri yang istimewa.
Setiap tahun, pada tanggal 21 April, kita memperingati Hari Kartini. Hari Kartini menjadi momen mengenang perjuangan RA Kartini untuk mewujudkan kesetaraan antara laki-laki dan wanita, khususnya di bidang pendidikan.
Advertisement
Pencapaian yang diraih Kalya membuat Indonesia bangga, karena semakin banyak Kartini Kartini Muda yang berjuang meraih mimpinya, tidak lekas puas dengan pencapaian dan mau terus meningkatkan kapasitas dirinya.
Kalya saat ini bersekolah di SMP Al Izhar Pondok Labu Jakarta. Meski menggeluti dunia tari, prestasi akademik Kalya sangat ciamik. Lalu sejak kapan Kalya suka menari?
“Aku pertama menari di usia 4 tahun dan tarian pertama adalah Tari Dayak dari Kalimantan,” terang Kalya yang merupakan Duta Budaya Kiny Cultura Indonesia.
Tarian Modern
Di usia belia, di mana banyak anak-anak remaja lebih memilih tarian modern, tapi Kalya memilih tarian Indonesia. Apa alasannya? “Karena tarian Indonesia merupakan ciri khas bangsa Indonesia yang harus dilestarikan. Aku ingin bisa belajar banyak tarian Indonesia sebagai wujud melestarikan budaya Indonesia,” ucapnya tersenyum.
Hingga saat ini, ada 13 tarian yang dikuasai Kalya. Sebut saja Tari Yospan dari Papua, Tari Enggang dari Kalimantan Timur, Tari Kembang Kipas, Tari Lenggang Nyai, Tari Topeng, Tari Kite Satu, Tari Dewangga dari Betawi, lalu Tari Piring dari Sumatera Barat, Tari Marpangir dari Sumatera Utara, Tari Tifa dari Nusa Tenggara Timur, Tari Giring Giring dari Kalimantan Tengah, Tari Ratoh Jaroe dari Aceh, hingga Tari Lancang Kuning dari Riau.
“Untuk menguasai satu tarian dibutuhkan waktu satu bulan untuk belajar tari kategori solo dan kurang lebih 2-3 bulan untuk belajar tari grup karena butuh waktu yang lebih lama untuk belajar kekompakan,” ucapnya.
Advertisement
Menekuni Dunia Tari
Karena telah menekuni dunia tari selama 9 tahun, telah banyak prestasi yang diraih Kalya. “Untuk tingkat nasional sekitar 17 piala dan dan ada 5 piagam penghargaan untuk tingkat internasional, baik tarian kategori solo maupun grup,” tuturnya.
Dari semua prestasi yang telah diraih Kalya, kompetisi apa yang paling berkesan? Yang paling berkesan saat ikut lomba di Wales, United Kingdom tahun 2019 di ajang Llangollen International Musical Eisteddfod, kategori folkdance.
“Ini kali pertama aku ikut kompetisi internasional dan meraih juara 2 bersama teman teman dari Gema Citra Nusantara. Saat itu, usiaku 9 tahun,” imbuh Kalya.
Prestasi Diraih
Selain prestasi di atas, dalam beberapa tahun terakhir banyak prestasi yang diraih Kalya. Untuk kompetisi kategori solo, Kalya telah meraih Winning the 1st Prize ‘Portugal Art Carnival’, Category Solo Folk Dance di Portugal. Lalu pada Oktober 2022, meraih Winning 1st Prize International Category Solo usia 11-14 tahun untuk Traditional Folk Dance dari Festival Online Competition ‘Welcome to Canada’ di Toronto, Kanada.
Tak hanya itu, Kalya juga meraih 1st Winner Traditional Dance Competition Alpus Cup Renaissance dan meraih Winning the 1st Prize International Festival Online Competition, Folk Dance and Music ‘Under The Hot UEA Sun’ di Dubai, Uni Emirat Arab.
Dengan segudang kegiatan, bagaimana Kalya membagi waktu antara sekolah dan menari? “Caraku membagi waktu yaitu menentukan prioritas. Yang diutamakan adalah sekolah dan mengerjakan tugas, lalu latihan menari di sanggar pada hari Sabtu dan Minggu agar waktu sekolah tidak terganggu,” cetusnya.
Lalu apa harapan dan impian Kalya yang belum terwujud? “Untuk harapan, aku ingin menularkan hobiku menari tari tradisional kepada generasi muda di Indonesia agar kelestarian budaya Indonesia tetap terjaga. Untuk impian, aku ingin keliling dunia untuk memperkenalkan budaya Indonesia,” harapnya.
Advertisement