Tentara Sudan Sepakat Gencatan Senjata 3 Hari Agar Warga Sipil Bisa Rayakan Idul Fitri

Pasukan Dukungan Cepat (RSF) paramiliter Sudan telah menyetujui gencatan senjata 72 jam pada hari sebelumnya.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 22 Apr 2023, 09:01 WIB
Suasana perang antara kelompok militer dan paramiliter di Sudan. (Dok: AP News)

Liputan6.com, Khartoum - Tentara Sudan telah menyetujui gencatan senjata tiga hari yang dimulai sejak Jumat (21/4/2023) untuk memungkinkan masyarakat bisa merayakan Hari Raya Idul Fitri, setelah pertempuran panas berlangsung selama seminggu. 

"Angkatan bersenjata berharap para pemberontak akan mematuhi semua persyaratan gencatan senjata dan menghentikan setiap gerakan militer yang akan menghalanginya," bunyi pernyataan resmi militer.

Dilansir Arab News, Sabtu (22/4/2023), Pasukan Dukungan Cepat (RSF) paramiliter Sudan telah menyetujui gencatan senjata 72 jam pada hari sebelumnya.

Bunyi tembakan senjata terus terdengar di di ibu kota Khartoum setelah tentara dikerahkan dalam pertempuran dengan RSF.

Usai itu, tentara dan kelompok bersenjata dari RSF saling menembak di lingkungan di seluruh kota, termasuk saat sebelum salat Idul Fitri dimulai. 

Dalam sepekan terakhir, suara tembakan terdengar tanpa jeda sepanjang hari, diselingi oleh dentuman artileri dan serangan udara.

Rekaman drone menunjukkan beberapa kepulan asap di Khartoum dan kota Nil, yang juga merupakan salah satu daerah perkotaan terbesar di Afrika.


Situasi Kian Memburuk

Suasana perang antara kelompok militer dan paramiliter di Sudan. (Dok: AP News)

Pertempuran yang terjadi di Sudan telah menewaskan ratusan orang, terutama di ibu kota dan bagian barat Sudan.

Dengan bandara yang terjebak dalam pertempuran dan lalu lintas udara yang tak terkendali, negara-negara termasuk Amerika Serikat, Jepang, Korea Selatan, Jerman dan Spanyol tidak dapat mengevakuasi staf kedutaan mereka.

Bahkan, Kementerian Luar Negeri AS mengatakan tanpa merinci bahwa satu warga AS di Sudan telah tewas.

Gedung Putih mengatakan belum ada keputusan yang dibuat untuk mengevakuasi personel diplomatik Amerika, tetapi AS sedang mempersiapkan kemungkinan tersebut jika diperlukan.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya