Liputan6.com, Khartoum - Militer Amerika Serikat sedang mempersiapkan opsi untuk mengevakuasi Kedutaan Besar AS di Khartoum, Sudan setelah perang saudara pecah di negara Afrika tersebut.
Pemerintahan Presiden AS Joe Biden mempertimbangkan apakah akan menarik personel diplomatik keluar dari ibu kota Sudan yang semakin tidak stabil.
Advertisement
Rencana itu dielaborasi lebih lanjut oleh Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin pada Jumat 21 April 2023.
"Kami telah menyiagakan beberapa pasukan untuk memastikan bahwa kami memberikan opsi sebanyak mungkin jika kami diminta untuk melakukan sesuatu. Tetapi, kami belum diminta untuk melakukan apa pun," kata Austin dalam konferensi pers di Pangkalan Udara Ramstein di Jerman, dikutip dari Alarabiya, Sabtu (22/4/2023).
"Tidak ada keputusan tentang apa pun yang telah dibuat."
Setidaknya dua pejabat AS mengatakan keputusan tentang kemungkinan evakuasi kedutaan mungkin akan diumumkan segera, tetapi tidak jelas apakah akan ada pengumuman publik.
Juru bicara keamanan nasional AS, John Kirby, mengatakan bahwa Presiden telah menyetujui rencana untuk memposisikan pasukan AS ke dekat Sudan, sekiranya mereka diperlukan untuk mengevakuasi diplomat AS.
Pasukan yang dipimpin oleh dua dewan penguasa Sudan yang sebelumnya bersekutu memulai perebutan kekuasaan dengan kekerasan akhir pekan lalu.
Ratusan orang telah tewas sejauh ini. PBB menyebut kondisi di Sudan sebagai sebuah bencana kemanusiaan setelah penduduk negara itu kini bergantung pada bantuan makanan untuk bertahan hidup.
Kesulitan Evakuasi WN Asing
Dengan bandara di Khartoum terjebak dalam pertempuran dan langit tidak aman, negara-negara termasuk Amerika Serikat, Jepang, Korea Selatan, Jerman, dan Spanyol tidak dapat mengevakuasi staf kedutaan.
Seorang diplomat Barat mengatakan situasi evakuasi di Sudan adalah salah satu yang paling sulit yang pernah mereka lihat, dengan Amerika kemungkinan besar fokus untuk mendapatkan gencatan senjata dan menggunakannya untuk mengeluarkan personel.
"Dalam hal ini, perang saudara dimulai di ibu kota, pertempuran persis di mana kedutaan dan di mana bandara berada. Ini sangat sulit," kata diplomat itu.
Cameron Hudson, pakar kebijakan Afrika AS di Pusat Studi Strategis dan Internasional dan mantan direktur urusan Afrika di Dewan Keamanan Nasional, mengatakan tingkat kekerasan di Khartoum membuat situasi evakuasi tidak dapat diprediksi.
"Tantangan utamanya adalah ada perang yang terjadi di seluruh penjuru kota dan bandara internasional di tengah kota tidak berfungsi saat ini, jadi tantangannya adalah memindahkan orang ke tempat yang aman untuk mengevakuasi mereka," kata Hudson.
Advertisement