Liputan6.com, Jakarta Hari Bumi diperingari setiap tahun pada 22 April. Lebih dari satu miliar orang merayakan Hari Bumi untuk melindungi planet ini dari hal-hal seperti polusi dan penggundulan hutan.
Peringatan Hari Bumi mengajak setiap orang ambil bagian dalam aktivitas seperti membuang sampah dan menanam pohon, untuk membuat dunia jadi tempat tinggal yang lebih baik. Mengutip dari laman National Geographic, Sabtu (22/4/2023), Hari Bumi pertama dirayakan pada 1970, ketika seorang senator Amerika Serikat dari Wisconsin mengorganisir demonstrasi nasional untuk meningkatkan kesadaran tentang masalah lingkungan.
Advertisement
Demonstrasi berlangsung di seluruh negeri dan pada akhir tahun, pemerintah AS telah membentuk Badan Perlindungan Lingkungan. Pada 1990, Hari Bumi adalah acara yang dirayakan oleh lebih dari 140 negara di seluruh dunia.
Berbagai fakta tentang dampak lingkungan dari pemakaian barang yang sulit terurai, seperti kertas toilet yang perlu dua bulan untuk terurai di tempat pembuangan sampah. Sebuah botol plastik bertahan lebih lama, yakni butuh waktu lebih dari 450 tahun untuk terurai.
Para peneliti memperkirakan sekitar 15 miliar pohon di dunia ditebang setiap tahun, jadi bantulah mengimbangi kerugian itu dengan menanam pohon Anda sendiri. Pohon menyerap karbon dioksida dan melepaskan oksigen bagi manusia untuk bernafas.
Perubahan iklim yang kian terasa semakin perlu jadi perhatian. Mengutip dari Investmentweek, Sabtu (22/4/2023) adaptasi iklim menjadi kebutuhan mendesak dari sudut pandang sosial dan ekonomi, namun masih belum mendapat cukup perhatian atau pembiayaan.
Aktivitas Manusia Jadi Penyebabnya
Sementara mitigasi iklim dan adaptasi iklim adalah dua tujuan yang berbeda, mengingat satu tanpa yang lain pada akhirnya dapat menyebabkan dampak iklim yang lebih buruk. Misalnya penggunaan AC, yang dapat membantu manusia beradaptasi dengan panas ekstrem, namun juga dapat mengurangi upaya mitigasi perubahan iklim karena konsumsi listriknya yang tinggi dan emisi fluorokarbon.
Kota-kota dan sektor-sektor di seluruh wilayah dunia menghadapi risiko iklim, dan kegagalan untuk mengatasinya dapat menyebabkan kerugian ekonomi yang signifikan. Faktanya, kegagalan untuk beradaptasi dapat merusak nilai ekonomi dari aset yang dimiliki oleh setiap investor.
Mengutip dari laman Weather, Sabtu (22/4/2023), saat ini bukan rahasia lagi bahwa bumi semakin hangat. Citra satelit dan data ilmiah selama puluhan tahun dari universitas, lembaga penelitian, dan lembaga pemerintah menunjukkan bahwa perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia nyata dan mempengaruhi planet pada tingkat yang mengkhawatirkan.
Organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), National Academy of Sciences, NASA, NOAA dan American Meteorological Society termasuk di antara banyak yang setuju bahwa aktivitas manusia adalah penyebab utama kenaikan suhu selama 100 tahun terakhir.
Advertisement
Pemanasan Global Memengaruhi Semua Aspek
Dari naiknya permukaan laut hingga mundurnya gletser hingga pemutihan karang hingga badai yang lebih kuat, gelombang panas, dan kekeringan, pemanasan global memengaruhi setiap sudut planet bumi. Setidaknya terdapat tiga dampak perubahan iklim yang paling terdokumentasi dengan baik dan bagaimana pengaruhnya terhadap kehidupan.
Pertama naiknya permukaan air laut yang bisa mendorong biaya lebih tinggi. Kenaikan permukaan laut didorong oleh pencairan gletser dan lapisan es, serta air laut yang mengembang saat menghangat.
Permukaan laut global naik sekitar 8 inci selama abad terakhir, menurut NASA. Hal itu mungkin tidak terlihat banyak, tetapi para ilmuwan di NOAA memprediksi bahwa permukaan laut di sepanjang garis pantai AS, termasuk Samudra Atlantik dan Teluk Meksiko, dalam 30 tahun ke depan dapat mencapai 1 kaki lebih tinggi daripada saat ini.
Dengan permukaan laut yang lebih tinggi datang lebih sering banjir. Banjir akan memengaruhi aktivitas di sejumlah tempat termasuk rumah warga dan bandara.
Bumi Jadi Makin Panas
Panas dan kelembapan menyebabkan masalah kesehatan utama. Hal itu terjadi karena peningkatan karbon dioksida, bersama dengan emisi buatan manusia lainnya yang dimuntahkan ke atmosfer, suhu permukaan rata-rata bumi telah meningkat sekitar 2 derajat Fahrenheit sejak akhir abad ke-19.
"Sebagian besar pemanasan terjadi dalam 40 tahun terakhir, dengan tujuh tahun terakhir menjadi yang terhangat," catat NASA. "Tahun 2016 dan 2020 adalah tahun terpanas yang pernah tercatat."
Kecenderungan itu diperkirakan akan berlanjut kecuali tindakan langsung diambil untuk mengurangi emisi gas rumah kaca. Pada saat yang sama, suhu yang lebih hangat menarik lebih banyak air ke atmosfer.
Panas adalah pembunuh terkait cuaca nomor 1 di negara di AS. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS mengatakan rata-rata 702 orang meninggal karena penyebab panas setiap tahun dan lebih dari 9.200 orang dirawat di rumah sakit. Ada juga konsekuensi alergi, polusi udara berbahaya, dan masalah terkait kesehatan lainnya.
Dengan permukaan air laut dan pemanasan global, semuanya memicu cuaca ekstrem termasuk kebakaran hutan yang memecahkan rekor, angin topan, dan gelombang panas. Para ahli mengatakan ini bukan anomali - peristiwa cuaca ekstrem semakin sering terjadi dan kita cenderung melihat tahun-tahun mendatang yang lebih mematikan, merusak, dan intens.
Dari 1900 hingga 1980, misalnya, rekor suhu baru biasanya ditetapkan setiap 13,5 tahun. Sejak 1981, rekor baru dibuat setiap tiga tahun. Salah satu akibat dari pemanasan global dan kenaikan suhu permukaan laut adalah perubahan pola curah hujan dan peristiwa badai.
Advertisement