Liputan6.com, Jakarta Warga Kampung Cisalopa, Desa Cinagara, Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, masih menjalani tradisi unik menyambut Hari Raya Idul Fitri. Di malam takbiran, mereka memeriahkannya dengan adu meriam lodong.
Meriam lodong terbuat dari bambu dengan menggunakan bahan bakar karbit sebagai sumber ledakan. Menjelang sore, meriam karbit ini sudah berjejer di pinggir jalan maupun di tanah lapang.
Advertisement
Seperti tahun-tahun sebelumnya, kegiatan tradisi menyambut Lebaran tersebut menyulut meriam lodong dengan suara yang menggelegar ini digelar sepanjang malam hingga pagi hari.
Menyalakan meriam lodong selain menghibur juga sebagai simbol keakraban dan kebersamaan warga. Selain itu, sebagai ungkapan syukur bisa mencapai hari kemenangan melewati Ramadan, melawan nafsu dan menyambut Idul Fitri.
Maka tak heran setiap malam sambut Idul Fitri, suara lodong menggelegar saling bersahutan diiringi gema takbir di langit Cisalopa. Meskipun mengeluarkan suara dentuman cukup keras, meriam lodong ini dijamin aman.
Meriam Lodong, Tradisi Turun Menurun Sambut Idul Fitri.
Chepy Supriadi, selaku tokoh pemuda Cisalopa mengatakan perang lodong tersebut merupakan tradisi turun-temurun masyarakat di kampungnya dalam menyambut Idul Fitri.
"Tahun ini ada lima kelompok yang mengikuti perang lodong. Masing-masing kelompok saling menunjukkan kekuatan suara yang dihasilkan," ucap Chepy, Sabtu (22/4/2023).
Cara menyalakannya pun nyaris sama dengan meriam sungguhan yakni dengan menyulut lubang yang ada di bagian pangkal bambu dengan api. Namun, lubang bambu terlebih dulu diberi karbit yang sudah dicampur air.
"Setiap kelompok rata-rata membuat 100 buah lodong. Untuk bahan bakarnya satu kelompok bisa menghabiskan 50 kg - 1 kuintal karbit," ujarnya.
Advertisement
10 Tradisi Unik Rayakan Hari Raya Lebaran Idul Fitri dari Berbagai Negara
Perbedaan tradisi menyambut Lebaran Idul Fitri 1444 Hijriah biasanya mengikuti kebudayaan di suatu negara.
Misalnya, negara-negara di Asia Tenggara memiliki tradisi Idul Fitri yang sedikit berbeda dengan negara-negara di Timur Tengah.
Setelah perayaan Idul Fitri sempat tidak semeriah biasanya karena pandemi COVID-19, akhirnya di tahun ini suka cita yang dirindukan itu akan kembali terasa.
Umat muslim dapat kembali melaksanakan sholat Idul Fitri di masjid, berkunjung ke rumah keluarga dan tetangga, dan menggelar acara besar.
Acara makan besar ternyata tidak hanya populer di Indonesia, tetapi juga di berbagai negara lainnya.
Makanan memiliki peran besar di hari Idul Fitri. Ini bukan hanya karena menandakan berakhirnya puasa selama 30 hari yang panjang, tetapi juga karena acara ini menjadi ajang berkumpul dan bersatunya kembali keluarga.