Jack Ma, Miliarder Pendiri Alibaba Dapat Gelar Profesor dari Univesitas Hong Kong

Jack Ma diangkat menjadi profesor bisnis kehormatan di universitas ternama di Hong Kong, University of Hong Kong.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 22 Apr 2023, 21:00 WIB
Pendiri Alibaba Group Jack Ma dalam diskusi panel “Disrupting Development” Pertemuan IMF-Bank Dunia di Nusa Dua, Bali pada Jumat (12/10). Jack Ma mengatakan “pebisnis tak punya rasa takut, kompetitor yang seharusnya takut”.Liputan6.com/Angga Yuniar

Liputan6.com, Jakarta - Miliarder sekaligus pendiri raksasa teknologi Alibaba, Jack Ma baru saja mencetak prestasi baru. 

Melansir Channel News Asia, Sabtu (22/4/2023) Jack Ma telah diangkat menjadi profesor bisnis kehormatan di universitas ternama di Hong Kong, University of Hong Kong. 

Penunjukan itu datang beberapa pekan setelah Jack Ma kembali tampil secara publik di mana dia sebelumnya jarang terlihat di China, menyusul tindakan keras pemerintah terhadap industri teknologi lebih dari dua tahun lalu.

Pada Jumat 21 April 2023 kemarin, University of Hong Kong mengatakan bahwa Jack Ma telah menerima gelar profesor kehormatan dari sekolah bisnisnya.

Dalam pengumuman itu, seorang juru bicara universitas menyampaikan pihaknya menyambut baik Jack Ma untuk berbagi "pengetahuan dan pengalamannya yang kaya dalam inovasi dan pengembangan bisnis".

Menurut media lokal di Hong Kong, jabatan profesor memiliki masa jabatan tiga tahun yang berakhir pada Maret 2026.

Situs web universitas itu bahkan telah memuat profil Jack Ma yang menonjolkan keahliannya dalam "manajemen dan strategi".

Namun ternyata, ini bukan kali pertama Jack Ma mendapat gelar di universitas. Pada tahun 2018, universitas yang sama menganugerahkan sang miliarder gelar doktor kehormatan.

Namun, Jack Ma "tidak memiliki rencana untuk kuliah umum atau pidato", menurut South China Morning Post, surat kabar milik Alibaba.

Yayasan Jack Ma, sebuah organisasi amal yang didirikan olehnya pada tahun 2014, mengatakan kepada SCMPP bahwa "setelah absen dari dunia pendidikan, Ma berharap untuk kembali ke kehidupan kampus".


Sepak Terjang Miliarder China Jack Ma di Bidang Pendidikan

Presiden Bank Dunia Jim Yong kim bersama Pendiri Alibaba Group Jack Ma dalam diskusi panel “Disrupting Development” Pertemuan IMF-Bank Dunia di Nusa Dua, Bali pada Jumat (12/10). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelum menjadi miliarder tekonologi, Jack Ma sebelumnya pernah mengajar bahasa Inggris selama delapan tahun di Universitas Hangzhou Dianzi di provinsi Zhejiang, China timur, sebelum dia meluncurkan Alibaba.

Dia juga mendirikan sebuah pusat kewirausahaan di Zhejiang pada tahun 2015 bersama dengan beberapa bisnis kelas atas di China.

Lembaga itu awalnya bernama Universitas Hupan tetapi istilah "universitas" dihapus dari namanya pada tahun 2021 di tengah konflik antara Jack Ma dengan otoritas China.

Miliarder itu telah terlihat di sejumlah negara di seluruh dunia selama dua tahun terakhir, termasuk di pulau Mallorca, Spanyol, dan dilaporkan tinggal di Jepang hampir sepanjang tahun 2022.


Jack Ma, Miliarder Pendiri Alibaba Dikabarkan Sudah Pulang ke China

Jack Ma, salah satu pendiri dan mantan ketua eksekutif Alibaba Group, terlihat di Santa Ponsa, pulau Mallorca, Spanyol, Rabu (20/10/2021). Perjalanan ke Spanyol ini dilakukan setelah Ma menghabiskan waktu bersama keluarganya di Hong Kong pada pertengahan Oktober lalu. (JAIME REINA / AFP)

Jack Ma, miliarder sekaligus pendiri Alibaba Group Holding, dikabarkan telah kembali ke China baru-baru ini setelah lebih dari setahun bepergian ke luar negeri.

Melansir Channel News Asia, Senin (27/3/2023) sebuah sumber mengatakan Jack Ma mengunjungi sekolah yang didirikannya di kota Hangzhou, tak lama setelah kembali ke China.

Pada Senin (27/3/2023), Jack Ma dilaporkan bertemu dengan guru dan pelajar di Sekolah Yungu, sekolah swasta yang mencakup taman kanak-kanak hingga sekolah menengah atas, yang didanai oleh para pendiri Alibaba pada 2017.

Dalam kunjungan itu, Jack Ma mendiskusikan isu pendidikan dan teknologi ChatGPT dengan sekolah tersebut.

Seperti diketahui, Jack Ma kembali ke China setelah singgah di Hong Kong, di mana dia bertemu rekan rekannya dan juga mengunjungi Art Basel. Miliarder itu dikenal sangat bersemangat dalam melukis dan seni.

Jack Ma, yang pensiun sebagai ketua Alibaba pada hari ulang tahunnya yang ke-55 pada tahun 2019, telah melakukan perjalanan ke berbagai negara untuk belajar tentang teknologi pertanian. Rencana perjalanannya diikuti oleh pengamat China.

Sementara Jack Ma secara bertahap hilang dan muncul dari pandangan publik, keberadaannya diawasi dengan ketat, terutama setelah perusahaan yang ia dirikan – termasuk Alibaba dan afiliasi tekfinnya, Ant Group – berada di bawah pengawasan di tengah tindakan keras China yang intensif terhadap sektor teknologi.

Jack Ma juga pernah mengungkapkan dia ingin mendedikasikan masa pensiunnya untuk kegiatan filantropi, pendidikan pedesaan, dan mengejar minatnya untuk menghidupkan kembali sektor pedesaan di China.


Miliarder Jack Ma Rugi Rp 51,8 Triliun, Ini Gara-garanya

Ekspresi pendiri dan ketua eksekutif Alibaba Group, Jack Ma saat menyanyikan sebuah lagu dalam Festival Musik Yunqi di Hangzhou, China (11/10). Festival ini merupakan bagian dari Konferensi Komputasi di Kota Yunqi. (AFP Photo/STR/China Out)

Miliarder Jack Ma kembali ke titik awal. Keuntungan senilai USD 3,4 miliar atau sekitar Rp 51,8 triliun sejak awal tahun telah menguap. Hal itu terjadi setelah saham Alibaba terseret lebih rendah di tengah kekhawatiran baru atas prospek pertumbuhan perusahaan.

Meski sudah mengundurkan diri dari pimpinan Alibaba pada 2019, Ma terus mendapatkan kekayaan dari kepemilikannya di raksasa e-commerce tersebut. Sekarang diperkirakan bernilai USD 23,6 miliar.

Namun, hartanya telah turun USD 3,1 miliar sejak saham perusahaan mencapai HK$122 masing-masing pada Januari, ketika pembukaan kembali China yang telah lama ditunggu-tunggu dari penguncian Covid dan persetujuan peraturan dari rencana pendanaan Ant Group membantu meningkatkan sentimen investor.

Namun, kini optimisme tersebut memudar karena laju pemulihan permintaan konsumen China belum sekuat yang diharapkan.

“Meskipun perusahaan telah melanjutkan produksi dan orang-orang kembali bekerja, masih belum ada keinginan yang kuat untuk membeli barang seperti pakaian dan produk kecantikan,” kata direktur pelaksana di perusahaan riset Blue Lotus Capital Advisors yang berbasis di Shenzhen Shawn Yang seperti dilansir Forbes, dikutip Minggu (26/2/2023).

Belum lagi ditambah dengan kekhawatiran tentang potensi erosi margin karena perang harga baru yang terjadi di sektor e-commerce, membebani sentimen.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya