Temuan 20 Jasad Anggota Sekte Maut Gegerkan Kenya, Korban Didoktrin untuk Mati Kelaparan

Lebih dari 20 jasad telah digali di Kenya sebagai bagian dari penyelidikan terhadap sekte maut di Kenya. Menurut laporan, sekte tersebut dikenal dengan sebutan 'kultus kelaparan'.

oleh Hariz Barak diperbarui 23 Apr 2023, 18:00 WIB
Bendera Kenya (wikipedia)

Liputan6.com, Nairobi - Lebih dari 20 jasad telah digali di Kenya sebagai bagian dari penyelidikan terhadap sekte maut. Menurut laporan, sekte tersebut dikenal dengan sebutan 'kultus kelaparan'.

Polisi mulai menggali sisa jasad pada Jumat 21 April 2023. Mereka menemukan puluhan kuburan yang dicurigai di bagian timur negara itu.

Temuan itu diduga merupakan sisa-sisa jasad pengikut sekte Kristen non-arus utama yang percaya akan masuk surga jika membuat diri mereka sendiri kelaparan sampai mati, demikian seperti dikutip dari Sky News, Minggu (23/4/2023).

Pada hari Kamis, para detektif menandai petak-petak tanah dengan tongkat dan pita kuning di hutan Shakahola di daerah Kilifi, menurut rekaman yang disiarkan oleh televisi lokal.

Area itu dekat lokasi di mana polisi menyelamatkan 15 anggota gereja 'Good News International Church' pekan lalu.

Pemimpin gereja yang diduga sebagai tersangka utama, Paul Mackenzie, ditangkap menyusul informasi yang juga menunjukkan adanya kuburan dari setidaknya 31 pengikutnya.

Mackenzie membantah melakukan pelanggaran hukum.


Disuruh Mati Kelaparan

Gambar 5 Oktober 2018, bendera Kenya terlihat di pangkalan polisi laut Kenya, di pulau Usingo yang menghadap pulau Migingo. Pulau yang masih dalam sengketa Uganda dan Kenya ini dijuluki dengan ‘Perang Terkecil di Afrika'. (Yasuyoshi CHIBA/AFP)

Polisi mengatakan 15 jemaah yang diselamatkan telah didoktrin untuk mati kelaparan, sehingga mereka dapat bertemu dengan pencipta mereka.

Empat dari mereka meninggal sebelum sampai di rumah sakit.

Titus Katana, mantan anggota gereja, membantu polisi mengidentifikasi kuburan.

"Kami telah menunjukkan kuburan kepada polisi, dan sebagai tambahan, kami telah menyelamatkan nyawa seorang wanita yang hanya memiliki beberapa jam lagi, jika tidak dia juga akan mati," kata Katana kepada Citizen TV.

Matthew Shipeta dari Haki Afrika, sebuah kelompok hak asasi manusia, mengatakan dia telah melihat setidaknya 15 kuburan di hutan.

Helen Mikali, manajer panti asuhan yang juga membantu penyelidik, mengatakan dia telah mengunjungi beberapa desa terdekat di mana orang tua dan anak-anak menghilang.

"Secara pribadi, saya telah mengunjungi sekitar 18 kuburan anak-anak," kata Mikali kepada Citizen TV. Dia tidak mengatakan bagaimana dia tahu kuburan itu berisi sisa-sisa anak-anak.

Bulan lalu, polisi menangkap dan kemudian membebaskan Mackenzie karena mendorong orang tua dari dua anak laki-laki untuk membuat anak mereka kelaparan dan mati lemas.

Selama persidangan dalam kasus itu, Mackenzie mengatakan dia tidak mengetahui peristiwa yang menyebabkan kematian kedua anak laki-laki itu, mengklaim bahwa dia adalah sasaran propaganda permusuhan dari beberapa mantan rekannya, lapor surat kabar The Kenyan Standard.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya