Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Serukan Patroli Angkatan Laut Eropa di Selat Taiwan

Josep Borrell menekankan bahwa Taiwan memiliki arti penting bagi Uni Eropa dalam hal ekonomi, komersial, dan teknologi.

oleh Hariz Barak diperbarui 24 Apr 2023, 07:06 WIB
Ilustrasi bendera Uni Eropa (AFP Photo)

Liputan6.com, Brussels - Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Josep Borrell menyerukan agar angkatan laut negara-negara Uni Eropa berpatroli di Selat Taiwan. Pernyataan yang disampaikan Borrell melalui opini di Journal Du Dimanche itu menggemakan kembali komentarnya sebelumnya yang menekankan pentingnya Taiwan bagi Uni Eropa.

"Taiwan mengkhawatirkan kami secara ekonomi, komersial, dan teknologi," tulis Borrell seperti dilansir The Guardian, Senin (24/4/2023).

"Itulah mengapa saya meminta angkatan laut Eropa berpatroli di Selat Taiwan untuk menunjukkan komitmen Eropa terhadap kebebasan navigasi di wilayah yang sangat penting ini."

Dua pekan lalu, China meluncurkan latihan militer selama tiga hari di sekitar Taiwan, menyimulasikan serangan yang ditargetkan dan blokade terhadap pulau itu. Langkah tersebut merupakan respons atas pertemuan Presiden Taiwan Tsai Ing-wen dan Ketua DPR Amerika Serikat (AS) Kevin McCarthy.

Dalam pidato pembukaan debat tentang China di parlemen Uni Eropa beberapa waktu lalu Borrell mengatakan, "Taiwan jelas merupakan bagian dari perimeter geostrategis kami untuk menjamin perdamaian."

"Bukan hanya karena alasan moral tindakan terhadap Taiwan harus ditolak. Itu juga karena, dalam istilah ekonomi, akan sangat serius bagi kami karena Taiwan memiliki peran strategis dalam produksi semikonduktor tercanggih."

China mengklaim Taiwan sebagai wilayahnya dan berjanji suatu hari akan membawa pulau itu di bawah kendalinya. Tetapi, Taiwan yang memiliki pemerintahan sendiri tidak pernah dikendalikan oleh pemerintah Partai Komunis China.


China Protes Korea Selatan

Ilustrasi Bendera China (AFP/STR)

Belum lama ini, China menyampaikan keluhan terhadap duta besar Korea Selatan atas pernyataan keliru Presiden Yoon Suk Yeol tentang Taiwan.

Presiden Yoon Suk Yeol mengatakan kepada Reuters bahwa ketegangan yang meningkat di sekitar Taiwan disebabkan oleh upaya untuk mengubah status quo secara paksa dan dia menentang perubahan tersebut.

"Masalah Taiwan bukan hanya masalah antara China dan Taiwan tetapi, seperti masalah Korea Utara, ini adalah masalah global," ungkap Presiden Yoon Suk Yeol.

Wakil Menteri Luar Negeri China Sun Weidong, mengatakan pernyataan Presiden Yoon Suk Yeol sama sekali tidak dapat diterima.

"Pemimpin Korea Selatan tidak menyebutkan prinsip "Satu China", tetapi menyamakan masalah Taiwan dengan masalah Semenanjung Korea," kata Sun Weidong.

"Ini adalah fakta yang diketahui bahwa masalah Semenanjung Korea dan masalah Taiwan sangat berbeda sifatnya dalam garis lintang dan garis bujur serta tidak dapat dibandingkan sama sekali."

Di Guatemala, Presiden Alejandro Giammattei berangkat pada Sabtu untuk mengunjungi Taiwan karena pulau itu ingin menopang hubungan diplomatiknya dengan negara-negara Amerika Latin.

"Kami akan pergi ke Taiwan untuk mengirim pesan yang jelas kepada dunia bahwa negara-negara memiliki hak untuk mengatur diri sendiri," kata Giammattei dalam sebuah video yang diunggah daring.

Dalam kunjungannya dari Senin hingga Kamis, Giammattei dijadwalkan berpidato di Kongres Taiwan dan mengunjungi perusahaan teknologi di Taichung, selatan Taipei. Menurut kantor presiden Taiwan, Giammattei juga akan menghadiri acara yang mempromosikan kopi Guatemala.

Giammattei mengumumkan perjalanan itu dua pekan setelah dia menyambut Tsai Ing-wen di Guatemala City, di mana dia menjanjikan bantuan berkelanjutan untuk "mitra demokrasi".

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya