Liputan6.com, Jakarta - Durian segar ternyata menjadi salah satu produk ekspor utama Thailand. Di luar itu, negeri gajah putih juga tercatat menjadi eksportir terbanyak untuk empat produk lainnya, termasuk kondom, menurut data dari situs web wawasan perdagangan global kidka.com, lapor Prachachat.
Dikutip dari The Thaiger, Selasa (25/4/2023), menurut Direktur Kantor Kebijakan dan Strategi Perdagangan Kementerian Perdagangan, Poonping Naiyanapakorn, Thailand mengusai 93 persen pasar durian segar global diikuti oleh Vietnam (6 persen) dan Malaysia (0,7 persen).
Advertisement
"Kompetitor mulai menantang pangsa pasar global, utamanya durian segar. Vietnam baru saja menerima izin untuk mengirimkan durian segar ke China yang merupakan partner dagang utama Thailand," tulisnya di Facebook.
Thailand mengekspor durian segar senilai 3,3 miliar dolar AS pada 2022. Permintaan terbesar masing-masing berasal dari China, Hong Kong, dan Taiwan.
"Eksportir perlu mencermati pesaingnya dan mencari peluang serta berusaha menyesuaikan strategi produk untuk mempertahankan pasar yang ada. Misalnya, menyesuaikan strategi untuk mengekspor durian segar serta produk durian dengan nilai yang meningkat dan mencari pasar baru untuk mengurangi risiko ketergantungan yang besar pada pasar China," sambung Poonping.
Thailand juga menjadi pengekspor singkong terbanyak dengan nilai 1,5 miliar dolar AS pada 2022. Pasar terbesar singkong Thailand adalah China, Amerika Serikat, dan Vietnam. Negara itu menguasai 46,5 persen pasar singkong dunia, diikuti oleh Kamboja dengan 34,1 persen dan Laos 9,1 persen.
Kondom juga masuk dalam daftar produk ekspor juara dari Thailand. Pada 2022, Thailand berhasil mengekspor kondom senilai 2,8 miliar dolar AS. Permintaan utama datang dari China, AS, dan Vietnam.
Dorong Kampanye Strategis untuk Promosikan Kondom Thailand
Produk kondom asal Thailand menguasai 44 persen pasar kondom dunia. Posisinya disusul oleh China (12,8 persen) dan Malaysia (10,8 persen).
Poonping menekankan bahwa satu cara untuk meningkatkan devisa adalah dengan memproses bahan-bahan mentah sebelum mengekspornya. Itu pula yang jadi pendorong Thailand mengembangkan industri kondom dari bahan baku karet yang disebut banyak diproduksi Thailand.
Menteri Pertanian Thailand Chalermchai Sri-on mengatakan bahwa Thailand harus menggunakan sebagian karetnya untuk memasuki pasar mainan seks. Lewat unggahan di Facebook, ia menuliskan, "'Mainan Seks – Buatan Thailand.' Selamatkan karet Thailand dan tingkatkan nilainya. #Thai latex adalah yang terbaik di dunia dan dapat menyokong pendapatan industri karet Thailand."
Ia berpendapat kondom bukan hanya tentang pornografi, tetapi juga masalah kesehatan seksual. Ia tak tabu dengan praktik mengolah karet menjadi mainan seks untuk menghasilkan keuntungan bagi negara.
"Pada 2021, pasar mainan seks global bernilai 1,3 triliun baht! Hanya dalam lima tahun sejak 2016, pasar telah tumbuh sebesar 300 persen dan diperkirakan akan tumbuh menjadi 2 triliun baht pada 2030," ucapnya.
Advertisement
Jargon Jualan Kondom
"Memperkenalkan konsep 'Mainan Seks: Buatan Thailand' akan menghasilkan lebih banyak pendapatan bagi petani karet dan mendatangkan pendapatan besar bagi negara," kata Chalermchai.
Ia menyatakan pihaknya siap membangun Rubber Valley, sebutan untuk kawasan industri kondom, untuk mensistemasi pengolahan karet dan menggenjot ekspor karet yang dapat merangkap sebagai daya tarik wisata. "Kita harus mengolah karet dengan segala cara. Berani membuat perubahan dan membuka penghasilan untuk orang Thailand," ia menegaskan.
Mengutip kanal Health Liputan6.com, Thailand telah menerapkan penggunaan kondom 100 persen. Deputi Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dr. Eni Gustina menjelaskan alat itu juga diberlakukan untuk para pekerja seksual.
"Untuk pekerja seksual, no sex without condom, jadi mereka harus menggunakan kondom setiap kali melakukan hubungan seks," ujar Eni dalam konferensi pers virtual, Kamis, 17 November 2022.
Sementara untuk menghindari kehamilan yang tak diinginkan di Thailand, kondom dibagikan kepada para siswa di sekolah melalui para guru. Hal tersebut tak bisa ditiru Indonesia karena nilai hidup yang dianut berbeda. Kepala BKKBN Hasto Wardoyo menjelaskan slogan 'No Free Sex' yang dianut Indonesia, berbeda dengan Thailand.
"Kita sendiri tahu, di Thailand itu penggunaan narkotika yang terkait dengan ganja kemarin malah diumumkan bebas, jadi memang tidak bisa dibanding-bandingkan. Dia (Thailand) betul-betul lain."
Stigma Buruk Kondom
Direktur Program Yayasan Kesehatan Bali (Yakeba) I Made Adi Mantara yang akrab disapa Bli Moyong menyatakan kondom kerap dikaitkan dengan stigma buruk. Ketika harus mengampanyekan penggunaan kondom, stigma kondom yang selalu dikaitkan dengan seks bebas dan HIV/AIDS justru tak membuat warga takut.
"Memang menurut saya stigma negatif kondom memang selalu dikaitkan dengan seks bebas, hal ini muncul karena konsekuensi penyebaran informasi terkait pencegahan HIV/AIDS," katanya kepada Liputan6.com melalui sambungan telepon, Jumat, 30 September 2022.
Menurut Moyong, pemahaman sepintas yang diketahui masyarakat luas tentang HIV/AIDS selalu dikaitkan dengan pergaulan atau seks bebas, faktanya tidak selalu benar. "HIV/AIDS juga distigma bahwa akibat dari seks bebas, maka cap itu menjadi subur di masyarakat. Padahal data HIV tidak selalu muncul akibat seks bebas," ujar Bli Moyong.
Bli Moyong menyebut kampanye-kampanye yang dilakukan oleh berbagai pihak tentang penggunaan kondom seharusnya bisa dimengerti dan dipahami bahwa hal itu untuk melindungi keluarga dari tertularnya penyakit mematikan itu. Bahkan, penggunaan kondom bukan hanya sebagai pelindung kesehatan keluarga hingga tertularnya penyakit kelamin lainnya.
"Jelas sangat penting (pemakaian kondom), karena sebenarnya manfaat kondom bukan hanya terkait dengan HIV. Tetapi berkaitan dengan kesehatan lainnya, bukan saja kesehatan pribadi si pengguna tetapi juga berkaitan dengan kesehatan keluarganya," tutur dia.
Advertisement