Liputan6.com, Kolombo - Hari ini, 30 tahun lalu, Presiden Sri Lanka Ranasinghe tewas akibat aksi seorang pembom bunuh diri selama parade May Day.
Melansir The Washington Post, Selasa (25/4/2023), pelaku mengikatkan bahan peledak ke tubuhnya, mengendarai sepeda, dan kemudian menabrakkan dirinya ke kerumunan di mana presiden Sri Lanka berada.
Advertisement
Tragedi bom bunuh diri itu terjadi di ibu kota negara tersebut, disaksikan langsung oleh banyak warga.
Tak hanya sang presiden, dilaporkan bahwa 11 orang lainnya turut tewas, di antaranya adalah seorang komisaris polisi juga pengawal kepresidenan.
Parade meriah Hari Buruh di negara lepas pantai tenggara India itu berubah menjadi tragedi pembantaian.
Menurut laporan polisi, selain korban tewas, sekitar 60 orang lainnya juga terluka.
Sepuluh tahun sebelumnya, Sri Lanka sudah terjerat ingar bingar perang saudara. Ditambah dengan pembunuhan tersebut, negara itu semakin terperosok dalam kekacauan.
Insiden berdarah memicu kekhawatiran akan konflik perebutan kekuasaan untuk mengisi kekosongan kursi presiden di negara itu.
Meskipun tidak ada yang mengaku bertanggungjawab atas pembunuhan presiden, spekulasi mengarah kepada kelompok pemberontak Liberation Tigers of Tamil Eelam alias Macan Tamil.
Kelompok tersebut sempat dituduh mengirimkan pelaku bom bunuh diri yang membunuh PM India Rajiv Gandhi dua tahun sebelumnya.
Namun, kelompok pemberontakan Tamil membantah spekulasi tersebut.
Selain Tamil, kecurigaan juga berpusat pada partai politik oposisi yang berusaha membalas dendam atas pembunuhan lawan politik utama Ranasinghe pada 23 April, Lalith Athulatmudali.
Bom Bunuh Diri Dibawa dengan Sepeda
Ledakan itu terjadi saat presiden memimpin pawai pekerja kerah biru di Hari Buruh, menyusuri jalan raya utama Kolombo menuju sebuah lapangan terbuka di tepi pantai jantung kota sekitar pukul 12.45 malam waktu setempat.
Kemudian terlihat seorang pria mengendarai sepeda muncul dari kerumunan dan mengayuh ke arah rombongan presiden, hal ini dilaporkan oleh para saksi.
Pembom bunuh diri itu menabrakkan dirinya ke sebuah kendaraan, ledakan pun memporak-porandakan kerumunan.
Pihak berwenang mengatakan bahwa tersangka pengebom diyakini adalah seorang remaja, kemungkinan berusia 14 tahun.
Seorang juru kamera televisi bersaksi bahwa tempat itu penuh dengan darah dan potongan daging.
Polisi mengatakan, ledakan itu meledakkan kepala pelaku dan kabel ditemukan menempel di pakaiannya.
Jalanan dipenuhi sepatu ribuan orang yang melarikan diri dari ledakan.
Selama 30 menit, keberadaan presiden tidak diketahui, kata Cooray.
“Kami mengira dia telah dibawa pergi oleh petugas keamanan, tetapi kemudian jenazahnya dilaporkan terbaring di kamar mayat polisi," ucapnya.
Advertisement
Memperpanjang Krisis di Sri Lanka
Evans Cooray, juru bicara presiden, yang memisahkan diri dari kerumunan sebelum ledakan terjadi mengatakan, “Saya melihat sekeliling dan melihat beberapa orang terlempar ke udara.”
“Seperti medan perang,” kata Cooray.
Beberapa jam setelah ledakan, PM Dingiri Banda Wijetunge dilantik sebagai presiden sementara.
“Ini merupakan kejutan yang mengerikan bagi seluruh negeri,” kata Neelan Tiruchelvan, seorang pengacara yang mengepalai lembaga pemikir politik Sri Lanka.
“Dua pemimpin dari tiga partai politik utama telah dibunuh dalam seminggu terakhir. Ini menciptakan krisis lebih lanjut dalam hal suksesi politik,” tambahnya.
Orang-orang di beberapa daerah di selatan pulau menyalakan kembang api dengan gembira setelah mendengar berita pembunuhan Premadasa.
Wilayah itu ditempati kelompok-kelompok penentang pemerintah, kematian presiden adalah kabar baik bagi mereka.
Mendiang Presiden Sri Lanka itu adalah seorang pria yang lahir dan besar di sebuah daerah kumuh. Keberhasilannya naik ke kursi kekuasaan menjadi simbol kemenangan bagi kaum tertindas.
Ingin Bangkit dari Krisis Ekonomi, Sri Lanka Mau Lunasi Utang Rp 39,4 Triliun
Hingga 30 tahun setelahnya, beberapa hal masih menjadi permasalahan bagi negara tersebut, salah satunya yaitu masalah perekonomian. Ingin membuktikan telah bangkit dari krisis ekonomi, Sri Lanka disebut akan lunasi utang besarnya.
Pemerintah Sri Lanka telah menyetujui pembayaran pinjaman senilai USD 2,6 miliar atau setara Rp 39,4 triliun pada paruh pertama tahun 2023 ini.
Juru bicara kabinet dan Menteri Transportasi Sri Lanka, Bandula Gunawardana mengatakan bahwa langkah tersebut sejalan dengan rencana penangguhan utang negara itu.
Melansir Channel News Asia, Rabu (22/2/2023) pembayaran ini akan mencakup pembayaran pinjaman luar negeri sebesar USD 2 miliar (Rp 30,3 triliun) dan pembayaran bunga sebesar USD 540 juta (Rp.8,1 triliun).
Pembayaran juga akan mencakup USD 709 juta (Rp.10,7 triliun) dalam bentuk Obligasi Pembangunan Sri Lanka dalam denominasi dolar dan pembayaran bunga sebesar USD 46 juta (Rp.697,9 miliar), tambah Gunewardana.
Selain itu, Sri Lanka juga menandatangani perjanjian awal untuk dana talangan senilai USD 2,9 miliar dengan Dana Moneter Internasional (IMF) pada bulan September lalu, tetapi harus menempatkan utangnya pada jalur yang berkelanjutan sebelum pencairan dapat dimulai.
Advertisement