Liputan6.com, Jakarta UBS melaporkan laba bersih USD 1,03 miliar atau setara Rp 15,3 triliun (asumsi kurs Rp 14.941 per dolar AS) untuk kuartal pertama 2023. Ini turun 52 persen secara tahun ke tahun di tengah masalah litigasi warisan. Ini adalah hasil pertama bank Swiss sejak mengumumkan pengambilalihan saingannya Credit Suisse.
Analis sebelumnya memperkirakan UBS akan membukukan laba bersih USD 1,75 miliar atau setara Rp 26,1 triliun untuk kuartal tersebut.
Advertisement
Bank Swiss meningkatkan ketentuannya sebesar USD 665 juta atau setara Rp 9,9 triliun menyusul masalah litigasi sekuritas yang didukung hipotek perumahan AS.
Rincian kinerja keuangan UBS yaitu pendapatan mencapai USD 8,75 miliar atau setara Rp 130,7 triliun dibandingkan USD 9,38 miliar atau setara Rp 140,1 triliun setahun yang lalu.
Adapun untuk biaya operasional mencapai USD 7,2 miliar atau setara Rp 107,5 triliun dari USD 6,6 miliar atau setar Rp 98,5 triliun tahun lalu. Rasio modal CET 1, ukuran solvabilitas bank, mencapai 13,9 persen dibandingkan tahun lalu 14,1 persen.
“Kinerja dasar kami yang solid dan arus masuk yang kuat pada kuartal ini menunjukkan bahwa kami terus menjadi sumber stabilitas bagi klien kami selama periode ketidakpastian yang signifikan,” kata CEO Sergio Ermotti dalam sebuah pernyataan, dikutip dari CNBC, Selasa (25/4/2023).
Saham UBS telah melonjak lebih dari 10 persen sejak berita mereka membeli pesaing Swiss yang diperangi bulan lalu. Pada saat itu, UBS mengatakan kesepakatan tersebut, yang ditengahi oleh regulator Swiss, akan menciptakan manajer kekayaan global terkemuka dengan total aset yang diinvestasikan lebih dari USD 5 miliar atau setara Rp 74,6 triliun.
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Saham. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.