Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Luar Negeri China menyatakan bahwa semua pelancong dari luar negeri tak akan lagi diwajibkan menunjukkan hasil tes PCR. Sebagai gantinya, mereka wajib melampirkan hasil tes antigen yang diambil dalam kurun 48 jam sebelum terbang.
Perubahan kebijakan itu akan mulai berlaku pada Sabtu, 29 April 2023. Dikutip dari CNA, Selasa (25/4/2023), China meminta sejumlah turis dan pendatang dari sejumlah negara melakukan tes PCR sebelum masuk ke negaranya, termasuk mereka yang datang dari Amerika Serikat, Korea Selatan, dan Jepang.
Advertisement
Pelonggaran kewajiban tes sudah mulai diterapkan untuk sejumlah turis dari beberapa negara sejak Maret 2023, termasuk Singapura, Malaysia, Filipina, Kamboja, dan Selandia Baru. Indonesia juga masuk dalam daftar negara yang dilonggarkan terkait kewajiban tes Covid-19.
Kedutaan Besar China di Singapura mengatakan bahwa aturan tersebut dilonggarkan 'sesuai dengan situasi pandemi Covid-19 saat ini dan untuk memfasilitasi pertukaran orang-ke-orang'. Setelah tiga tahun pembatasan Covid-19 yang ketat, China mengumumkan pelonggaran pembatasan secara nasional Desember lalu.
Sekitar sebulan, yakni pada 8 Januari 2023, tindakan karantina untuk kedatangan di luar negeri dibatalkan, tetapi tetap mengharuskan pelancong untuk mengikuti tes PCR 48 jam sebelum penerbangan untuk memasuki China. Mengutip Council on Foreign Relations, menurut Travel Off Path, salah satu laman travel terbesar di Amerika Utara, 164 negara di dunia per 13 April 2023 tidak lagi mewajibkan vaksin maupun tes Covid-19 sebelum, saat, dan setelah kedatangan bagi mereka yang datang dari luar negeri.
Jumlah ini bahkan meningkat bila memasukkan negara yang hanya mewajibkan pelancong sudah divaksinasi, seperti AS dan Jepang. Sementara, China berada di daftar negara yang mewajibkan tes Covid-19, serupa dengan aturan yang diberlakukan di Angola, Myanmar, Turkmenistan, Tuvalu, Komoro, dan Kepulauan Solomon.
Perubahan Kebijakan Tes Covid di China dari Waktu ke Waktu
Pada 1 Maret 2023, China mulai mengizinkan pelampiran hasil tes antigen bagi para penumpang pesawat yang bepergian ke negeri Tirai Bambu dari 17 negara. Kebijakan itu dipandang sebagai hadiah bagi negara-negara tersebut karena tidak menargetkan pelancong dari China untuk melampirkan hasil negatif tes Covid-19.
Pada 11 April 2023, China melonggarkan aturan tes PCR itu untuk 35 negara, termasuk Italia dan Prancis. Pada praktiknya, pesyaratan tes antigen tidak diberlakukan karena maskapai penerbangan tidak memverifikasi hasil tes antigen penumpang, tetapi mengandalkan penumpang untuk melaporkan sendiri status COVID mereka pada formulir pernyataan kesehatan.
Menurut Council on Foreign Relations, penentuan negara-negara yang masuk daftar pelonggaran didominasi pertimbangan geopolitik. Hal itu terlihat saat tekanan meningkat antara China dan negara-negara Barat, otoritas China memperketat kebijakannya terkait pelancong dari negara itu. Itu juga terlihat saat insiden balon mata-mata dan tudingan asal-usul Covid-19, China tak kunjung mencabut syarat tes Covid pra-kedatangan.
Namun, kewajiban tes PCR memberi hambatan signifikan bagi mereka yang berencana pergi ke China, termasuk mahasiswa internasional, para pebisnis, dan imigran China di luar negeri. Menurut survei pada Februari terhadap 43 perusahaan Amerika, 50 persen kepala eksekutif berencana mengunjungi China pada paruh pertama 2023. Namun sebelum memulai perjalanan, mereka harus meluangkan waktu untuk mencari pusat tes yang menyediakan layanan tes PCR dan menghitung kapan harus diuji.
Aturan tersebut bisa sangat menantang karena jadwal penerbangan nonstop ke China sangat dibatasi, yang seringkali harus transit terlebih dulu sehingga menambah kebingungan dalam penjadwalan tes. Tesnya juga tidak murah; dengan asuransi, biayanya bisa mencapai 135 dolar AS di pusat perawatan darurat pada Maret 2023.
Advertisement
Kasus Covid-19 Meningkat di Masa Mudik Lebaran
Jelang Lebaran Idul Fitri 2023 terlihat kenaikan kasus COVID-19 di Indonesia. Namun, Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta masyarakat tak perlu panik menghadapi kondisi ini.
Salah satu upaya dalam menghadapi kenaikan kasus Corona dengan kembali menggunakan masker. Penggunaan masker perlu dilakukan bagi yang merasa sakit serta orang yang berisiko tinggi mengalami keparahan bila tertular virus Corona.
"Saya minta bagi mereka yang merasa flu atau demam agar menggunakan masker," kata Jokowi dalam pesan yang diunggah di Youtube Sekretariat Presiden pada Rabu, 19 April 2023.
Masyarakat dengan penyakit komorbid, seperti diabetes, hipertensi, jantung serta masalah kesehatan lainnya, untuk juga kembali menggunakan masker dalam kegiatan yang bertemu banyak orang. Warga juga diimbau tetap memakai masker, terutama saat bersilaturahmi dengan mereka yang sudah lanjut usia supaya tidak menularkan penyakit bila bertemu dengan mereka yang sudah tua.
"Jika bertemu dengan lansia, sebaiknya menggunakan masker," tegas Jokowi.
Selain penggunaan masker, Jokowi juga mengingatkan agar tetap menjaga kebersihan diri. Salah satunya dengan mencuci tangan setelah berkegiatan. Mencuci tangan menggunakan sabun merupakan salah satu cara memutus rantai penularan penyakit. Bukan cuma COVID-19.
Saran Menparekraf untuk Antisipasi Peningkatan Kasus Covid-19
Pada waktu berbeda, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno mengimbau dan menginstruksikan pemudik dan para wisatawan untuk tetap menerapkan protokol CHSE (Cleanliness, Health, Safety, Environment Sustainability). Hal utama yang menjadi perhatian adalah dari segi kesehatan agar memastikan tidak ada peningkatan dari kasus Covid pasca-mudik Lebaran.
"Sekali lagi kami menginstruksikan destinasi wisata, Dinas Pariwisata Daerah untuk terus memantau secara ketat penerapan CHSE. Memang kita sekarang tidak seperti negara-negara lain yang ada lonjakan, Alhamdulillah, tapi kita harus waspada dan hati-hati," kata Menparekraf Sandiaga Uno dalam "Extended The Weekly Brief with Sandi Uno" yang digelar secara hybrid, Senin, 17 April 2023.
Selain itu, Singapura dan Malaysia saat ini tengah mengalami lonjakan Covid. Sandi, begitu ia akrab disapa, mengimbau secara khusus untuk turis Indonesia yang banyak berkunjung ke kedua negara tersebut. "Ya untuk wisatawan Indonesia berwisata di Indonesia aja itu udah yang paling benar. Pertama, situasi Covid kita terkendali, kedua adalah destinasi-destinasi kita sudah semakin siap," ungkapnya.
Sandi menyampaikan bagi mereka yang terpaksa harus berwisata ke Singapura dan Malaysia untuk benar-benar menerapkan protokol kesehatan. Mengingat, kedua negara tersebut kini sudah tidak mewajibkan penggunaan masker. "Mereka harus menjaga diri mereka agar kita tidak membawa varian baru itu kembali ke Indonesia," tambahnya.
Menparekraf menyebut, "Memang tidak ada keharusan untuk testing, tapi sebagai wisatawan yang peduli, mereka juga harus pastikan vaksinasi mereka lengkap, termasuk vaksinasi second booster."
Advertisement