Liputan6.com, Jakarta - India sudah memulai operasi evakuasi warga negaranya dari Sudan yang dilanda konflik. Hal ini disampaikan oleh Menteri Luar Negeri S. Jaishankar.
Menurut informasi ada lebih dari 3.000 orang India terjebak di sejumlah Sudan, termasuk ibu kota Khartoum dan di provinsi seperti Darfur, dikutip dari laman thehindu.com, Rabu (26/4/2023).
Advertisement
“Operasi bernama Kaveri ini sedang berlangsung untuk membawa kembali warga kami yang terdampar di Sudan. Sekitar 500 orang India telah mencapai Port Sudan. Kapal dan pesawat kami siap untuk membawa mereka pulang. Berkomitmen untuk membantu semua saudara kita di Sudan,” kata Jaishankar dalam sebuah pengumuman.
India sebelumnya telah menempatkan dua pesawat angkut berat C-130J di Jeddah dan mengirim INS Sumedha di Port Said untuk operasi tersebut.
Evakuasi ini sangat mendesak mengingat kerusakan total layanan penting di Sudan yang mengalami kekurangan makanan, air, dan listrik terhenti.
Dalam sebuah pesan, Perdana Menteri Narendra Modi mengatakan bahwa operasi evakuasi warga India diawasi oleh Menteri Luar Negeri V. Muraleedharan.
“Akibat perang sipil di Sudan, banyak warga kami yang terjebak di sana. Oleh karena itu, kami telah memulai Operasi Kaveri untuk menyelamatkan warga kami,” kata PM Modi.
Pertempuran di Sudan juga terjadi di kawasan Kedutaan Besar India di Khartoum dan memaksa para diplomat untuk bekerja dari jarak jauh.
Meski demikian, mereka tetap berhubungan dengan anggota komunitas India yang terdampak perang. Kedutaan Besar India juga terus melakukan kontak dengan semua pihak dalam konflik dan mendesak mereka untuk melakukan gencatan senjata untuk memastikan evakuasi secara cepat.
Penyebab Konflik Sudan yang Kini Tewaskan Lebih dari 400 Warga Sipil
Sudan memanas. Negara ini kini dilanda bentrokan antara militer dan pasukan paramiliter. Sedikitnya sekitar 400 orang dilaporkan tewas.
Lantas, apa penyabab perang Sudan?
Dikutip dari laman BBC, Selasa (25/4/2023) penyebab perang Sudan bermula ketika negara tersebut dilanda kudeta tahun 2021. Sejak itu, Sudan dijalankan oleh dewan jenderal, yang dipimpin oleh dua orang petinggi militer, yang kemudian menjadi cikal bakal perselisihan ini.
Mereka adalah Jenderal Abdel Fattah al-Burhan, kepala angkatan bersenjata dan presiden negara itu dan wakilnya serta pemimpin RSF, Jenderal Mohamed Hamdan Dagalo, lebih dikenal dengan nama Hemedti.
Masalah utama adalah rencana untuk memasukkan sekitar 100.000 Rapid Support Forces (RSF) ke dalam tubuh tentara, dan siapa yang kemudian akan memimpin pasukan baru tersebut.
Advertisement
Mengapa dan Kapan Perang di Sudan Pecah?
Aksi penembakan menjadi pemicu konflik Sudan, tepatnya pada tanggal 15 April setelah ketegangan berhari-hari terjadi.
Kala itu, anggota RSF ditempatkan kembali di seluruh negeri dalam suatu tindakan yang dianggap oleh tentara negara sebagai bentuk ancaman.
Ada harapan bahwa pembicaraan dapat menyelesaikan situasi tetapi ini tidak pernah terjadi.
Masih diperdebatkan siapa yang melepaskan tembakan pertama tetapi pertempuran dengan cepat meningkat di berbagai bagian negara. Akibatnya, lebih dari 400 warga sipil tewas, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Mengapa Warga Sipil Terjebak?
Meskipun konflik tampaknya berada di bawah kendali instalasi, namun hal ini banyak menimbulkan efek besar, terutama di daerah perkotaan. Bahkan, warga sipil menjadi korban.
Tidak jelas di mana pangkalan RSF berada, tetapi anggota mereka kerap pindah ke daerah padat penduduk.
Angkatan udara Sudan telah melakukan serangan udara di ibu kota, sebuah kota berpenduduk lebih dari enam juta orang, yang kemungkinan besar telah menyebabkan korban sipil.
Beberapa gencatan senjata telah diumumkan untuk memungkinkan orang-orang melarikan diri dari pertempuran tetapi hal ini belum dipatuhi.
Advertisement