Hitung-hitungan Kendaraan Listrik Lebih Murah Dibanding Konvensional, Terbuktikah?

Penjualan kendaraan listrik terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Tidak hanya di Indonesia, pasar mobil listrik, hybrid, PHEV ataupun motor listrik juga terus tumbuh signifikan di seluruh dunia.

oleh Arief Aszhari diperbarui 27 Apr 2023, 12:02 WIB
Hitung-hitungan Kendaraan Listrik Lebih Murah Dibanding Konvensional, Terbuktikah?. Kredit: MikesPhotos via Pixabay

Liputan6.com, Jakarta - Penjualan kendaraan listrik terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Tidak hanya di Indonesia, pasar mobil listrik, hybrid, PHEV ataupun motor listrik juga terus tumbuh signifikan di seluruh dunia.

Ada beberapa alasan kendaraan listrik terus laris manis, yang pertama didorong oleh kepedulian masyarakat akan isu lingkungan. Kedua mengenai berbagai kecanggihan atau kemajuan teknologi yang ditawarkan oleh mobil listrik.

Menurut survei terbaru University of Chicago dan The Associated Press, sebanyak 41 persen orang Amerika berencana membeli kendaraan listrik untuk jadi mobil mereka berikutnya.

Namun sayangnya, masyarakat tidak semudah itu untuk membeli kendaraan listrik seperti mobil listrik atau motor listrik. Kemajuan teknologi yang ditawarkan oleh mobil listrik ternyata menbuat harga tidak bisa dijangkau oleh kebanyakan orang.

Banyak konsumen memandang biaya yang tinggi sebagai penghalang bahkan 60 persen menyebutnya sebagai alasan utama untuk tidak membeli kendaraan listrik.

Seperti dikutip CNBC, Senin (24/4/2023), sebagain besar mobil listrik yang baru-baru ini hadir di pasaran menawarkan model mewah yang harga jual rata-ratanya lebih dari USD 61.000 atau kurang lebih Rp 912 juta dengan estimasi kurs 14.960 per dolar AS.

Dengan harga tersebut maka lebih mahal kurang lebih USD 12.000 atau Rp 179 juta dibanding harga rata-rata mobil di AS.Hal tersebut diungkap oleh Consumer Reports.

Meski begitu, kendaraan listrik dapat menjadi solusi finansial yang lebih baik bagi pembeli dalam jangka panjang dibandingkan dengan mobil yang menggunakan BBM atau bensin. Hal ini setelah memperhitungkan biaya pemeliharaan, perbaikan, dan bahan bakar, yaitu bensin atau listrik.


Penghematan

Menurut studi Consumer Reports pada 2020, pemilik kendaraan listrik secara umum menghemat USD 6.000 hingga USD 10.000 atau hampir Rp 150 juta selama masa pakai sebagian besar kendaraan tersebut dibandingkan dengan model bensin.

"Rata-rata kendaraan listrik baterai cenderung lebih unggul daripada kendaraan [mesin pembakaran internal]," kata Debapriya Chakraborty, seorang ekonom dan asisten peneliti profesional di Pusat Penelitian Kendaraan Listrik di Universitas dari California, Davis saat membandingkan mobil serupa dengan total biaya selama kepemilikan.

Terkadang, alasan finansial ini tidak sepenuhnya berlaku bagi beberapa kalangan karena alasan regional. CNBC melaporkan sebuah contoh seperti di Chicago, pengguna akan membayar sekitar USD 84.000, dibandingkan USD 87.000 untuk mobil bensin, menurut Maxwell Woody, asisten peneliti di Pusat Sistem Berkelanjutan Universitas Michigan.

Selanjutnya, di Houston justru kebalikannya karena pembeli rata-rata akan membayar sekitar USD 82.000 untuk kendaraan berbahan bakar bensin dan USDN 85.000 untuk mobil listrik selama periode waktu yang sama.

Alasannya adalah Chicago memiliki listrik yang relatif lebih murah sehingga mobil listrik lebih mudah dioperasikan, sedangkan Houston memiliki harga bahan bakar terendah di Amerika. Bayangkan suatu daerah di belahan negara lain yang tidak memiliki sumber daya listrik yang memadai. Mobil listrik tidak akan menjadi solusi.

INFOGRAFIS JOURNAL_ Beberapa Gejala Permasalahan Kesehatan Mental pada Anak (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya