6 Fakta Menarik Sudan Selatan, Salah Satu Negara Termuda di Dunia

Sebelum merdeka pada 2011, Sudan Selatan merupakan bagian dari Sudan, tetangganya di sebelah utara.

oleh Dyah Ayu Pamela diperbarui 28 Apr 2023, 08:30 WIB
Bendera Sudan Selatan (Sumber: Ist)

Liputan6.com, Jakarta - Sudan Selatan merupakan negara di timur laut Afrika. Keanekaragaman hayatinya yang kaya meliputi sabana yang subur, lahan rawa, dan hutan hujan yang jadi rumah bagi banyak spesies satwa liar.

Ibu kota Sudan Selatan adalah Juba. Sebelum tahun 2011, Sudan Selatan merupakan bagian dari Sudan, tetangganya di utara.

Sudan Selatan berbatasan dengan Sudan di utara, sementara di sebelah timur dengan Etiopia. Di selatan negara ini berbatasan dengan Kenya, Uganda, serta Republik Demokratik Kongo dan di sebelah barat oleh Republik Afrika Tengah.

Mengutip Britannica, Kamis 27 April 2023, penduduk Sudan Selatan mayoritas menganut kepercayaan Kristen atau animisme. Sudan Selatan telah lama berselisih dengan pemerintah Sudan utara yang sebagian besar Muslim dan Arab. 

Masih banyak hal menarik tentang Sudan Selatan, dan di antaranya berikut enam fakta menarik Sudan Selatan yang dirangkum dari berbagai sumbher.

1. Pernah Jadi Koloni Inggris

Sudan Selatan dihuni banyak kelompok etnis selama abad ke-15 hingga ke-19. Setelah wilayah Sudan diserbu pada 1820 oleh Muḥammad Ali, raja muda Mesir di bawah Kekaisaran Ottoman, Sudan selatan dijarah untuk dijadikan budak.

Pada akhir abad ke-19, Sudan berada di bawah kekuasaan Inggris-Mesir. Meski Sudan di wilayah utara menerima pemerintahan Inggris relatif cepat, ada perlawanan yang lebih besar di selatan. Oleh karena itu, kekuatan Inggris di utara bebas diarahkan untuk upaya modernisasi, sedangkan di selatan lebih terfokus pada sekadar menjaga ketertiban, sehingga terdapat perbedaan antara pembangunan di Sudan utara dan selatan selama beberapa dekade. 


2. Etnis Sudan Selatan Terhubung di Sungai Nil

Warga kamp penampungan pengungsi di Bentui, Sudan Selatan, antri untuk mengisi kontainer mereka dengan air, 2 Juli 2014 (AP)

Sudan Selatan memiliki populasi sekitar 11 juta jiwa. Kelompok etnis utama di Sudan Selatan adalah Dinka dengan lebih dari 1 juta atau sekitar 15 persen adalah gabungan, etnis Nuer sekitar lima persen, sisanya adalah etnis Bari dan Azande.

Shilluk merupakan etnis yang paling berpengaruh secara historis di sepanjang Sungai Nil Putih, dan bahasa mereka terkait erat dengan Dinka dan Nuer. Wilayah tradisional Shilluk dan Dinka Timur Laut berdekatan. Saat ini, sekitar 800 ribu ekspatriat dari Afrika tinggal di Sudan Selatan.

3. Masih Negara Miskin

Meski Sudan Selatan telah mendeklarasikan kemerdekaan pada 9 Juli 2011, tetap saja konflik terus menerus terjadi di negara itu. Hal ini berdampak buruk pada ekonomi di negara dan masyarakatnya.

Walau memiliki ladang minyak, menurut catatan UNDP, setidaknya 80 persen dari populasi dikategorikan sebagai penduduk miskin. Mereka memiliki pendapatan kurang dari 1 dolar Amerika per hari. Lebih dari sepertiga penduduk pun tidak memiliki akses yang aman terhadap makanan.

 


4. Ladang Minyak Terbesar Ketiga di Afrika

Penggembala dari suku Dinka menarik seekor sapi yang mati akibat sengatan kalajengking di kamp ternak mereka di Mingkaman, Lakes State, Sudan Selatan, Minggu (4/3). Musim kemarau terjadi di Sudan Selatan antara Desember dan Mei. (Stefanie GLINSKI/AFP)

Ladang minyak di selatan Sudan sangat penting bagi perekonomian negara itu sejak akhir abad ke-20. Bahkan, Sudan Selatan memiliki cadangan minyak terbesar ketiga di Afrika Sub-Sahara. Namun, setelah Sudan Selatan jadi negara merdeka pada Juli 2011, negosiator selatan dan utara tidak segera mencapai kesepakatan tentang bagaimana membagi pendapatan dari ladang minyak selatan ini.

Diperkirakan Sudan Selatan memiliki sekitar empat kali cadangan minyak Sudan. Pendapatan minyak, menurut Perjanjian Perdamaian Komprehensif (CPA), dibagi rata selama jangka waktu perjanjian.

Setelah kemerdekaan, Sudan Selatan menolak Sudan yang mengenakan biaya 34 dolar AS per barrel untuk mengangkut minyak melalui pipa ke terminal minyak di Port Sudan. Dengan produksi sekitar 30 ribu barel per hari, biayanya lebih dari satu juta dolar per hari.

China National Petroleum Corporation (CNPC) adalah investor utama di sektor minyak Sudan Selatan. Namun sekarang, perekonomian Sudan Selatan berada di bawah tekanan untuk melakukan diversifikasi dari minyak lantaran cadangan minyak kemungkinan berkurang setengahnya pada 2020 jika tidak ada penemuan baru, menurut Dana Moneter Internasional (IMF). 


5. Kuliner Sudan Selatan

Kuliner di Sudan Selatan hampir mirip dengan negara Afrika Timur lainnya. (Dok: Instagram @emilykestel)

Mengutip dari TasteAtlas, Shaiyah adalah hidangan tradisional yang berasal dari Sudan Selatan dan terdiri dari daging yang ditumis. Hidangannya bisa diolah dengan daging domba, sapi, atau kambing dan biasanya dibuat untuk acara-acara khusus saat keluarga menyembelih hewan.

Daging dipotong-potong dan direbus dalam air dengan bawang bombai, bumbu dapur, dan bawang putih. Setelah setengah matang, sedikit minyak ditambahkan dan potongan daging digoreng dalam wajan sampai kecokelatan dan karamel di semua sisi. Shaiyah sering dihiasi daun roket dan irisan jeruk nipis sebelum disajikan. 

6. Wisata di Sudan Selatan

Meski terbilang miskin dan masih rawan untuk dikunjungi karena bersebelahan dengan Sudan yang tengah konflik, Sudan Selatan memiliki berbagai tempat menarik untuk wisata. Salah satunya Taman Nasional Bandingilo, yang terkadang dieja Badingilo, di wilayah Khatulistiwa Sudan Selatan.

Mengutip TripAdvisor, taman itu meliputi negara bagian Khatulistiwa Tengah dan Khatulistiwa Timur. Didirikan pada 1992, taman ini terletak di daerah berhutan dekat Sungai Nil Putih, luasnya lebih dari 10 ribu kilometer persegi.

Selain itu, ada juga Pegunungan Imatong yang sebagian besar terletak di Equatoria Timur di tenggara Sudan Selatan, dan meluas ke Wilayah Utara Uganda. Gunung Kinyeti merupakan gunung tertinggi di kisaran 3.187 meter, dan titik tertinggi di Sudan Selatan.

Wisata urban adalah wisata yang menjadikan ruang-ruang publik kota dan pengalaman hidup di perkotaan sebagai atraksi utama. (Dok: Liputan6.com/Trisyani)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya