Lubang Biru Terbesar Kedua Dunia Ditemukan di Meksiko, Pintu Menuju Kehidupan Alien?

Para ilmuwan yang bekerja sama dengan pusat penelitian publik El Colegio de la Forntera Sur mengatakan kemungkinan besar itu adalah "lubang biru terdalam di Meksiko."

oleh Putu Elmira diperbarui 30 Apr 2023, 02:00 WIB
Ilustrasi Blue Hole atau Lubang Biru (dok. Unsplash.com/Pascal Scholl)

Liputan6.com, Jakarta - Blue hole atau lubang biru terbesar kedua di dunia telah ditemukan di Meksiko dan itu disebut dapat menjadi pintu menuju kehidupan alien. Para peneliti mengejutkan komunitas sains setelah menemukan lubang biru yang sangat besar.

Dikutip dari The Sun, Kamis (27/4/2023), meski tidak berharap menemukan alien di sana, mereka percaya bahwa makhluk asing yang tinggal di ruang mirip gua bisa menjadi pintu menuju bentuk kehidupan alien. Para ilmuwan yang bekerja sama dengan pusat penelitian publik El Colegio de la Forntera Sur mengatakan kemungkinan besar itu adalah "lubang biru terdalam di wilayah tersebut."

Lubang biru adalah gua laut vertikal yang telah terbentuk selama ribuan tahun setelah Zaman Es. Lokasi ini sering kali sedalam ratusan kaki.

Lubang biru juga diakui secara luas sebagai "hotspot ekologis" dengan keanekaragaman tanaman dan spesies kehidupan menakjubkan yang hidup di dalamnya. Gua bawah laut raksasa ini dikenal sebagai Taam Ja', yang diterjemahkan menjadi "air dalam" dalam bahasa Maya.

Gua tersebut memiliki kedalaman sekitar 900 kaki (274 meter), 25 kaki (7,6 meter) lebih tinggi dari Bank of America Corporate Center berlantai 60, gedung pencakar langit tertinggi di Amerika Selatan. Gua air yang sangat besar ini juga memiliki luas 1.3.656 meter persegi.

"Lubang biru mungkin menawarkan gambaran seperti apa kehidupan ribuan tahun lalu," lapor LiveScience. "Itu mungkin juga memberi tahu kita lebih banyak tentang kehidupan di planet lain."


Karakteristik Lubang Biru Besar

Lubang Biru Terbesar Kedua Dunia Ditemukan di Meksiko (Tangkapan Layar Laman Frontiers in Marine Science)

Meski lubang besar ini awalnya ditemukan pada 2021, itu baru-baru ini didokumentasikan dalam jurnal ilmiah bergengsi Frontiers In Marine Science. Lubang biru di Meksiko telah mendapatkan gelar terbesar kedua setelah Lubang Naga di Laut China Selatan yang diyakini membentang hingga 980 kaki (298 meter).

Menurut National Oceanic and Atmospheric Administration, lubang biru mirip dengan sinkhole di darat, kecuali lubang tersebut diisi dengan air dan mampu menampung kehidupan laut, karang, bahkan hiu. Tapi, sedikit yang diketahui tentang mereka di dunia sains karena sangat sulit diakses.

Portal ultramarine misterius juga diisi gas hidrogen sulfida yang mematikan, bukan oksigen, sehingga fatal bagi orang untuk menjelajah tanpa peralatan yang tepat. Tim peneliti Meksiko dalam proyek ini telah memuji sekelompok nelayan lokal yang memberi tahu mereka tentang lubang misterius tersebut dan mendorong penyelidikan ke area spesifik ini.

Tim menggunakan metode yang disebut echo-sounding, yang melihat pulsa suara, untuk memahami seberapa jauh jangkauan lubang pembuangan bawah air. Para peneliti mengatakan bahwa Taam Ja memiliki "bentuk hampir melingkar" di permukaannya dan sisi curam dengan kemiringan lebih dari 80 derajat yang membentuk "struktur kerucut besar." 

 


Great Blue Hole

Ilustrasi laut. (Photo by Thomas Vimare on Unsplash)

Mereka juga menyatakan bahwa karena ngarai itu dekat dengan pantai Meksiko dan Belize, penemuannya dapat meningkatkan jumlah pengunjung lokal dan asing. Sejauh ini, para peneliti mengatakan bahwa mereka hanya berharap menemukan bentuk kehidupan dasar di Taam Ja', tapi alam berkembang dan bertahan di kedalaman yang keruh.

Sementara, dikutip dari Atlas Obscura, 27 April 2023, sebelumnya ada pula Great Blue Hole atau lubang besar di bawah air yang dipopulerkan Jacques Cousteau. Lubang biru tersebut berlokasi di Belize.

Hanya 100 kilometer di lepas pantai Belize, terdapat lubang bawah air yang diyakini para peneliti sebagai yang terbesar dari jenisnya. Berbentuk melingkar dan ditandai warna biru pekat, lebarnya lebih dari 300 meter, dan kedalaman 125 meter. 

Lubang tersebut terletak di tengah atol yang disebut Lighthouse Reef, sebuah pulau karang mengelilingi perairan laguna yang dangkal dan berwarna biru kehijauan. Lubang besar ini awalnya terbentuk sebagai gua batu kapur selama periode glasial terakhir, saat permukaan laut jauh lebih rendah. Saat lautan mulai naik, sistem gua banjir dan akhirnya runtuh, menciptakan "gua vertikal" di lautan.


Gua Batu Kapur

Ilustrasi bagian dalam blue hole alias lubang biru. (pixabay.com)

Situs ini populer di kalangan penyelam, yang berduyun-duyun ke daerah tersebut untuk melihat formasi geologis yang sekarang berada di kedalaman laut. Dimungkinkan untuk menyelam sepanjang tahun, namun, April hingga Juni dianggap sebagai waktu terbaik untuk visibilitas lebih baik dan melihat hiu paus di daerah tersebut.

Salah satu penyelam tersebut adalah penjelajah bawah laut Jacques Cousteau, yang membuat situs tersebut terkenal pada 1971 dengan menyatakannya sebagai salah satu dari 10 tempat menyelam terbaik di dunia. Saat itu, Cousteau berlayar dengan kapalnya Calypso, menyelidiki kedalaman lubang itu dan memastikan bahwa itu memang berasal dari formasi gua batu kapur.

Stalaktit dan stalagmit besar juga ditemukan di bawah permukaan, bahkan ada yang panjangnya mencapai 9--12 meter. Mereka mengatakan, Ned Middleton, seorang penyelam dan penulis Inggris, memberikan nama untuk fitur tersebut, yang mengacu pada Great Barrier Reef Australia.

Formasi geologi ini masih bisa dilihat penyelam hingga saat ini. Dikatakan bahwa semakin dalam, air jadi lebih jernih dan formasinya lebih kompleks. Great Blue Hole adalah bagian dari Belize Barrier Reef Reserve System yang lebih besar, Situs Warisan Dunia UNESCO.

Infografis bahaya sampah plastik di laut. (dok. TKN PSL)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya